Cerita Misteri Manusia Tidak Langsung Mati Ketika Dipancung

Prediksi Togel, Cerita Misteri, tafsir mimpi, ulasan pusaka, misteri, angker, Supranatural, Terawang angka

Cerita Misteri Manusia Tidak Langsung Mati Ketika Dipancung – Berawal saya memiliki satu-satunya yang bernama Filo. Secara Fisik dia amatlah kurus sekali. itu disebabkan karena penyakit yang lama dideritanya. Secara penampilan ia pun terlihat acak-acakan.

Dia tak pernah sekolah, tetapi ia sangat pintar, Walaupun saya saat ini sudah SMA, Namun ia terkadang tahu lebih banyak hal-hal dari pada saya, padahal ia mengaku pendidikan terakhir  dia adalah SMP kelas 2. Saya akui ia amat pintar, tetapi di sisi lain, saya pun melihat dia sangat eksentrik, jika tidak bisa disebut psikopat

ia suka membedah binatang untuk mengamati organ-organnya. Terkadang mencoba memotong bagian-bagian binatang tersebut, hanya untuk melihat mereka bisa bertahan hidup berapa lama. Akhir-akhir ini saya melihat dia suka memenggal kepala tikus. Saya tidak tahu bagaimana ia berhasil menangkap tikus-tikus itu. Tapi yg pasti di rumahnya banyak sekali tikus-tikus got yang biasa kita sering jumpai.

“Terkadang binatang itu masih bertahan hidup beberapa saat setelah kepalanya dipenggal. Itu bisa dilihat dr gerakan mata atau wajahnya.”

Saya hanya mengangguk mendengarkan penjelasannya sambil membaca buku. Kalau saya hobi baca buku, itu sebabnya saya sering datang ke rumah dia. Tempat tinggalnya hanya dia seorang. Ia tidak punya saudara ataupun orang tua, hidupnya sebatang kara.

Tetapi rumah dari warisan dari orang tuanya ditambah uang yang diinvestasikan, membuat dia masih tetap bisa bertahan hidup sampai saat ini.

“Dan akhir-akhir ini saya lebih fokus ke manusia,” imbuhnya sambil tersenyum.

“Maksudnya?” cetus saya sambil meletakkan buku.

“Menurut kamu, apakah manusia masih sadar ketika kepalanya dipancung?”

“Saya merasa dia seketika akan mati… Benar begitukah?” tanya saya ragu.

Filo semenjak SMP kelas dua sudah tak pernah ke sekolah lagi. Penyakit yang iya derita membuat dia sensitif terhadap sinar cahaya matahari. Itulah sebabnya dia selalu di rumah. Maka itu juga mengapa dia tidak punya teman. Saya rasa, mungkin saya satu-satunya teman yang dia miliki. Dan saya pikir gara-gara sendirian terlalu lama, itu yang membuat ia eksentrik. Atau agak psycho.

“Tidak. Kamu tahu abad 18an hukuman pancung adalah hukuman yg paling umum. Mereka menggunakan guillotine utk memenggal secara cepat dan akurat. Dan berdasarkan beberapa catatan ada yg sangat menarik.”

“Menarik bagaimana?” tanyaku

“Contohnya,” kata Filo sambil menunjukkan saya sebuah halaman buku  yg sudah menguning menunjukkan perempuan digiring ke guillotine, “Charlotte Corday, pembunuh jurnalis radikal Jean-Paul Marat.”

“Massa begitu emosi, karena Jean-Paul Marat, begitu dipuja masyarakat. Bahkan begitu dipenggal, sang algojo mengangkat kepala wanita dan kemudian menamparnya. Menurut saksi mata, bola mata Charlotte mengarah ke algojo dan raut wajahnya berubah menjadi terlihat amat marah.”

“Waah..” responku

“Kemudian ada cerita lain mengenai dokter Perancis, Dr. Gabriel Beaurieux. Tahun 1905 ia melakukan eksperimen ke seorang narapidana. Tepat setelah dipancung, sang dokter memanggil nama narapidana itu, matanya terbuka.”

“menyeramkan sekali, kalau ternyata manusia masih sadar ketika kepalanya sudah lepas dari badannya…” imbuh saya merinding membayangkan rasa sakitnya.

“Dan hal ini membuat saya penasaran setengah mati sudah lama. Apa yang dia rasakan orang tersebut di ambang kematian. Apakah ia melihat malaikat? Apakah ia juga merasakan sakit?”

“Saya rasa hal itu kita tidak akan pernah tahu haha…” ujar saya

“Tak masalah. Saya yang akan mencobanya.”

“Mencoba gimana?” tanya saya bingung.

“Saya akan mencoba memenggal diri saya sendiri. Kamu nanti cobalah bertanya pertanyaan ke saya.”

“Jangan gila kamu! Kamu mau mati?” tanya saya. Saya tahu Filo sedang serius. Sudahku bilang, ia eksentrik.

“Ini adalah kesempatan terakhir saya.”

“Kamu lebih baik bisa baca buku saja, googling di Internet, atau lainnya. Buat apa bunuh diri, hanya sekedar pengen tahu? Dosa itu.. Dosa!!”

“Frans. Sejujurnya hidupku tak akan lama lagi. Penyakitku yang saya derita semakin hari sudah semakin parah. Dokter memvonis kemungkinan saya hanya bisa melewati tahun depan, sudah sangat minim.”

Saya sebenarnya tak ingin mengungkitnya, tetapi saya memang bisa melihat dari fisik Filo yang semakin hari semakin kurus. Sudah seperti tulang yang berselimut kulit saja. Kita berdua sudah tahu dari awal. Hidupnya tak akan lama.

“Jangan gila Filo.. Kamu harusnya bisa memanfaatkan sisa hidup untuk hal lebih berarti…”

“Tolonglah aku. Sebetulnya saya sudah membuat guillotine ku sendiri.”

ia mengajak saya ke kamarnya. Dan di sana memang sudah ada sebuah guillotin mini yang dibuatnya sendiri. Bulu kudukku berdiri.

“Guillotine tersebut sudah saya uji dan mampu memotong kayu secara cepat. Leherku yang tidak berdaging ini, pasti akan jauh lebih gampang.” jelas Filo.

“Hentikan…” tegas saya

“Jadi saat saya sudah dipancung kamu tanya pertanyaan ya atau tidak. Saya akan jawab dengan kedipan. Satu kedipan tandanya ‘ya’, dua kedipan berarti ‘tidak’.”

“Sudah akhiri dengan kegilaan ini,” saya berpaling dan berjalan keluar kamar. Saya ingin segera pulang. Saya tidak kuat melihat hal ini.

“Tolonglah permintaan terakhir orang yang sekarat ini.” ujar dia

Saya terdiam. Saya tidak menoleh dan merespon dia.

“Walaupun kamu berjalan pulang, saya tetap akan memenggal pala saya. Tetapi saya akan mati sendirian. Demi temanmu yg akan mati ini, mohon penuhi permintaannya terakhir….” ujar Filo menangis.

Ini bener-bener gila. Saya berjalan keluar, dan sedetik kemudian,

ZAAAAM!!!!!

Reflekku menoleh ke belakang. Kepala Filo sudah terjatuh ke lantai. Darah merah membasahi lantai. Saya meneriaki namanya. Tetapi saya tahu itu hal yang percuma. Dia tidak mungkin hidup, saya berlari dan melihatnya.

Kacau bingung, apa yang harus saya perbuat? Di tengah kekacauan, saya melihat bola matanya bergerak ke arahku. Mata kami saling bertumbukan…

Ia masih hidup, gumamku dalam hati.

“Kamu masih sadar??” tanyaku, ragu.

Satu kedipan, respon dia.

“Ya ampun. Apakah kamu merasa kesakitan?” tanyaku menahan tangis. Perasaan saya sangat kacau sekali.

Dua kedipan, respon dia.

Saya bingung harus bertanya apa lagi. Tetapi sesuai keinginannya terakhirnya saya pun bertanya pertanyaan dia lagi.

“Apakah kamu melihat malaikat?” tanya ku

Dua kedipan, respon dia.

Ada melihat cahaya putih?”tanya ku

Kembali dua kedipan, respon dia.

“A..apa kamu merasa takut saat ini?” tanya ku lagi

Dua kedipan, respon dia.

Saya bingung ingin bertanya apa lagi ke dia, Saya tidak siap. Dan disaat itu saya melihat Filo kedip lagi, kali ini ia tiga kali. Saya tidak mengerti. Setelah itu, matanya tidak terbuka lagi. Saya memanggil namanya beberapa kali, tetapi tidak ada respon dari dia.

Saya berlari keluar, mencari bantuan kesana kemari.

Akhirnya temanku Filo dimakamkan secara sederhana. Saya mengalami trauma amat mendalam dan sering mengalami mimpi buruk. Belakangan mengikuti terapi dari psikiater. Saya menjadi percaya, manusia memang masih sadar setelah dipancung kepalanya. Kurang lebih selama 20an detik malah. Tetapi satu hal yang masih membuat saya penasaran sampai saat ini. Apa arti tiga kedipan terakhir dari Filo??

Leave a Reply

Your email address will not be published.