Pengalaman Mistis Membuat Trauma, Hampir menewaskan satu-satunya putra kami

 

Mbahjitu – Pengalaman Mistis Membuat Trauma Saya langsung keinget tentang prihal pengalaman saya dengan mistis yang mepengaruhi traumatis bagi saya, hingga hampir saya kehilangan seorang putra saya satu satunya, saat itu saya dan keluarga saya sedang pergi ke tempat siwasa Pantai Puger, Jember.

Siang itu suasana sangat ramai dikarenakan banyak pengunjung yang datang, mungkin karena memasuki hari libur dan cuca pada saat itu cukup cerah, hingga putra kami yang masih belia ini kepingin ikutan mandi dipantai karena melihat anak kecil yang juga basah basahan disana, dengan hanya memakai celana pendek dan kaos singlet warna putih segera bermain dipinggiran pantai, saaat itu ombak Tetapi disis lain arah pada muara ombak masih cukup aman untuk buat bermain bareng anak-anak. Awalnya saya tetap menajaga dan mengawasi dia dari dekat, sedangkan istri saya hanya duduk santai tidak terlalu jauh ditempat yang teduh, ditengah keceriaan anak saya bermain, saya berinisiatif ingin mfoto dia dengan kamera yang sudah saya siapkan, nah saat saya sedang asik menunduk dan membuka tempat kamera saya lalu bersiap untuk memfoto, tiba-tiba saya tersontak sadar bahwa anak saya sudah berada mengarah ke tengah laut, betapa shoknya saya mengetahui anak saya sudah berjalan ke atah tengah laut yang lebih kedalam, saya berteriak dengan keras memanggil nama anak saya dan bermaksud untuk berenang menyusulnya, orang disekitar juga tersadar dan membantu untuk memanggil nama anak saya, beberapa warga laki laki pada saat itu termasuk saya langsung berbondong untuk masuk dan berenang menjear, anehnya anak saya terlihat asik bermain tanpa memperdulikan semua orang sekitar yang sudah memanggilnya, bahkan dalam nya air laut pada saat hanya terlihat semata kaki anak saya, ada satu orang lokal sana yang mampu berenang dengan cepat dan meraih tangan anak saya lalu membawanya berenang kepinggir pantai, saat saya meraih anak saya dan saya gendong, dia terlihat hanya diam membisu, tatapannya kosong tidak bereaksi walau istri saya menangis disebelahnya.

Padahal Muara itu sangat sering sekali di jadikan jalur huilir mudik melalui kapal ikan yang cukup dibilang besr, tentunya saja air yang ada di dalam dan arus tengah laut cukup kuat, namun saat itu tidak terlihat masalah bahkan tetap bermain air.

ada seseorang yang tidak sengaja mengabil foto anak saya saat kejadian itu, fotonya bisa anda lihat di atas, perhatikan kedalaman air laut saat pinggiran sudah sebatas pinggang anak kecil.

Warga yang menolong anak sayapun mengatakan bahwa tidak lama ini ada kejadian yang mana anak kecil juga. Cowok, namun naas kejadian orang tua dan orang disekitarnya terlambat menyadari hal tersebut sehingga anak itu meningggal dan tak tertolong. Jasatnya juga baru di temukan saat keesokan harinya..

Tanpa basa-basi kami langsung balik pulang ke rumah di Surabaya, anak saya tetap diam membisu saat ditanya, kayak orang kebingungan gitu, Saat di perjalanan kami mampi di mesjid pinggir jalan untuk sholat bareng anak saya, setelahnya kami duduk diteras masjid, saat saya tanyakan barulah dia mau bercerita,bahwa tadi siang itu dia diajak beberapa anak laki laki yang mengajaknya main sampai Ketengah laut, tapi anehnya dia menurut begitu saja padahal setau saua dia hanya terlihat bermain sendirian, enggak ada temannya

Sejak kejadian itu saya tidak pernah mau lagi pergi mengajak anak saya bermain ke pantai, istri saya juga trauma banget dengan laut.

Sumber : Quora ID

Penampakan Hantu Di Hotel Manor House Hotel Inggris

Mbahjitu –  Penampakan hantu di hotel, Waktu itu tahun 1980-an, saya masih bekerja di bagian sales di Inggris dan sempat booking kamar di Manor House Hotel dalam perjalanan ke Hereford. Tampak luar hotelnya tua, namun interiornya modern dan semuanya baru, masih bau carpet baru dan furnitur baru dipoles bahkan.

Saya bekerja keras seharian, jadi saya benar-benar lelah, dan karena saya harus bangun pagi-pagi besoknya, yang saya inginkan hanya tidur. Saya makan malam sekedarnya, kalau tidak salah sup bawang, kemudian naik ke kamar. Di kamar, semuanya barang baru. Tanda-tanda usia bangunan hanya ada pada jendela timbbal dan frame yang masih dari batu.

Itu malam yang buruk: hujan lebat dan angin bertiup kencang di antara pepohonan di luar sana. Tapi saya suka hujan badai macam begini, lagipula kamar saya hangat dan nyaman sehingga mata saya sudah berat bahkan buat baca buku. Ya sudah, saya naik ke tempat tidur dan mematikan lampu, itupun sudah setengah ketiduran.

Selagi mata saya mulai tertutup, saya mendengarkan suara hujan deras yang beradu dengan jendela. Saya berangsur-angsur masuk ke dalam mimpi…

Ada yang ngeliatin saya…

Ah, gak mungkin!

Ada yang berdiri di dekat saya!

Saya membuka mata tapi tidak ada apa-apa. Saya sekali lagi mencoba untuk tidur…

Eh, itu kayak suara napas orang???

Saya orang yang cenderung berpikiran yang masuk akal. Rasional lah istilahnya. Saya percaya sains, bukanya mitos dan dongeng-dongeng. Saya yakin di sini gak ada yang bisa menyakiti saya.

Saya menjulurkan tangan dan menyalakan lampu… Gak ada apa-apa. Supaya otak gak mikir yang aneh-aneh, saya memeriksa kolong tempat tidur, gak ada apa-apa bahkan debu sekalipun, di lemari, di kamar mandi, GAK ADA!

Saya jadi kesel snediri karena sudah ngikutin (dan dikibulin) perasaan yang aneh-aneh. Jadi, saya matikan lagi lampunya dan mecoba mendengarkan bunyi hujan yang menenangkan.

Saya menutup mata…

Hujan yang deras beradu dengan jendela. Suara mobil di jalan, di luar sana, yang baru saja melewati sebuah genangan. Di kejauhan, tawa para tamu yang masih duduk-duduk di ruang makan, tertawa keras…

…hembusan napas. Dekat… dekat sekali…

Mata saya terbuka lebar, melotot pada kegelapan. Biarpun ada lampu jalan di luar, kegelapan itu benar-benar gelap. Pekattt… tidak tertembus. Bayangan-banyangan mulai menjulang di atas saya.

Saya tahu saya MUSTI menyalakan lampu. Saya Musti berani. Tangan saya keluarkan perlahan dari bawah selimut….klik.

Cahanya mengembalikan kejernihan pikiran saya. Bego banget sih saya, dan saya harus kembali tidur, klik.

Kali ini saya biarkan mata terbuka.

Suara napas mendekat. Bayang-banyang bergerak ke sana-ke mari. Mulai datang lagi perasaan seperti diawasi, perasaan yang tidak bisa disangkal.

SAYA HARUS NYALAKAN LAMPU. tapi, apa saya berani?

Apakah saya berani? Jantung saya berdebar makin keras. Saya tidak bisa tidur. Saya tidak yakin bisa menutup mata di kamar ini.

Klik

Tiada apapun! Terang menyingkirkan gelapnya malam dan gelapnya pikiran. Saya tak mematikannya hingga pagi. Saya nyaris tidak menutup mata sepanjang malam.

Matahari yang lembut datang bersamaan dengan pagi. Membawa kenormalan dan suatu dorongan praktikal untuk bekerja.

Maka, saya pergi check-out.

“Bagaimana? Apakah nyaman tadi malam?”

“Kamarnya bagus! Semuanya masih baru. hehe… saya pikir gak ada hantunya, ya”.

“Eh, lihat sesuatu ya semalam?”

“Gak..” saya bilang gitu sambil ketawa. Saya emang lihat apa coba? Bayangan? Pas malam? Apa emang saya yang terlalu terbawa ke-halu-an saya?

“Gak sih, saya gak lihat apa-apa”.

“Kita kayaknya emang “punya” hantu deh”. Kata resepsionisnya. “Saya sendiri sih belum pernah liat, ya, tapi banyak yang udah. Di koridor lah, kadang-kadang di pintu depan, dan di kamar 8… kamarnya Mbak! Mbaknya “beruntung”! Itu katanya hantu Dame Creswyke yang dibunuh beberapa abad lalu. Katanya dia suka mindahin barang, ngeliatin orang… oke deh, selamat jalan ya dan sampai jumpa lagi”.

Jadi, saya pergi. Namun, pengalaman dan rasa menginap di kamar menyeramkan itu nempel terus dengan saya. Terkadang saya mau merinding kalau memikirkannya.
itulah seputar pengalaman saya dengan Penampakan Hantu Di Hotel Manor

Sumber : Quora.com