Cerita Horor Saat Berada Di Pantai Selatan

Prediksi Togel, Cerita Misteri, tafsir mimpi, ulasan pusaka, misteri, angker, Supranatural, Terawang angka Prediksi Togel, Cerita Misteri, tafsir mimpi, ulasan pusaka, misteri, angker, Supranatural, Terawang angka,Prediksi Togel, Cerita Misteri, tafsir mimpi, ulasan pusaka, misteri, angker, Supranatural, Terawang angka Prediksi Togel, Cerita Misteri, tafsir mimpi, ulasan pusaka, misteri, angker, Supranatural, Terawang angka, Prediksi Togel, Cerita Misteri, tafsir mimpi, ulasan pusaka, misteri, angker, Supranatural, Terawang angka Prediksi Togel, Cerita Misteri, tafsir mimpi, ulasan pusaka, misteri, angker, Supranatural, Terawang angka,Prediksi Togel, Cerita Misteri, tafsir mimpi, ulasan pusaka, misteri, angker, Supranatural, Terawang angka Prediksi Togel, Cerita Misteri, tafsir mimpi, ulasan pusaka, misteri, angker, Supranatural, Ulasan Pusaka

Mengerikan Pada Saat Di Pantai Selatan Terlihat Ritual Perempuan Baju Hijau

Mbahjitu – Cerita horor saat berada di Pantai Selatan ini dialami oleh mantan kekasihku pada saat kuliah dahulu. Sebelumnya, perkenalkan, namaku Ayong Kenz. Pada saat kuliah dahulu, aku yang berpacaran dengan cewe seksi bahenol yang bernama Chintia. Wanita asal Aceh yang senyumnya sangat nakal dan memikat hati.

Pada awal cerita, kami pun berdua pergi berlibur ke kota Yogyakarta. Tentu perasaanku penuh dengan kebahagian.
Kami sampai di Yogyakarta sekitar pukul 06.00 WIB. Tidak mau banyak menghabiskan waktu, kami pun langsung pergi ke salah satu pantai yang Ada di Gunungkidul tersebut.

“Nanti kita sewa tenda saja,” kataku.
“Siap, Nyong,” ucap Chintia.

Kami pun sampai di salah satu pantai selatan yang ada di pesisir Laut Selatan itu pada pukul 10.00 WIB. Chintia mengeluh yang lapar. Kami berdua pun langsung menuju ke salah satu warung. Chintia memesan mi kuah, aku pun juga sama. Setelah yang kenyang, Chintia mengajakku untuk berenang di pantai. Aku pun mengiyakan permintaannya. Ada banyak perasaan bahagia pada saat yang bermain di pantai bersama Chintia. Ah, aku menjadi rindu dia.

Waktu bersama Chintia terasa sangat cepat sekali. Senja terlihat yang sangat indah, tetapi tetap saja indah sekali mata Chintia. Tentu aku tidak perlu persetujuan orang lain tentang pendapatku itu. Chintia memang punya mata yang terbaik di dunia.

Singkat cerita, malam pun tiba. Ombak yang terdengar semakin kencang. Kami berdua banyak yang bicara di dalam tenda. Chintia terlihat sangat senang sekali pada saat mendengarku bercerita.

Tepat pada pukul 01.00 WIB, kami memutuskan untuk tidur saja. Aku membiarkan Chintia untuk tidur lebih dahulu.
Saat tahu Chintia yang sudah tidur, aku baru yang bisa memejamkan mataku. Tidurku saat itu terasa sangat nyenyak. Namun, ternyata Chintia mengalami hal yang sangat berbeda. Dia mengaku sangat ketakutan pada saat menjelang Subuh. “Ada perempuan baju berwarna hijau mengitari tenda kita. Dia langsung yang pergi ke pinggir laut,” kata Chintia.

Chintia mengintip sosok perempuan berbaju hijau itu dari dalam tenda. Perempuan itu terlihat sedang yang menjalankan ritual dengan melemparkan banyak koin ke arah laut. Chintia hanya yang terdiam ketakutan. Dia sudah berusaha untuk membangunkanku, tetapi tak bisa.

“Suaraku tidak bisa keluar. Aku tidak bisa bicara apa-apa pada saat itu,” ucap Chintia. Tidak lama setelah mengintip, perempuan berbaju hijau itu kata Chintia mendekat ke arah tenda kami. Chintia langsung menutup erat tenda.

Perempuan baju hijau itu kembali yang mengitari tenda kami. Tidak bersuara, hanya terdengar langkah kakinya saja. Chintia terus saja yang berdoa. Dia tidak tahu siapa yang sedang ada di luar tenda tersebut. Untungnya, kejadian itu tidak berlangsung lama. Perempuan itu perlahan yang meninggalkan tenda kami.

Cerita Chintia itu didengar oleh ibu pemilik warung. Beliau pun meminta kami untuk agar tidak yang khawatir.
“Tenang saja. Itu dia pemilik tempat ini. Selama kalian yang tidak berbuat hal-hal yang bersifat negatif, kalian akan bisa selamat,” kata ibu itu. Aku pun langsung teringat dengan cerita horor di Pantai Selatan. Untung saja, Chintia dan aku tidak kenapa-kenapa pada saat itu.

Sumber : genpi

Leave a Reply

Your email address will not be published.