Cerita Misteri Anakku Meninggal di Usia 6, dan aku Mendapatkan Foto Dia Dewasa

Hallo… Sebelumnya pengen share sedikit kisah Cerita Misteri Anakku Meninggal di Usia 6, dan aku Mendapatkan Foto Dia Dewasa. Awalnya hidup aku sempurna. Aku menikah dengan perempuan yang paling baik yang saya temui. Senyumannya selalu membuat saya terpana, gaya berbicaranya yang anggun, sifatnya yang lemah lembut.

Ia kemudian melahirkan seorang anak pertama kami dan juga yang terakhir. Dikarenakan komplikasi, ia meninggal. Anak pertama kami selamat.

Walaupun anak kami terlahir dengan sehat, namun tetap bagiku, langit seperti sudah runtuh saat itu. Rasanya separuh dari jiwaku hilang. Antara marah dan bingung bercampur di dalam hati. Marah karena merasa ketidakadilan tersebut. Bingung karena tak tahu harus menyalahkan siapa. Kepada siapa saya harus melampiaskan amarah yang kurasa.

Saya menamai anak pertama kami dengan nama Linda. Aku berjanji untuk menjadi seorang ayah yang baik. Aku berharap Linda bisa tumbuh sehat dan senang, walaupun ia tidak memiliki ibu semenjak lahir.

Linda bertumbuh menjadi seorang anak yang pintar dan lincah. Malah kata guru di TK-nya, anak tersebut jarang mau duduk diam di dalam kelas. aku hanya geleng-geleng kepala sambil tersenyum.

Linda sekarang sebagai pelipur lara bagiku. Matanya yang bulat membuat saya selalu menemukan istriku dalam Linda. Tetapi Yang Maha Kuasa kembali memberi cobaan untuk diriku yang kedua kalinya.

Di hari naas tersebut, usia Linda baru berumur enam tahun. Ya Tuhan, usianya baru enam tahun.

Pada saat itu kami sedang di keramaian di Car Free Day. Saat itu jalanan sangat padat. Anakku yang lincah berlari ke depan. Saya menyusulnya dari belakangnya. Dan entah dari mana mobil laknat tersebut datang, Linda dihajar dari mobil yang tidak seharusnya bisa masuk itu.

Dan setelah itu ingatan saya kabur. Saya tidak ingat lagi apa yang sudah terjadi. Hanya saya mengangkat buah hatiku yang matanya terpejam, dengan penuh darah sekujur tubuhnya. Ia tidak menyahut ketika saya memanggilnya. Massa di sekitar mencoba menahan sopir mobil, entahlah ia tertangkap atau tidak.

Saya tidak ingat persisnya prosesi pemakaman. Terkadang ingatan manusia itu sangat unik. Mungkin karena tidak ingin mengakui kenyataan yang ada, memori mereka cenderung ditutup pada masa-masa menyakitkan. Saya rasa saya paham mengapa orang bisa sampai melupakan apa yg saya lakukan di dua-tiga bulan kematian anak saya itu.

Aktivitas saya hanya di rumah. Seorang diri. Makan tidur.

Untungnya adik saya terus menerus memberi dukungan secara moril. Saya baru bisa bangkit lagi kembali. Menerima kenyataan yang ada. Bahwa manusia harus tetap menjalani kehidupan, dan lebih mendekatkan diri ke Maha Pencipta.

Saya mulai merangkai hidupku kembali. Saya kembali bekerja. Saya kembali bersosialisasi dengan teman-teman dan rekan-rekanku. Untunglah mereka memahami sehingga semuanya dengan cepat kembali seperti biasa.

Hingga suatu hari saya menemukan sebuah foto album di rumah saya. Saya tidak ingat dengan detail. Tetapi sepertinya di sela-sela acara pemakaman, ada salah satu tamu yang memberikan ini kepadaku. Saya tak begitu ingat. Momen itu begitu buram. Tetapi karena penasaran saya pun membuka foto itu.

Ternyata itu foto-foto anakku Linda. Itu foto-foto yang diambil olehku.

Mengapa ada foto album?. Pikirku dalam hati, Selama ini saya hanya mengambil foto dan simpan digital. Tidak pernah kasih ke orang luar. Siapa yang mencetak foto-foto itu? Apa alasannya dia mencetak foto ini ke saya?

Semua foto-foto di dalam album ini fokus pada anakku Linda dan disusun secara kronologis. Di mulai dari dia berusia bayi. Di situ pun ada yang berusia 3 tahun merayakan ulang tahunnya. Ada foto ia, saat usia 5 tahun sedang bermain sepeda roda empat yang saya belikan untuk dirinya. Kemudian foto ulang tahun usia dia ke-6, beberapa bulan sebelum ia… Ah sudahlah. Saya kira foto ulang tahun keenam ia sudah yang terakhir. Namun buku album tersebut masih tebal. Saya pun membalikkan ke halaman berikutnya.

Ternyata masih ada foto lagi. Kali ini foto yang sangat asing. Tapi saya langsung mengerti. Itu adalah foto ulang tahun ke 7 anakku. Anakku berdiri di depan kuenya, dikelilingi teman-temannya. Beberapa teman saya mengenal karena satu TK, yang lain tidak saya kenal. Sedangkan saya berdiri disamping terlihat tersenyum. Mengapa? kok bisa seperti ini?

Pada saat itu saya berpikir siapa yang begitu kejam melakukan photo-editing untuk ini? Apa tujuannya? Supaya saya merasa lebih tertekan batin? Saya terus membalikkan halaman-halaman foto yang terlihat asing itu. Anakku tumbuh lincah. Ia sering juara kelas. Setidaknya itulah yang terpampang dalam foto tersebut. Semakin ke membalikan halaman, id pun tumbuh dewasa. Di usianya 16 tahun dia terlihat begitu mirip mamanya. aku sendiri semakin jarang muncul di foto. Tetapi sesekali kalau ada saya di dalam foto, maka bisa kelihatan bahwa saya semakin berumur.

Dalam benakku, Orang yang melakukan photoshop ini memang ahli. Tetapi dalam lubuk hati kecil terdalam saya merasa bahagia, karena Linda menjalani hidupnya dengan senang. Dalam lubuk hati terdalam, saya percaya foto-foto ini sungguhan. Namun nalar aku terus memberontak. Anakku sudah tiada! Teriak saya mengingatkan diri terus-menerus di dalam lubuk hati.

Foto pribadi Linda semakin jarang semenjak dia menginjak usia 20-an. Sebagai gantinya, kliping-kliping berita mengisi halaman-halaman buku album tersebut. Berita berisi tentang hal prestasi Linda di sesuatu yang sepertinya berkaitan dengan biologi. Kalaupun ada foto-foto, itu lebih sering berupa foto yang ada di dalam berita, contohnya ia sedang diwawancara dalam laboratorium atau foto bersama rekannya sesama peneliti.

Selain foto dan kliping, juga ada jurnal-jurnal ilmiah. Namun aku tidak mengerti apa yang ditulis di sana. Banyak istilah-istilah tak umum seperti modifikasi genetik dan embrio. Semakin ke belakang, semakin lebih banyak berita. Ada satu berita yang melaporkan masyarakat mengecam penelitian yang dipimpin Anakku yang dikhawatirkan akan menciptakan chaos masyarakat. Dan juga ada berita demonstrasi besar-besaran di berbagai belahan dunia.

Dan semakin menjelang ke belakang berita berikutnya adalah rumor manusia yang memangsa manusia. Beberapa negara, pemerintahannya tumbang. Lalu ada satu lagi berita dengan judul headline yang membuat bulu kuduk berdiri, “Dunia Sudah di menjelang Kiamat”.

Kliping itu yang kulihat kliping terakhir. Saya membalikkan buku album itu, tetapi tak ada apa-apa lagi. Tidak ada foto, tidak ada berita, tak ada apa-apa.

aku menutup buku album itu. Bingung dengan isi ini. Mau melapor kepolisian pun bingung mau melapor apa, karena Anakku sudah meninggal. Saya hanya bisa menghela napas dan meletakkan album itu ke samping.