Kisah Misteri Kereta Api Jurusan Ke Alam Gaib

Prediksi Togel, Cerita Misteri, tafsir mimpi, ulasan pusaka, misteri, angker, Supranatural, Terawang angka Prediksi Togel, Cerita Misteri, tafsir mimpi, ulasan pusaka, misteri, angker, Supranatural, Terawang angka,Prediksi Togel, Cerita Misteri, tafsir mimpi, ulasan pusaka, misteri, angker, Supranatural, Terawang angka Prediksi Togel, Cerita Misteri, tafsir mimpi, ulasan pusaka, misteri, angker, Supranatural, Terawang angka, Prediksi Togel, Cerita Misteri, tafsir mimpi, ulasan pusaka, misteri, angker, Supranatural, Terawang angka Prediksi Togel, Cerita Misteri, tafsir mimpi, ulasan pusaka, misteri, angker, Supranatural, Terawang angka,Prediksi Togel, Cerita Misteri, tafsir mimpi, ulasan pusaka, misteri, angker, Supranatural, Terawang angka Prediksi Togel, Cerita Misteri, tafsir mimpi, ulasan pusaka, misteri, angker, Supranatural, Ulasan Pusaka

Cerita Mistis Pulang Kemalaman Tidak Sengaja Naik Kereta Api Jurusan Ke Alam Gaib, Inilah Yang Terjadi…

Mbahjitu – Cerita horor dan misteri ketika yang pulang kemalaman malam tidak sengaja naik kereta api jurusan ke alam gaib, Malam itu aku yang pulang larut dan baru saja sampai di stasiun menjelang pada pukul 11 malam. Beruntung banget kereta terakhir belum tiba. Kalau ketinggalan kereta, aku yang harus mencari kendaraan lain
dengan rute yang lebih jauh lagi agar supaya bisa pulang ke rumah.

Stasiun sudah sepi sekali dan hanya yang tersisa beberapa orang yang juga sedang menunggu kereta terakhir tersebut. Dengan lelah aku mengistirahatkan diri di salah satu kursi peron sambil yang terkantuk-kantuk. Entah sudah berapa menit telah berlalu, mungkin aku yang juga sempat ketiduran dikursi, ketika akhirnya aku melihat
ada cahaya lampu terang dari arah selatan yang diiringi oleh suara derak roda besi yang berlari di atas rel kereta.

Aku bergegas langsung untuk bangkit dari kursi dan serta mengambil tasku. Tidak lama kemudian kereta berhenti tepat di depanku dan tanpa yang pikir panjang kalau ternyata kereta api tersebut adalah jurusan ke alam gaib. aku pun segera naik karena jalur tersebut memang hanya yang diperuntukkan bagi kereta yang menuju ke
Rangkasbitung.

Aku hanya ingin cepat-cepat bisa pulang dan tidur. Sebagian besar lampu di dalam gerbong sudah yang dimatikan dan meskipun penerangan secara remang-remang, aku pun melihat ada lima orang penumpang lain di gerbong kerata itu. Aku pun tidak mau ambil pusing karena ini memang kereta terakhir dan langsung duduk di kursi yang kosong dekat pintu. Kantuk kembali yang menyerangku dan dalam sekejap aku pun sudah memejamkan mataku.

Tidurku terganggu ketika yang hidungku mencium ada semacam bau anyir. Awalnya bau itu terasa samar-samar saja, namun makin lama makin tajam. “Mungkin sedang yang lewat pasar,” gumamku dalam hati. Kereta tiba-tiba berhenti dan pintu pun terbuka. Aku spontan langsung membuka mata ketika aroma anyir yang tajam menyeruak masuk ke dalam gerbong. Di saat yang sama, beberapa penumpang pun melangkah masuk dan duduk di kursi-kursi yang kosong.

Aku baru yang menyadari kalau ada yang salah ketika melihat para penumpang tersebut. Wajah dan tubuh mereka yang seperti berlumuran darah seperti korban kecelakaan, tapi tatapan mata mereka semuanya kosong. Aku pun segera menoleh ke arah lima penumpang lama dan ternyata kondisi mereka pun yang sama mengenaskannya, ada yang kehilangan anggota badannya dan ada juga yang kepalanya sudah remuk parah.

Kantukku pun langsung lenyap seketika, jantungku berdetak sangat keras sambil yang mencoba menerka apa yang sebenarnya sedang terjadi. Secepat kilat aku pun mengambil tasku dan langsung berlari keluar dari kereta sebelum pintu kereta yang kembali tertutup. Tidak lama setelah aku menginjakkan kaki di peron, pintu-pintu gerbong yang
kembali tertutup dan kereta pun kembali berjalan. Aku pun menoleh ke arah kereta dan memperhatikannya menghilang di balik kegelapan malam.

Hanya saja sekarang aku menyadari kalau aku yang sedang berdiri di peron yang gelap gulita, di stasiun yang kelihatannya sudah tidak pernah digunakan lagi. “Mbak,” sebuah suara dari balik kegelapan kembali membuat jantungku melompat. Aku menoleh dan melihat ada seorang bapak tua yang berseragam berjalan mendekat.
“Mbak naik kereta yang tadi, ya?”
“Iya, Pak. Ini dimana, ya posisinya kalo boleh tau?” tanyaku masih bingung dan tapi juga agak lega.
“Stasiun Pondok Betung, Mbak. Ayo, ikut saya mari. Saya tugas yang jaga portal di sana,” Bapak itu menunjuk sebuah portal di kejauhan. Aku pun mengangguk dan berjalan mengikuti si Bapak menyusuri sisi rel kereta api.

“Pak, kereta api yang saya naiki tadi kok sedikit agak aneh, ya?” tanyaku kemudian dengan penasaran.
Si Bapak terkekeh, “Itu memang bukan kereta api untuk manusia yang masih hidup, Mbak,” jawabnya.
“Setiap tanggal dan bulan segini biasanya ada kereta api itu yang lewat untuk menjemput roh-roh yang telah ketinggalan.”
“Roh?” Aku menatap si Bapak dengan agak terkejut.
“Mbak pernah dengar tentang tragedi Bintaro, kan?” tanya si Bapak lagi.
Aku mengangguk pelan.
“Kadang ada juga manusia hidup yang bisa kebawa juga, seperti Mbak tadi,” jelas si Bapak lagi.
“Makanya saya selalu jaga di dekat stasiun setiap jam dan tanggal segini,” lanjutnya.
“Jadi bukan saya saja yang pernah kebawa ya, Pak?” tanyaku agak kaget.
“Iya, untungnya Mbak tadi bisa langsung mau turun. Mungkin ada juga yang terus kebawa dan nggak bisa yang pulang lagi karena kereta tersebut jurusan ke alam gaib.”
“Nggak tahu gimana nasib mereka,” kata si Bapak. “Wallahualam.”

Sumber: harianmerapi

Leave a Reply

Your email address will not be published.