Kisah Nyata! Cerita Misteri Lemah Layat Bagian Ke 2

Prediksi Togel, Cerita Misteri, arti mimpi mudik, tafsir mimpi, ulasan pusaka, misteri, angker, Supranatural, Terawang angkaPrediksi Togel, Cerita Misteri, tafsir mimpi, ulasan pusaka, misteri, angker, Supranatural, Terawang angka, Cerita Misteri Lemah Layat

Cerita Misteri Lemah Layat Bagian Ke 2, Dijamin Lebih Menegangkan

Cerita Misteri Lemah Layat. “kancamu kandanono, nang kene, ilmune gak onok apa-apane, mene nek wes sadar, gowoen nang mbah Pornomo.”
(temanmu kasih tahu, disini, ilmunya gak ada apa-apa nya, kalau sudah sadar, bawa dia ke mbah Pornomo) 
Ruslan mengangguk, “nggih mbah” sahutnya, “eh, nggih mbak” Ruslan mengkoreksi ucapannya, kini dirinya menatap rambut yang masih ada ditangan Lastri, dirinya pergi, menjauh dengan kaki pincang,
Ruslan menggendong Agus kembali ke rumah. Entah apa yang terjadi, Ruslan masih tidak mengerti  ditemani Koco, Agus dibawa ke rumah lelaki tua tersebut, dirin6ya sudah sadar, namun, dirinya seperti orang ling lung, wajahnya pucat, bahkan, Rusalan sudah mengajaknya bicara sejak tadi pagi namun, Agus hanya diam.
Mbah Pornomo hanya duduk memandangnya, dirinya menunjukkan kain kafan putih,  mbah Por, membuka kain kafan putih tersebut, didalamnya, ada segumpal rambut, Ruslan langsung tahu, rambut tersebut adalah rambut Agus,
“Nekat!!” ucap mbah Por, tanpa mengatakan apa-apa lagi, mbah Por langsung menghantam kepala Agus, sebelum menekan hidungnya, tiba-tiba darah hitam keluar darisana,  mbah Por langsung menyesap hidung Agus, Ruslan dan Koco hanya bisa melihat kejadian tersebut, mereka tidak mau berkomentar, setelah selesai, mbah Por mengambil batok kelapa, memuntahkan isi mulutnya,
Disana, ditengah-tengah genangan darah hitam kental, ada segumpal daging yang sudah busuk mbah Por membuang ludah sebelum membersihkan mulutnya dengan sapu tangan, dirinya meletakkan rambut hitam dan kain kafan di batok kelapa, membakarnya, dan tercium aroma yang sangat wangi, wangi sekali sampai Ruslan dan Koco bingung mbah Por kemudian meminumkan air putih, Agus sadar.

“Piye” tanya mbah Por, “Wes ngerti sopo sing nduwe lemah kui” (kamu sudah tahu siapa yang punya tanah tersebut)

Agus hanya diam, keringatnya mengalir deras, bibirnya mulai gemetar,

“Sudah lihat juga, Gundik’colo yang lain?” mbah Por masih bertanya,

Agus mengangguk  mbah Por berdiri, dirinya diam, kemudian mendekati Agus lagi, “boleh aku melihat apa yang kamu lihat”

Agus mengangguk, Ruslan dan Koco masih diam, dirinya melihat mbah Por, mencium tangan Agus seakan dirinya meminta restu, suasana menjadi hening, Cerita Misteri Lemah Layat sangat hening sekali, Ruslan dan Koco, mulai merinding  seperti tersedak, mbah Por melompat mundur, dibibirnya tiba-tiba keluar darah, dirinya merangkak, seolah mau memuntahkan sesuatu, Agus dan yang lain sontak menolong mbah Por, memijat lehernya
Mbah Por terus memukul dadanya, dan keluarlah gumpalan daging yang sama seperti Agus, daging colo’ berlumuran darah

“Artine opo toh mbah?” tanya Ruslan,

“Sing nduwe lemah, kate teko, njupuk opo sing kudu di jupuk” (yang punya tanah sudah mau datang, mengambil apa yang harus dia ambil)

“Nopo niku mbah?” (apa itu mbah)

Mbah Por tampak berpikir, “Lastri”  “co” kata mbah Pur, “awakmu eroh omahe pak RT, budalo mrono, ngomong’o, Balasedo’ne teko” (Kamu tahu rumah pak RT kan, bilang sama dia, Balaseda’ datang)

Ruslan melihat wajah mbah Por, dirinya tidak pernah segelisah ini, sedari tadi, mbah Por hanya mengelus janggutnya 

mbah Por melihat keluar rumah, lalu menutup pintu rumahnya, “melok aku” (ikut saya)

Ruslan dan Agus berdiri, dirinya berjalan di belakang mbah Por yang melangkah masuk ke salah satu kamar, di kamar itu, Ruslan banyak melihat benda-benda yang tidak asing lagi, bawang putih di pasak, cabai di ikat dengan benang, sampai kembang bertebaran di meja, mbah Por langsung mempersilahkan mereka untuk duduk, saat mereka duduk, tiba-tiba mbah Por memukul-mukul kepalanya, seperti orang kebingungan, bahkan, dirinya menghantam rahangnya, dan secara tiba-tiba, menarik paksa giginya..

entah gigi mana yang dia ambil, namun, Ruslan dan Agus merasa ngilu melihat itu di depannya, darah masih mengalir dari bibir mbah Por, namun, bukannya merasa kesakitan, mbah Por seperti tertawa terbahak-bahak melihat giginya sudah tanggal

“Edan” bisik Ruslan, yang ditanggapi agus, dirinya setuju  berpikir bahwa semua itu selesai, adalah kesalahan yang besar, mbah Por lagi-lagi, menekan gigi bawah yang berada tepat di tengah dengan kedua tangannya, matanya tengah menatap Ruslan, dengan nafas tersenggal-senggal, mbah Por menarik paksa, hingga darah mengalir deras dari bibirnya.

Menyaksikan hal gila seperti itu, membuat Agus dan Ruslan tidak kuat, dirinya mendekati mbah Por, namun, mbah Por tak menghiraukan mereka, dirinya seperti orang yang sudah kesetanan, dan benar saja, giginya berjatuhan dengan luka robek yang membuat Ruslan memalingkan wajahnya.

Mbah Por tertawa dengan serampangan, mbah Por mengumpulkan gigi yang berjatuhan tersebut, membungkusnya dengan daun pepaya yang berada di atas meja, cipratan darah masih dapat dilihat oleh Ruslan dan Agus, entah apa yang mau dirinya lakukan, Ruslan tidak mengerti, karena setelahnya, mbah Por menelan daun pepaya itu bulat-bulat.

“ben, nek ajor mesisan ajor” (biar saja, hancur sekalian hancur)

PASARAN

PREDIKSI MBAH JITU TOP 2D

KLIK

PASARAN SYDNEY

90 97 94 93 47 40 43 30 37 34

SELENGKAPNYA

PASARAN COLOMBO

04 03 06 09 34 36 39 94 93 96

SELENGKAPNYA

PASARAN SCOTLAND

60 69 63 65 39 30 35 50 59 50

SELENGKAPNYA

PASARAN SINGAPORE

37 31 39 36 17 19 16 97 91 96

SELENGKAPNYA

PASARAN JAMAICA

01 04 06 07 61 64 67 71 74 76

SELENGKAPNYA

PASARAN UGANDA

23 21 29 27 73 71 79 93 91 97

SELENGKAPNYA

PASARAN HONGKONG

10 12 19 16 90 96 92 60 62 69

SELENGKAPNYA

PASARAN KENYA

24 26 27 27 64 62 67 74 72 76

SELENGKAPNYA

PASARAN SLOVAKIA

36 39 38 37 86 89 87 76 79 78

SELENGKAPNYA

Agus dan Ruslan tidak mengerti maksud ucapannya, karena setelahnya, mbah Por mengambil sebilah keris yang di gantung di atas tembok kayu, menyampirkannya di pinggul, sebelum pergi, mbah Por berpesan agar mereka tetap berada di rumah ini.

“Tengah malam saya kembali, saat itu juga, kalian akan saya bawa masuk ke rumah Lastri, agar kalian bisa tahu apa yang ada di dalam sana, dan” mbah Por tampak memandang Agus, “dia datang malam ini nak”Agus pucat, Ruslan bisa melihatnya.

“Onok opo seh asline gus” “bar koen ambek aku wes duluran mbok diceritani, asline opo sing mok wedeni” (ada apa sih sebenarnya gus, kamu sama aku udah saudaraan harusnya kamu cerita sebenarnya apa yang bikin kamu sangat takutan)

“Nang jero omah iku Rus, onok, onok” (di dalam rumah itu ada)

Agus seperti tidak bisa mengatakannya.

“Jancok onok opo seh?” (sialan ada apa sih sebenarnya)

“Nang jero omah iku onok” (di dalam rumah itu ada)

“Ranggon”

Ruslan yang mendengarnya hanya melotot pada Agus, “taek!!” (Tai) kata Ruslan, “pantes ae sing jogo model ngunu” 

“Lastri sing ndudui awakmu opo piye” (Lastri yang ngasih tahu kamu apa gimana) “modelan Ranggon, gak bakal di duduno ambek sing jogo, nyowo gus, taruhane, opo awakmu ndang sing” (model barang seperti itu tidak boleh di perlihatkan sama yang jaga, nyawa itu Gus taruhanya, apa jangan-jangan).

“Aku gak sengojo ndelok Rus” (aku gak sengaja lihat Rus)

Ruslan hanya duduk pasrah, matanya melihat keatas, “kadang aku mikir, awakmu iku pinter wes tak anggep masku dewe, eh, kadang koen goblok tenan koyok wergol, asu!!” (kadang aku mikir kamu itu pinter, sampai tak anggap abang sendiri, tapi kadang kamu bodohnya gak ketulungan, mirip Wergol, anj*ng!!) tidak beberapa lama, terdengar suara ketukan keras sekali, selain keras, suara ketukan itu tanpa jedah, membuat Agus dan Ruslan melihat ke pintu.

“Sopo iku gus?” (siapa itu gus)

Agus dan Ruslan mendekat, ketukan itu tidak berhenti-henti sebelum, “Rus, iki aku Koco!!”

Seketika Ruslan langsung membukanya, “Edan!! suwene mbukake!!” (gila!! lama sekali bukanya) sahut Koco emosi,

“Koen mbalik to” (kamu balik ya)

Belum Koco cerita, Ruslan dan Agus melihat apa yang ada di depan pintu. disana, berdiri pocong tepat di depan rumah, dirinya melihat Ruslan dan Agus, dengan tenang, agus menutup pintu, perlahan, dan sosok itu tidak terlihat lagi.

Koco tidak tahu, namun Ruslan, merasa ada yang salah sama desa ini. Tepatnya, saat ini, Koco duduk sembari merokok, “heran aku Rus, mari tekan omahe pak RT, gak koro-koro, kabeh wong koyok sepakat nutup omah, gak onok omah mbukak lawang, aku muleh nang Mes ae sampek gak di bukakno ambek arek-arek” (heran aku Rus, setelah dari rumah pak RT, semua rumah seakan sepakat-

gak ada yang buka pintu, bahkan waktu aku balik ke mes, pintunya gak di buka sama anak-anak, makanya aku langsung kesini)

Agus dan Ruslan tidak menjawab.

“Opo onok hubungane ambek iku mau yo” (apa ada hubungannya sama itu ya)

“Onok maneh co” (ada lagi gak co) tanya Ruslan,

“Rokok” jawab Koco,

“Gak goblok, onok maneh ta sing aneh” (gak bodoh, ada lagi yang aneh)

Koco heran, ini pertamakalinya Ruslan menolak rokok dan Agus, malah diem aja,

“Ya itu Rus, di depan pintu, aku nemu piring isi bubur, tapi cuma digeletakin aja, gak ada yang makan”

“Mas bukak mas” tiba-tiba terdengar suara bersahutan, Ruslan dan Agus pura-pura tidak mendengarnya, berbeda dengan Koco, dirinya lantas berdiri, “ada orang kayanya di luar”

“Ojok di buka Co, wes talah lungguh ae” (jangan di buka co, sudah duduk aja)

Koco melihat Agus dan Ruslan heran,

“Halah, koen iku, yok opo nek wong sing nasib’e koyo aku mau” (halah, kalian itu, gimana kalau orang ini yang nasibnya kaya aku tadi)

Koco melewati Agus dan Ruslan, suara-suara itu terdengar semakin lama semakin bising, “Mas bukak mas” “Mas bukak mas”

Ruslan dan Agus hanya berdiri, tepat saat Koco membuka pintu, dirinya tidak menemukan siapapun disana, Ruslan dan Agus pun merasa janggal, dirinya tidak melihat apapun di luar pintu,

Koco merasa heran, lantas menatap dua kawannnya, mereka saling memandang satu sama lain, sebelum, terdengar suara barang jatuh dari atas.  Koco berbalik, dirinya mendapati karung putih, dengan perlahan Koco mendekat, lantas melihat ke atas genteng, namun, dirinya tidak menemukan apapun,
Koco menatap karung putih itu, sebelum dirinya berbalik melihat wajahnya hancur berantakan, tanpa pikir panjang, Koco langsung masuk menutup pintu.

“Asu!!” kata Koco menatap Ruslan dan Agus, “Pocongan gus, pocongan Rus!!”

Agus dan Ruslan melihat Koco, lantas mereka kemudian bicara bersamaan, “Rokok’e”

Malam itu di lewati tiga orang itu dengan cerita tentang penghuni tanah layat tersebut, disini, Koco sudah mengerti semuanya 

hampir semalam suntuk, Ruslan, Koco dan Agus menghisap rokok, sementara di luar terus terdengar suara itu yang saling bersahutan, “Bukak mas, bukak”

“Jancok, menengo” kata Ruslan, menggedor-gedor tembok kayu itu, setelah berteriak, tiba-tiba hening, suara itu menghilang, Ruslan pucat pintu terbuka, semua mata langsung memandang ke pintu, bersamaan itu, mbah Por masuk, melihat ke tiga orang yang tengah merokok di ujung ruangan,

Baju mbah Por, sudah di penuhi oleh darah, wajahnya muram berantakan, lantas ia menatap Agus, “Ayok melok, ndang urusane mari” (ayo ikut)

“Agus tok mbah” (cuma Agus mbah) tanya Ruslan, Koco juga merasa harus ikut, lantas kemudian berdiri, mbah Por menatap Koco dan Ruslan bergantian, “tapi kalau kalian ikut gak papa, tapi nyawa kalian tidak bisa aku jamin ya”

Koco duduk lagi,  Ruslan melangkah, mengikuti Agus dan mbah Por, begitu keluar dari pintu, Ruslan baru sadar, suasana desa ini benar-benar lain, tak seorangpun terlihat di sepanjang jalanan desa, bahkan, binatang pun tiba-tiba lenyap semua,

Tak ada makhluk apapun yang hidup kecuali mereka, pintu di tutup

“Itu darah apa mbah?” tanya Agus,

“Halah, awakmu wes eroh iki getih’e opo” (halah, sebenarnya kamu tahu darah apa ini)

Ruslan menatap kesana kemari, dirinya tidak melihat satupun bentuk mengerikan dari wujud putih terbungkus itu, mbah Por menatap Ruslan, “ra usah wedi” melewati kebun Jati, mbah Por mendekati rumah Lastri, disana, sudah ramai layaknya pasar malam, hanya saja, yang berdiri hanya makhluk putih terbungkus itu (pocong), Ruslan melewatinya, dirinya tidak mau melihat wajahnya,

Begitu sampai di ambang pintu, Agus dan Ruslan melihat mbak Lastri duduk 

anehnya, mbak Lastri hanya diam, melamun.

Ruslan dan Agus berhenti tepat di depannya, Lastri hanya duduk dengan kain yang menutupi kakinya.

Mbah Por tiba-tiba memanggil, “mrene gus, iki kan sing kepingin mok delok iku” (kesini gus, ini kan yang mau kau lihat) 

Agus yang pertama masuk ke ruangan itu, sementara Ruslan masih melihat mbak Lastri, dirinya masih diam, duduk, sendirian di ruang tamu, aneh

Ruslan kemudian mendekat, dirinya langsung mencium bau amis nanah, dalam batinnya ia mengatakannya, “bau Ranggon” sembari menutupi hidungnya saat Ruslan melihatnya, tubuhnya menggelinjang, dirinya tidak menyangka apa yang Agus katakan itu benar

Hal seperti ini masih ada, Ruslan melihat, seseorang tengah terlentang di atas pasak kayu, dengan kulit yang dipenuhi borok, tubuhnya merah, tepat di bawahnya ada ember penuh dengan darah  darah itu keluar dari anusnya, Ruslan dan Agus saling menatap satu sama lain,

“Ranggon” kata mbah Por, “sudah lama ada disini, kalau belum di ijinkan mati sama yang punya, dia gak akan bisa mati”Ruslan membuang muka, dirinya tidak sanggup melihat darah yang terus keluar dari anusnya 

Ruslan mendekatinya perlahan, dirinya melihat kulitnya benar-benar tidak rata,

“Setiap ada borok baru yang muncul, dagingnya harus di iris, karena itulah, di beberapa bagian tubuhnya, kamu bisa lihat tulang belulangnya”

Ruslan masih tidak percaya, ini seperti mendengar dongeng kakek tiba-tiba Lastri muncul, dirinya melihat semua orang di kamar.

“Padu wes tekan mas” (dia sudah datang mas)
Mbah Por tampak tegang Cerita Misteri Lemah Layat, namun, Agus dan juga Ruslan melihat kaki Lastri, disana, daging di kakinya banyak yang sudah teriris, seketika Agus tahu, siapa sih Ranggon ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published.