Cerita Misteri Dapat Kenalan Janda Muda Tanpa Anak Tapi Saat Dikencani Ternyata….

Prediksi Togel, Cerita Misteri, tafsir mimpi, ulasan pusaka, misteri, angker, Supranatural, Terawang angka Prediksi Togel, Cerita Misteri, tafsir mimpi, ulasan pusaka, misteri, angker, Supranatural, Terawang angka,Prediksi Togel, Cerita Misteri, tafsir mimpi, ulasan pusaka, misteri, angker, Supranatural, Terawang angka Prediksi Togel, Cerita Misteri, tafsir mimpi, ulasan pusaka, misteri, angker, Supranatural, Terawang angka, Prediksi Togel, Cerita Misteri, tafsir mimpi, ulasan pusaka, misteri, angker, Supranatural, Terawang angka Prediksi Togel, Cerita Misteri, tafsir mimpi, ulasan pusaka, misteri, angker, Supranatural, Terawang angka,Prediksi Togel, Cerita Misteri, tafsir mimpi, ulasan pusaka, misteri, angker, Supranatural, Terawang angka Prediksi Togel, Cerita Misteri, tafsir mimpi, ulasan pusaka, misteri, angker, Supranatural, Ulasan Pusaka

Cerita Mistis Akibat Kenalan Dan Kencan Dengan janda Muda Tanpa Anak, Lelaki Hidung Belang Kena Batunya

Mbahjitu – Bisa Kenalan dan berkencan dengan janda muda tanpa anak yang baru dikenal tentulah merupakan saat yang ditunggu-tunggu. Tapi apa daya semua angan-angan indah tersebut buyar seketika, bahkan boleh dibilang kalau si hidung belang telah kena batunya.

Orang Jawa kuno pasti mengenal dengan istilah ‘thuk-mis’ atau bathuk klimis. Sebuah sebutan yang patut dikenakan kepada lelaki hidung belang. Mas Benyo adalah salah seorang yang menyandang sebutan tersebut. Jika melihat perempuan yang cantik, hasrat Mas Benyo untuk mendekat selalu yang menggebu-gebu.

Belum lama ini Mas Benyo mendapat kenalan baru. Seorang janda muda tanpa anak yang bernama Juminten. Sangat sesuai selera dengan Mas Benyo, Juminten tubuhnya sangat sintal dan berkulit kuning langsat. “Mbak Juminten, apakah kau berkenan andai jika besok malam aku yang main ke rumahmu?” tanya Mas Benyo melalui SMS. “Oke. Kenapa tidak? Asal yang tidak sampai larut malam saja soalnya Kakekku sangat marah jika hal itu sampai terjadi,” balas Juminten.

Keesokan malamnya Mas Benyo menepati kencan tersebut. Mengendarai sepedamotor kesayangannya dan mengenakan pakaian keren favoritnya, celana biru tua dan baju biru muda, menuju rumah Juminten. “Yuk, langsung masuk saja. Tidak ada siapa-siapa kok selain aku dan Kakekku,” ucap Juminten ketika yang menerima kedatangan Mas Benyo.

Dasar orang ‘blater’ atau sugih gunem, banyak omong, obrolan Mas Benyo mengalir bak kali banjir. Apa saja jadi bahan omongan. Rasanya baru saja yang duduk, tahu-tahu jam di tembok sudah yang menunjukkan angka sepuluh kurang sepuluh menit.

“Aduh, Mas sudah hampir mau jam sepuluh loh. Bukannya aku mau mengusirmu. Tapi sebaiknya Mas segera pulang ya. Ingat pesan Kakekku lho ya?” pinta Juminten. “Ah, apa hiya? Mungkin itu jarum jam kau saja yang berjalan terlalu begitu cepat.” Mas Benyo berusaha untuk mengulur-ulur waktu. Agar bisa untuk duduk berdua yang
lebih lama lagi.

“Nah tuh. Mas Benyo dengar apa nggak. Suara gemeretak gigi Kakekku. Itu pertanda beliau yang sudah marah besar,” ujar Juminten agak sewot. Tiba-tiba saja kordin yang membatasi ruang dalam dan ruang tamu tersibak. Mas Benyo kaget melihat sesosok jangkrong atau tengkorak manusia. Gigi-geliginya terdengar gemeretak. Spontan Mas Benyo melompat keluar rumah. Sampai di luar, tidak terlihat lagi rumah janda muda tanpa anak tersebut. Yang tampak hanyalah batu-batu nisan yang berserakan disana-sini.

Sumber : harianmerapi

Leave a Reply

Your email address will not be published.