Cerita Horor Pabrik Gula Kerajaan Demit
Pabrik Gula S**M***O, adalah salah satu Pabrik gula terbesar di daerah ini. tidak hanya terbesar melainkan satu-satunya nya pabrik yang di bangun disini.
Berdirinya pabrik gula ini sendiri jauh sebelum saya lahir di dunia ini. Besar, megah dan sangat luas adalah hal yang membuatnya di kenal luas. Namun, jauh dari kalimat tersebut, ada dunia yang tidak bisa di lihat oleh mata telanjang. sesuatu yang akan membuat orang ngeri bila apa yang ada di balik nama besar pabrik tersebut adalah, adanya Kerajaan demit.
Pagi itu, udara sangat dingin. Saya baru aja selesai habis Sholat subuh di surah dekat rumah saya.
Setelah shalat, biasanya anak-anak desa akan ngumpul di depan surah.
“mumpung Minggu, ayo mlaku-mlaku (mumpung hari Minggu, ayo jalan-jalan)” kata temen saya Jamal.
semua temen-temen saya, bersahut-sahut-an, setuju. Saya, langsung tanya “gok ndi?” (mau kemana?)
“yo opo lek nang pabrik. bekne nemu bal tenis” (gimana kalau kedalam pabrik, kali aja nemu bola tenis)
ada hal yang selalu saya lakukan bareng anak-anak desa, yaitu, masuk ke pabrik gula di samping desa, alasanya, disana banyak hal yang saya dan temen-temen saya suka.
Salah satunya, bola tenis. jadi, tiap sabtu sore, para petinggi pabrik gula akan bermain di lapangan tenis di dalam pabrik. satu dari banyak fasilitas untuk pekerja yang suka dengan olahraga tenis, dan biasanya banyak bola tenis yang keluar lapangan dan menghilang di rerumputan liar yang tumbuh di samping lapangan tersebut bola itu lah yang nanti kita pungut, buat di bawa pulang. kenapa harus bola tenis?
namun, kami terhenti ketika sampai di jalur Timur. “loh, kok di tutup” kata Andi.
Saya baru inget, hari minggu gerbang timur pasti tutup, karena hari minggu adalah waktu jemaat gereja untuk berkumpul.
Gerbang timur identik dengan pagar besi yang tinggi, di sampingnya ada gereja.
“gereja jawi wetan” itu yang saya inget. gerejanya tidak kalah tua sama pabrik, sudah berdiri sebelum saya di lahirkan.
Namun, konon, gereja ini terkenal cukup angker. tapi, sabar, nanti akan ada waktunya buat bahas gereja ini.
Saya dan yang lain, kebingungan. kayanya, bakal batal. Sampe si Udin nyeletuk. “yo opo nek liwat perumahan londo” (gimana kalau lewat perumahan belanda?”)
PASARAN |
KLIK |
|
PASARAN SYDNEY |
29 24 23 25 59 54 53 49 43 45 |
|
PASARAN COLOMBO |
31 37 34 32 41 47 42 21 27 24 |
|
PASARAN SCOTLAND |
03 06 01 07 13 16 17 73 76 71 |
|
PASARAN SINGAPORE |
SELASA DAN JUMAT LIBUR |
|
PASARAN JAMAICA |
74 73 72 78 34 32 38 84 83 82 |
|
PASARAN UGANDA |
46 48 42 45 26 28 25 86 82 85 |
|
PASARAN HONGKONG |
34 37 36 38 64 67 68 74 76 78 |
|
PASARAN KENYA |
34 32 37 38 24 27 28 74 72 78 |
|
PASARAN SLOVAKIA |
83 85 87 84 53 57 54 43 45 47 |
Sejarahnya sendiri, rumah tersebut dulu memang bekas rumah orang-orang belanda yang memiliki jabatan di pabrik gula tersebut. Namun, yang bikin saya merinding adalah, semua rumah tersebut sudah kosong dan di tinggal bertahun-tahun tidak di tinggali lagi, bahkan hingga saat ini, dan cerita dari mulut ke mulut, kabarnya, banyak yg pernah melihat, seseorang berdiri di kaca rumah belanda tersebut, menatap kosong jalanan, ketika seseorang melintas, mereka, melihat. Orang Belanda lengkap dengan pakaian khas mereka. Tersenyum, menyambut siapapun yang lewat.
Alasan kenapa temen saya ngusulin tersebut, karena di perumahan londo, tepatnya di rumah paling ujung ada tembok pembatas, di salah satu bagian temboknya sudah runtuh beberapa bagian, jadi dapat di panjat oleh kami yang masih anak-anak.
Kami pun menuju jalur utara, jalan kaki menyusuri jalan
Sampai disana, satu demi satu kami memanjat, melompat dan sampailah di depan rumah megah yang berjejer. hal yang paling menganggu dari rumah ini adalah gaya desain rumah ini yang hampir sama semua.
Yang paling mencolok, kaca hitam besar di samping pintu. Setiap melewati rumah tersebut ane berusaha untuk tidak melihat ke dalam kaca tersebut, karena setiap melihat kaca tersebut, ane terbayang wajah-wajah belanda yang sering saya bayangin karena cerita-certia yang sudah tersebar.
Akhirnya kami masuk ke lapagan tenis, ada pintu pagar kawat di sekelilingnya,
sangat tinggi pagar kawatnya, berguna agar bola tidak keluar dari lapangan, namun selalu ada saja bola yang berhasil keluar. Cerita Horor Pabrik Gula
disana, kami mulai mencari bola tenis yang mungkin masih ada sisa sabtu sore kemarin ketika petinggi pabrik bermain. Namun, mata saya tidak bisa fokus. Saya lebih tertuju pada 2 pohon asem yang bersebelahan sama besarnya entah disana ada apa, tapi, bulu leher saya selalu meremang setiap melihat pohon tersebut.