Kisah Nyata! Cerita Horor Tiang Kembar, Dia Bukan Nenekku Yang Sebenarnya
Cerita Horor Tiang Kembar ini adalah cerita pengalaman pacar temen kerja saya, kejadianya sendiri masih bisa di saya ingat dengan jelas karena belum lama ini terjadi saya udah meminta ijin yang bersangkutan buat di percaya untuk menulis cerita ini, dan karena ini adalah musibah yang menurut saya sudah GILA, saya setuju buat merahasiakan identitas, tempat dan semua yang berhubungan dengan beliau untuk kenyamanan bersama.
Adelia safitri wijaya, adalah seorang anak gadis yang lahir dan di besarkan oleh sebuah keluarga yang menjunjung tinggi nilai dari tradisional jawa atau biasa di sebut kejawen. Di dalam rumahnya, kerap di temui barang2 berupa keris, cincin batu, dan beberapa peninggalan kuno meski nilai jawa ada di dalam kehidupan mereka, keluarga tersebut adalah sebuah keluarga muslim yang taat. semua peninggalan dan barang antik di rumahnya, hanyalah sebuah peninggalan dari kakek-kakek mereka yang konon di jaga untuk menjunjung hormat mereka kepada yang sudah meninggalkan dunia ini
Bertempat tinggal di salah satu kota terbesar di jawa timur, Dela pada saat ini menempuh pendidikan sebagai mahasiswi di salah satu universitas swasta di kota ini. sore itu, Dela menatap langit, mendung. Hujan akan turun sebentar lagi. pikirnya. Tak beberapa lama, ada suara motor mendekat.
“Gak di jemput lagi Del” kata seorang wanita yang mengendarai motor matic, menatap Dela dengan senyum ramah.
Dela teringat ayahnya yang sibuk, ibunya apalagi, sedangkan kekasihnya, tidak dapat datang menjemput karena harus bekerja shift.
“Bareng aja, kebetulan aku lewat rumah kamu” ajak si gadis.
Mega adalah nama gadis tersebut, sahabat sekaligus teman Adel yang paling mengerti kondisi satu sama lain, tanpa menunggu hujan turun, Dela segera duduk di motor Mega, mereka pun segera pergi meninggalkan kampus. Di tengah perjalanan, Dela terlihat tidak fokus dengan apa yang sebenarnya sedangd dirinya pikirkan, dirinya hanya teringat satu orang yang membuatnya akhir-akhir ini merasa tidak nyaman.
“Mbah Wira” begitu. Dela memanggilnya.
Mbah Wira adalah satu-satunya nenek Dela yang masih ada sampai sekarang, beliau adalah ibu dari pihak ayah dela yang saat ini tinggal satu atap bersama Dela, namun, beberapa bulan ini, Dela menemukan kejanggalan dengan neneknya yang selama ini dekat denganya, seolah-olah itu bukan neneknya, namun, dirinya bimbang.
“Lagi mikir apa?” kata Mega menyadarkan Dela dari ngelamun.
“Gak ada” jawab Dela.
Mega tau, Dela sedang berbohong, namun, dirinya tidak punya hak untuk memaksanya bercerita, kurang beberapa kilometer dari rumah Dela, hujan mulai turun di sertai kilatan petir yang menyambar, namun Mega tetap melanjutkan perjalanan.
“Terabas aja ya, biar cepat sampai”
“Nggih ” dalam bahasa Jawa yang artinya iya, kata Dela,
Motor Mega kini berhenti di sebuah Rumah dengan kompleks halaman yang luas, itu adalah Rumah Dela.
“Gak mau mampir?”
“Gak Del, lain kali saja, titip salam buat emak, bapak, sama mbah
Wira aja”
“Ya sudah, hati hati”
Begitu motor Mega kembali melaju menembus hujan yang kian lebat, Dela baru sadar, sudah hampir jam 6 sore dan hari sudah mulai petang, namun, tidak ada satu lampu pun di rumahnya tampak menyala, padahal, kiri kanan tetangganya sudah menyalakan lampu guna mengusir kegelapan di sekitar rumah mereka. Cerita Horor Tiang Kembar
“Apa listriknya mati ya” kata Dela mendekat, namun, perasaan tersebut kembali lagi, akhir-akhir ini, semua seperti mimpi, seperti ada yang lain di dalam rumahnya yang membuat Dela tidak nyaman dan tidak ingin kembali ke rumah tersebut, namun, masalahnya, Dela tidak tau hal apa itu, dirinya membuka pintu, dan mengucapkan salam seperti biasanya. “Assalamualaikum” katanya, namun, kegelapan dan keheninganlah yang justru menyambutnya.
Dela mencari saklar lampu, dan menekanya namun rupanya listrik tidak juga bisa menyala, di dalam kegelapan yang menguasai rumah tersebut, Dela tertuju pada seseorang yang tengah duduk. begitu gelap, sehingga Dela harus mendekatinya, rupanya, ada seseorang selain dirinya di rumah itu, tapi, kenapa dia tidak menjawab salamnya.
Selain keluarganya, di rumah ini tinggal Mbak Ningsih, asisten rumah tangga yang sudah bekerja 3 tahun namun, jam 5 sore adalah batasan waktu bagi mbak Ningsih dalam bekerja, karena beliau seharusnya sudah pulang, jadi, siapa yang sekarang sedang duduk membelakanginya,
“Mbok” panggil Dela seraya mendekat, sosok tersebut hanya diam, namun semakin Dela mendekat terdengar suara menangis sangat lirih. sehingga Dela tidak dapat memastikan apakah dia sedang menangis atau tidak, kini, Dela sudah tepat di belakangnya, ketika dirinya menyentuh bahu sosok itu, agar dirinya dapat melihat siapa yang ada di depanya, sosok tersebut berbalik menatapnya
“TOLONG NDOK, TOLONG” kaget, karena apa yang Dela lihat adalah Mbah Wira yang tengah menangis melihatnya. sebelum akhirnya, Dela terbangun begitu saja dari mimpinya. Sudah lebih dari 5 kali, Dela di hantui mimpi yang sama, berulang-ulang, seolah mimpi itu mengandung sebuah pesan. Kenapa dengan si mbah, kenapa Dela selalu melihat si mbah yang menangis, padahal, mbah Wira saat ini baik-baik saja dan tinggal bersamanya. kecuali, Dela teringat ada yang janggal semua di mulai di hari itu. Hari dimana Mbah Wira mengatakan,
“Mbah ketemu cah ayu, Del, cah ayu sing ngancani si mbah nang kene” (Mbah bertemu perempuan cantik, Del, sangat cantik yg menemani mbah disini)
Setelah hari itu. Mbah Wira jadi berubah. Suatu Sore, bu Ida yang merupakan ibunya Dela memanggil.
“Del, kamu gak lihat ayam di kulkas, kok gak ada?”
“Dela gak lihat buk,”
“Ya sudah, mungkin ada yang ambil. ibuk belanja dulu ya” bu Ida pergi, Dela kemudian kembali ke kamarnya, namun, ketika dirinya melewati kamar mbah Wira,
Terdengar suara seperti seseorang tengah mengunyah dan menimbulkan suara yang sangat menganggu. tidak hanya itu, Dela juga mencium bau yang sangat amis, namun bukan amis dari ikan air tawar, penasaran, Dela mengintip dari celah pintu, kaget dan campur aduk ketika Dela melihat apa yang terjadi
mbah Wira tengah mengunyah ayam utuh namun dalam kondisi yang masih mentah, saat itu juga Dela lari ke kamarnya, berharap apa yang dirinya lihat itu salah, namun, pikiran ini segera menjadi rasa curiga yang besar, mbah Wirawati yang ia kenal bukan mbah Wira nenek yang dulu dekat denganya, semakin hari Dela semakin curiga, tidak hanya tingkah laku mbah Wira yg semakin di luar nalar, setiap malam, bahkan ketika adzhan maghrib dan isya, mbah Wira sangat suka mengeraskan suara radio yang tengah memutar tembang jawa.
bu Ida dan pak Imron, tidak dapat berbuat banyak karena setiap kali di tegur, mbah Wira akan melotot dan mengatai bahwa mereka anak durhaka. Lagu-lagu tembang jawa yang di dengar mbah Wira juga asing di telinga Dela, meski dirinya tau beberapa kosakata jawa kromo inggil namun beberapa kalimatnya ada yang asing, seolah itu tembang lama.
Terkadang Dela mencatat setiap sairnya, beberapa selalu menceritakan tentang ritual dan hal-hal berbau mistis, namun, dari semua itu, Dela pernah tanpa sengaja, melihat mbah Wira tengah tertawa, dirinya duduk di kursi tua di dalam kamarnya, tampak seperti sedang berbicara entah dengan siapa. karena ketika Dela mencoba mengintip dari celah pintu, mbah Wira seolah-olah tau, Dela sedang mengamatinya.
Puncaknya, ketika Mega datang ke rumah Dela untuk mengerjakan tugas kampus, baru saja Mega ingin masuk langsung tau ada yang tidak beres di rumah ini. “kenapa Meg?” “kamu cium bau amis gak sih?” kata Mega sembari menutup hidungnya. “aku gk cium apa2” “bau bangkai ini” ucap Mega
Mega tiba-tiba nunjuk ke salah satu kamar, yang rupanya adalah kamar mbah Wira. “kenapa Meg?” kata Dela “baunya dari sini del” ragu diselimuti rasa takut, Dela hanya tidak tau, kenapa dari sekian banyak kamar, Mega justru menunjuk kamar mbah Wira. “aku penasaran, bau apaan sih ini”
“Busuk sekali baunya” tanpa tau apa yang terjadi. Mega sudah melesat masuk, mencari dimana sumber bebauan tersebut, sampai matanya tertuju pada ranjang mbah Wira, “disini del baunya” Dela yang sedari tadi hanya termangu, melangkah masuk dengan bimbang, ketakutan menyelimuti pikiranya hari ini, pak Imron dan bu Ida membawa mbah Wira ke rumah saudara, meski begitu, kamar ini seolah memberi sentuhan magis dan langsung menolak kehadiran Dela, 2 kakinya gemetar tanpa sebab. “bantu angkat nih kasur” kata Mega, mencengkram ujung kasur, Dela langsung membantu.
Ketika kasur tersebut sudah terangkat, betapa kagetnya Mega dan Dela, melihat banyak sekali bangkai tikus, kucing, burung mati, mereka tergeletak begitu saja di bawah kasur, baunya menimbulkan rasa mual yang menyentak hingga Dela tidak sanggup berlama-lama untuk melihatnya. Cerita Horor Tiang Kembar
Sumber : Chipstory