Cerita Misteri Sang Abdi, Cerita Keluarga Yang Mengabdi Kepada Iblis
Cerita Misteri Sang Abdi ini di mulai bukan untuk menceritakan kematian perempuan tersebut, melainkan menceritakan teka-teki, dari seseorang yang menjadi saksi hidup, berbagai hal yang membingungkan, bahkan mengerikan yang dirinya temui, selama mengabdi pada keluarga Cipto, dan disini, saya akan memulai ceritanya.
Setelah kejadian tersebut, memang banyak desas-desus yang hampir di ketahui semua warga desa, tapi, tidak ada yang berani mencari tahu lebih jauh, dan perlahan-lahan, kejadian tersebut, lenyap seperti embun. menghilang begitu saja, dan kemudian, dilupakan.
Seseorang yang Cerita Misteri Sang Abdi ini adalah tetangga dari Cangah saya, sebut saja namanya, pak Budi, dulu, saat masih muda, setelah selesai menempuh pendidikan hingga SMP, beliau mengawali karirnya sebagai kernet sopir Truk.
Berbagai perjalanan sudah dirinya jabani, mulai dari rute antar kota sampai rute antar provinsi, semua pengalaman ini, memupuknya menjadi pribadi yang cukup tangguh, dan membuatnya menjadi salah satu orang yang bisa mengendarai, mulai dari mobil pick up, sampai truk gandeng.
Karena dirasa jalan hidup sebagai sopir ekspedisi tidak membuatnya menjadi pria yang mapan dengan segala tuntutan bahwa dirinya adalah anak pertama yang harus sukses, pak Budi pun berhenti menjadi sopir truk sebuah jalan terbuka, ketika tetangganya memberitahu, bahwa, keluarga Cipto semua tahu, siapa keluarga Cipto, terlepas dari desas-desus yang tersebar, pak BUDI nekat, melamar kerja, dan hari itu juga, dirinya di terima bekerja disana. karena saat itu, tidak banyak, orang bisa menyetir mobil seperti saat ini.
Meski mereka bertetangga, namun, ini adalah kali pertama, pak Budi, masuk ke kediaman keluarga Cipto, yang membuatnya berdecak antara kagum dan juga ngeri, sebegini besarnya rumah ini, namun, entah kenapa, ada perasaan tidak enak melihat semua perabotan dirumah ini, seolah dirinya di awasi.
Saat itu, yang mengantar pak Budi, adalah bu Asirih, wanita tua yang umurnya berkisar antara 50’an, namun masih terlihat cukup bugar, dirinya jarang berbicara dengan wanita ini, karena keseharian beliau adalah didalam rumah, tanpa sekalipun berbicara dengan tetangga.
Sebenarnya, ini bukan hal yang aneh mengenai keluarga Cipto, karena mereka seperti terasing, meski sudah lama tinggal di desa ini, bagi para tetangga, mereka terasa seperti tidak tinggal di dunia yang sama, seolah mengundang banyak sekali pertanyaan, termasuk para penghuninya.
“Monggo, mriki mas” (silahkan, kesini mas) kata bu Asirih lembut dengan logat jawanya. Selama di perjalanan, pak Budi melihat kesana kemari, menganggumi berbagai patung yang bentuknya cukup aneh yang dirinya temui, terpasang di beberapa sudut bagian rumah ini, gaya desainya, benar-benar masih kejawen.
Saat itulah, ketika pak Budi menikmati pemandangan tersebut, matanya teralihkan pada sebuah pemandangan mencengangkan. diujung matanya, dirinya melihat seorang anak kecil, seusia adiknya, sedang duduk, di tepi kolam ikan, dirinya melihatnya lama, dan kemudian teralihkan pada seorang wanita.
Wanita ini, berdiri tegap di belakang si anak. dan cara dia melihat pak Budi, benar-benar tidak mengenakan, karena dirinya melihat pak Budi masih dengan postur tubuh tegap, hanya bola matanya yang mengikuti kemana pak Budi pergi, di sudut bibirnya, ia seperti tersenyum menyeringai.
Ketika bu Asirih membuka pintu, melewati beberapa bagian dalam rumah, sampailah dirinya, di sebuah ruangan, terlihat seperti Gazebo (Paviliun) yang terbuat dari kayu jati, disana, ada seorang wanita yang sudah tua, lebih tua dari bu Asirih, dirinya duduk, di atas kursi goyang. Matanya terpejam.
namun, belum beberapa langkah bu Asirih mendekati si wanita, tiba-tiba dirinya bicara dan membuat pak Budi tersentak karena kaget. “Iki tah, sing bakal dadi sopirku sing anyar” (ini ya, yang akan jadi sopir baruku) bu Asirih mengangguk, tidak berbicara, kemudian mencium tanganya.
“Pak Budi, kenalkan, niki ndoro Sasri” kata bu Asirih, beliau berdiri tegap dan mengepalkan tanganya di depan perut, membuat pak Budi bingung, seakan-akan dirinya berbicara di depan seorang maharaja saja. setelah menjelaskan panjang lebar mulai dari gelar, sampai pemimpin keluarga,
Bu Asirih, mengantar pak Budi ke belakang rumah, disanalah nanti, dirinya akan tinggal. meski bertetangga, keluarga Cipto menginginkan pengabdian dari pak Budi selama 24 jam dan harus siap, untuk itu, dibuatlah kamar itu yang memang khusus untuk sopir yang bekerja untuk keluarga ini.
Disanalah, bu Asirih menjelaskan semua yang ada didalam rumah ini, mulai dari unggah ungguh, hingga apa yang tidak boleh di lakukan oleh pak Budi selama tinggal di kediaman keluarga ini.
Saat ini, keluarga Cipto, di pimpin oleh, ndoro Sasri, setelah kematian Eyang Sarwojo, yang meninggal karena sakit. penerusnya, yaitu anaknya, yang bernama Atmojo, dan isterinya Sekar, namun mereka sudah lama tidak tinggal disini lagi, namun ada 5 anaknya yang ada disini.
Kesemua anaknya adalah laki-laki, dan saat ini, mereka tinggal di kediamanya masing-masing, kediaman yang di maksud bu Sasri adalah sebuah kamar khusus, yang memang tidak bisa di masuki oleh sembarang orang mendengar itu, pak Budi hanya diam, yang dirinya pikirkan hanya satu. Pandhawa
Ada satu hal yang orang jawa percaya ketika sebuah keluarga melahirkan 5 anak lelaki atau 5 anak perempuan. Hal tersebut adalah kutukan pandhawa, dan itu masih di percaya sampai saat ini. maksud kutukanya adalah, konon, akan ada satu atau dua anak yang tidak bisa mengemban beban lebih.
Akibatnya, dirinya akan gila atau memiliki kekurangan mental yang benar-benar serius, dan biasanya yang paling umum di serang adalah, anak terakhir, namun, hal tersebut hanyalah mitos yang beredar, pak Budi saat itu, mencoba berpikir bahwa itu hanyalah mitos dari orang jaman dulu.
Namun, sepertinya, hal itu, juga berlaku pada keluarga ini. setidaknya itu, yang akan pak Budi lihat dengan mata kepala sendiri. Selain 5 anak yang tinggal dirumah ini, ada lagi yang pak Budi harus tahu, bahwa setiap anak memiliki penjaga khusus untuk mereka satu persatu, dan biasanya, mereka dipanggil dengan Dayang Abdi, dan setiap Dayang Abdi akan menjaga satu anak.
Kesemua Dayang abdi, adalah seorang perempuan. semua yang bu Asirih Cerita Misteri Sang Abdi, membuat pak Budi teringat dengan perempuan yang dirinya lihat tadi, apakah, anak kecil itu adalah salah satu dari 5 anak tersebut. Bila benar, maka, perempuan yang ada di belakangnya adalah??
Selain memberi penjelasan tentang itu, bu Asirih juga menjelaskan tentang hal lain, semua tempat, yang tidak boleh pak Budi datangi yang paling dekat dengan kamar pak Budi adalah sebuah tempat sanggar Cayang, sebuah bangunan yang hampir sama seperti gazebo, namun ada di seberang bangunanya bisa dilihat langsung dari kamar pak Budi, jaraknya tidak terlalu jauh, namun, setiap dipandang, entah terlihat sangat menakutkan sekali, seolah ada yang berdiri dipelataran gazebonya. Pak Budi mengangguk, pertanda dirinya mengerti, dan hari itu, bu Asirih pergi.
Ada satu hal yang membuat pak Budi merasa asing saat berdiri disini adalah, aroma entah sadar atau tidak, aroma bu Asirih, tercium seperti aroma Pandan. mengingatkanya pada sosok kuntilanak, yang sudah sering dirinya dengar di desa namun, mulai hari ini, dirinya akan sering bertemu beliau.
Saat malam, kondisi rumah itu, nyaris sepi, sunyi. penerangan rumah pun hanya ada dibeberapa sudut, pak Budi menghisap beberapa batang rokok, dirinya duduk di depan kamar, memandang persis Gazebo yang tidak boleh dirinya datangi bila tidak bersama bu Asirih.
Entah karena bosan atau apa, pak Budi berjalan, mau melihat keseluruhan rumah ini meski hanya dari luar rumah, tapi dirinya tahu, larangan itu tidak akan pernah dirinya langgar, jadi pak Budi menghindari Gazebo itu dirinya berjalan, menuju ke halaman rumah, tempat melihat anak lelaki kecil tersebut.
Dirinya menelusuri kebun, cahayanya temberam hanya dari lampu kekuningan. berbekal rokok, pak Budi mencoba membuang sepi. namun, rumah itu benar-benar bukan rumah yang sangat menyenangkan, sejak awal tiba disini, pak Budi masih merasakan bila dirinya seperti sedang di awasi.
Si abang seneng bukan main melihat si mbaknya muncul lagi, tanpa basa basi, di jajakkanya daganganya itu, namun malam itu, si mbak tidak seperti biasanya, wajahnya murung dan tatapanya terus menerus menunduk, tidak hanya itu, bahkan suaranya lebih serak.
“Mbaknya sudah kembali kesini, masih tinggal di rumah itu mbak” “mboten mas” (tidak mas) kata si mbak, kemudian, dirinya menunjuk sebuah kebun, disana banyak pohon besar, mulai dari mangga sampai jambu yang masih ada di tanah milik keluarga Cipto.
Si abang bingung. apa mungkin keluarga Cipto membangunkan rumah untuk si mbak di tanah itu? setelah mendapatkan baksonya, si mbak pergi, dan benar, dia tidak masuk ke gerbang rumah, tapi, menghilang di kebun tadi. Si masnya langsung kabur.
Sesampainya di rumah, si abang gak bisa tidur, terbayang wajahnya si mbak, selain itu, bulukuduknya mulai merinding, dan benar-benar gila, dari samping rumah si abang, ada suara perempuan menangis. namun, si abang tidak berani memeriksa, Dirinya terus berdoa dan berdoa, sampai tertidur.
Siang hari, setelah kulakan bahan untuk bakso nanti malam, si abang penasaran, kemudian dirinya tidak sengaja lewat jalan itu, tanpa pikir panjang, dirinya parkirkan sepeda onthelnya. lalu masuk ke kebun itu disana, rupanya hanya ada pohon-pohon yang di tanam campur aduk, tidak ada apa-apa
Tidak ada apa-apa, sampai, tercium aroma bangkai ketika si abang melihat ke atas pohon mangga, si abang terperanjat melihat si mbak, tergantung dengan mata terbuka lebar, lidahnya menjulur keluar, tatapanya, seakan-akan melihat si abang melihat itu, si abang teriak minta tolong tidak beberapa lama, warga sudah memenuhi tempat tersebut, termasuk polisi, dan si pemilik rumah, setelah di identifikasi rupanya, identitas si mbaknya adalah mbak Ratih, dirinya bekerja sebagai penjaga anak yang sudah hilang satu minggu lebih. pihak pak Cipto mengira Ratih pulang.
Tahu dimana kejanggalanya?? yang membuat si abang gaguk gak mengatakan apa-apa.
Selain semalam si abang melihat si mbak membeli bakso miliknya, waktu antara hilang dan di temukan meninggalnya tidak cocok, karena menurut pihak kepolisian, si mbak kemungkinan sudah meninggal antara kurun waktu 2-3 hari. jadi, kemana sisa 4 hari keberadaan si mbak berada?
Kecuali ada kebohongan tentang hilangnya si mbak. keluarga tersebut, menyembunyikan sesuatu. sesuatu, dari maksud 4 hari kemana si mbak berada?? dan tentu saja, pesan terakhir si mbak itu. namun Cerita Misteri Sang Abdi ini, akan di mulai, dari sini.
Sumber : threadreaderapp