Dijamin Bikin Merinding Dan Tegang Cerita Horor Pabrik Gula Bagian Terakhir
Nah, sesuai janji saya kali ini saya akan menceritakan Cerita Horor Pabrik Gula bagian ke 3 atau yang terakhir. Semoga kalian suka dengan cerita horor ini. Yuk tunggu apa lagi langsung aja di baca dan jangan lupa share ke teman-teman kalian.
Hal yang gak banyak orang tau adalah, saya tidak bisa lihat secara langsung tapi, saya bisa memvisualisasikan sesuatu dari cerita orang lain. lalu bagaimana saya tau tentang gadis kecil yang menunggu pohon beringin?
Endah lah yang memberitahu saya pertama kali akan sosok ini. Sosok yang akan saya ceritakan. Kita balik jauh ke belakang saat saya masih TK disini.
TK ini, di bangun sama persis di samping lahan kosong, bila di lihat dari denah lokasinya cukup jauh dari lapangan tenis, namun, jaraknya cukup dekat dengan pohon beringin.
Nah, pohon beringin inilah yang akan jadi fokus cerita kita sebelumnya, saya mau kasih tau. Sampai sekarang, tanggal 6 maret 2019, pohon beringin ini masih berdiri, termasuk lahan kosong itu yang memang tidak ada yang berani menyentuhnya. jujur, saya pengen ambil gambarnya, biar kalian bisa lihat, tapi, saya harus urungkan. Saya tau, mereka gak suka. Lanjut ke cerita. Ketika saya TK, pohon beringin tersebut memang seringkali mencuri perhatian saya, entah kenapa ada energi negatif yang bikin saya gak bisa mengalihkan pandangan tiap saya melewati halaman sekolah.
TK saya sendiri adalah bangunan peninggalan Belanda, sehingga desainya cukup seram banyak kisah mistis yang simpang siur selama saya bersekolah di TK ini. Salah satunya adalah sosok yang tinggal di pohon beringin tua tersebut, konon kabarnya, ada kuburan anak-anak disana, namun, belum ada bukti bahkan sampai Cerita Horor Pabrik Gula ini saya tulis. jujur, sekarang saya merinding. Namun, kisah lain juga tidak kalah mengerikan, satu yang selalu di ceritakan turun temurun, dahulu beredar cerita bahwa pondasi yang di gunakan untuk bangunan sekolah adalah kuburan kuda.
Jadi, dulu ini adalah tempat penjagalan kuda, dimana kepala dan tubuh binatang tersebut tersebar disini sehingga, setiap malam, Pak abut si penjaga sekolah seringkali mendengar suara kuda meringkih. Ngomong soal suara kuda, Kisah ini berkaitan dengan suara yang di dengar mas Hendra, jadi yang jelas, zona utara adalah zona dimana seringkali di temui suara kuda bergentayangan. Balik lagi ke gedung TK. ada 3 kelas yang selalu di gunakan, yaitu kelas untuk anak 5 tahun yang di sebut nol kecil. sedangkan 2 kelas untuk anak 6 tahun yang lebih di kenal dengan nama nol besar.
Selain 3 kelas tersebut, ada lagi beberapa ruangan, seperti ruangan guru. lalu, ruangan musik, ruangan musik jarang sekali di gunakan bila tidak ada pak Mamat, guru pengajar musik. Namun, banyak beredar cerita yang selalu menarik perhatian saya, di sudut kelas musik, ada sebuah piano kecil, piano tersebut kadang di gunakan pak mamat untuk mengajar. Mengerikanya adalah, seringkali lantunan nada piano di mainkan bahkan di siang bolong sekalipun, yang menjadi masalahnya adalah, setiap kali di lihat siapa yang memainkanya, tak seorangpun duduk di kursi memainkan piano, seolah2 piano tersebut bermain dengan sendirinya.
Gua sendiri belum pernah mendapat pengalaman tersebut, jadi saya anggap itu hanya rumor kosong, termasuk rumor, anak kecil yang suka menunggu di kamar kecil. Tapi, ada satu rumor yang gak bisa saya katakan sebagai omong kosong karena, rumor ini pernah saya buktikan dengan sendirinya. Rumor tentang gadis yang menghuni pohon beringin.
Kisahnya, di mulai ketika saya melihat Endah. Endah adalah tetangga saya, sejujurnya kita sama-sama tidak menyukai satu sama lain, namun, ayah kami memiliki ikatan yang erat sehingga akhirnya saya mencoba bersikap baik dengan dia. Namun dirinya, gk bisa di baca dari luar, sifatnya lebih tertutup dari anak-anak pada umumnya. Disaat anak-anak akan menghabiskan waktu untuk bermain dan bersama teman-temannya. Endah, hanya akan duduk memandang satu titik yang paling saya benci di tempat ini.
Itu adalah pohon beringin di belakang pernah beberapa kali Endah tidak mengikuti kelas hanya karena dirinya terlalu asyik melihat pohon tersebut, sampai guru kami, bu Etik menegurnya beberapa kali. Namun tetap saja, anak itu bertingkah sangat aneh.
Suatu hari, saya begitu penasaran, jadi saya putusin mendekatinya. Saya mencoba mengulik apa yang dia lihat selama ini.
“Opo seh seng mok delok?” (apa sih yang kamu lihat?) kata saya
“Awamu eroh wit ringin iku?” (kamu lihat pohon beringin itu?)
“Iyo” kata saya lagi.
“Onok arek cilik seng ndelok kene sak iki” (ada anak kecil yang melihat kita saat ini)
mendengar itu, perlahan saya bisa memvisualisasikan ucapan Endah menjadi sebuah bayangan.
“Cah wedon” (anak perempuan?) kata saya tiba-tiba
Endah akhirnya melihat saya “isok ndelok tah?” (bisa melihat juga tah?)
Saya langsung pergi, karena entah kenapa, firasat saya langsung gak enak. Itu adalah pengalaman satu-satunya yang saya inget tentang makhluk ini, namun rupanya makhluk ini adalah makhluk yabg sering maen ke desa saya. Karena apa yang terjadi berikutnya, dia merasuki salah seorang warga.
Kejadianya sendiri di mulai siang bolong, ketika saya sedang maen dengan anak-anak, saya denger baru saja terjadi sebuah kehebohan, banyak warga yang mendekat, dan beramai-ramai memenuhi rumah. Penasaran, saya pun mendekat. Rupanya mbah Bun, salah satu wanita tua yang halamanya seringkali saya pake maen, dirinya berteriak-teriak nyaris histeris. suaminya Mbah nang, mencoba menenangkanya berkali-kali, namun, mbah bun rupanya masih terus menjerit-jerit, saya yang sedari memperhatikan gelagat aneh itu akhirnya sadar, mbah bun kesurupan masalahnya adalah, mbah pun terus berteriak dia minta pulang.
“Aku tak muleh, aku tak muleh” (aku mau pulang, aku mau pulang)
Mbah nang akhirnya yang pertama kali bertanya perihal itu. “muleh nang ndi” (pulang kemana?)
“nang omahku” (ke rumahku) jawabnya.
“sopo koen?” (siapa kamu?) tanya mbah nang.
Namun sosok itu melotot, tidak mau menjawab lalu menjerit kembali. Pergolakan itu terus terjadi sampe akhirnya Om saya datang. de no yang merupakan juru kunci di desa saya. Sekali lihat, de no langsung tau, siapa yang merasuki mbah Bun.
“Lapo koen nang kene?” (ngapain kau disini) tanya de no ketus.
“Aku kate muleh” (aku mau pulang) jawabnya sambil melotot.
“Muleh, tapi koen gowo rogone wong” (pulang, tapi kamu di dalam raga seseorang)
Terjadi perdebadan yang panjang intinya, mkhluk tersebut tidak sengaja kesedot tubuh mbah bun ketika beliau sedang melamun. Untuk itu, saya cuma mau berpesan, hat-hati bila melamun, pikiran yang kosong membuka diri kita utuk lebih muda di masuki.
Setelah terjadi tawar menawar bagaimana makhluk itu keluar, rupanya, dia mau syarat dia mau keluar hanya saja nanti, de no harus mengantarnya dengan cara di gendong di punggung.
De no pun menyanggupi permintaanya, bila di lihat dengan mata kosong, de no seperti berjalan dengan posisi menggendong, namun bagi mereka yang bisa melihat, ada sosok gadis kecil disana sampai saat ini, gadis tersebut masih ada disana, hanya saja, sekarang dirinya tidak lagi suka berjalan-jalan ke desa saya lagi, entah kenapa.
Sekarang, kita menuju ke bangunan gereja 200 meter dari gedung TK, disana terkenal dengan satu Hantu wanita warga menyebutnya dengan.. hantu wanita yang menangis. Namanya adalah Suparlan, biasa di panggil wak parlan, beliau adalah orang tua yang rumahnya berada persis di depan gereja tersebut, kiri kanan rumahnya hanya tanah kosong, disana di tanami berbagai macam tanaman kebun, Ubi, pisang, cabai dan sebagainya. Pernah, beliau bercerita, bila gereja di depan rumahnya memiliki aura mistis yang tidak biasa, bila hanya kuntilanak, pocong atau yang lainya, wak parlan sudah biasa, karena dulu, beliau adalah salah satu pekerja pabrik yang sudah lama pensiun.
Namun, gereja ini lain dari yang lain. Suatu malam, godaan menganggu tidurnya, dirinya di bayangi oleh sosok wanita yang meminta tolong. Cantik, nan menggugah adalah bahasa yang dirinya pakai untuk menggambarkan ayunya wanita ini. Sehingga dirinya terbangun dari tidurnya, kemudian, rintihan menangis menelusup telinganya. Halus nan lembut suara tersebut seolah menghipnotisnya, karena tanpa dirinya sadari, dirinya sudah berdiri di pagar gereja jawi wetan.
Tidak sulit membuka pintu pagarnya, karena memang beliaulah yang di beri mandat untuk menjaga gereja ini. Kini, dirinya tergoda untuk tau, apa arti mimpinya. Di telusurinya lorong demi lorong, pintu-pintu besar dari kayu jati beberapa kali mencuri pandangnya, seolah di guratan yang terbuka itu ada sosok yang sedang mengintipnya, namun, takut bukan kawan baik seorang Parlan, yang konon memiliki ilmu kebatinan.
Rupanya, suara tersebut berasal dari gudang belakang, tempat dimana kursi dan meja rusak di susun ala kadarnya. Dengan gemuruh gelisah, Parlan merasa ada yang ganjil dari ruangan ini. Selama ini, dirinya ke gereja hanya untuk membersihkan rumput dan menyapu lahan dari dedaunan pohon randu. Sehingga, dirinya tidak tau menahu akan apa yang ada di dalam ruangan-ruangan ini.
Setengah hatinya berbisik untuk pergi dan angkat kaki, namun setengahnya lagi, berkata, ada rasa penasaran yang harus di lunasi. Tanganya tua, namun tegas, meski kaki gemetar menopang badan ringkih. Tak kala suara krieeet dari pintu tua terbuka, dirinya hanya melihat ruangan seukuran kamar tidurnya, tidak terlalu besar, namun bedanya, sangat berantakan. Cerita Horor Pabrik Gula
Tak di dengarnya lagi suara tangisan tersebut. Ketika tangan terpatri untuk menutup lagi, sudut mata parlan menatap ujung ruang. Seseorang tengah meringkuk disana, sudut nan gelap mengaburkan kehadiranya, parlah awalnya ragu. Mana ada seseorang disini, dini hari, meringkuk menyendiri.
Parlan mendekatinya, di tepis pikiran buruknya, mungkin dirinya terkunci, dan tidak ada yang mengetahui ucap hati kecilnya. Namun, kaki sudah melangkah, tak ada waktu untuk berbalik kembali.
“Mbak, nuon sewu, panjenengan sinten nggih” (Mbak mohon maaf, anda siapa ya)
Suara gemetar Parlan, menghentikan tangisanya, namun jawaban tak kunjung bersambut, dalam kengerian, ia terjebak di dimensi yang asing. Karena pertanyaan tak dapat jawaban, Parlan menyentuh tangan gadis misterius di depanya. Sampai, wajahnya terangkat, dan Parlan bisa melihatnya dengan jelas, wanita yang ada dalam mimpinya, menangis, merintih, kemudian, menjerit.
Parlan terjerembab, bukan karena jeritanya, namun bola mata gadis tersebut, tidak ada pada tempatnya.
Air mata di pipinya hanya tangisan merah dari darah yang mengalir dari 2 lubang kosong tempat seharusnya bola matanya berada. Yang Parlan ingat hanya dzikir kecil, berharap dirinya sadar dengan apa yang dirinya lihat. Namun, di tengah dzikir kecilnya, wanita tersebut menjerit semakin keras, seolah-olah ia marah, sangat marah, sehingga Parlan akhirnya berlari pergi, dirinya tahu, sedang dalam bahaya.
Setelah kejadian tersebut, Parlan memohon diri, dirinya tidak mau lagi menjaga gereja tersebut dari makhluk yang membuatnya tidak dapat menahan diri. Wanita yang menangis, begitulah warga desa memanggilnya. Malam ini,
Rencanaya, kita mau pergi ke timur, jadi dari zona utara, ke timur lalu baru selatan.
Dari sini saya bakal tulis semua yang paling ganas dan bersingungan dengan desa saya, karena Zona timur adalah tempat yang paling deket dengan desa saya. Di sebelah gereja ada sebuah gerbang besar, tempat masuk keluarnya Truk pabrik. Tahun 2006, 3 tahun pasca saya pernah di incar oleh salah satu penghuni di zona selatan. Saya gak pernah lagi pergi ke pabrik di bagian selatan lagi. Cerita Horor Pabrik Gula
Namun saya masih sering berkunjung di zona lain. Untuk apa?
Jawabanya, mengejar layang-layang. Jadi bila musim adu layang-layang, biasanya saya dan Endah, yang waktu tersebut kita sudah akrab, dan orangnya ternyata cukup menyenangkan. Kami berdua biasa ngumpul di gerbang timur ini. Karena begitu ada layangan yang putus, saya dan Endah siap buat masuk, masuk disini itu masuk ke pabrik.
Benar dugaan saya, Endah nunjuk ada satu layangan yang putus, tanpa pikir panjang, saya lompat ke pager di ikuti Endah. Buat kalian yang gak tau Endah, dia adalah teman TK sekaligus tetangga sya yang, bisa lihat hal-hal begituan. Kami langsung mengikuti layang-layang yang sesuai prediksi saya masuk ke dalam pabrik. Buat kalian yang bingung, kok tidak ada satpam yang berjaga, karena tahun 2006 adalah 2 tahun pasca pabrik ini akhirnya gulung tikar. Yaitu tahun 2004.
Saya dan Endah langsung berlari. Sialnya, layangan itu masuk ke dalam gudang baru. Di gudang baru, atapnya dulu adalah seng, tinggi sekali hampir lebih dari 40 meter, maklum ini salah satu bangunan peninggalan belanda, jadi gudangnya gak umum tingginya.
Hanya saja, seng-seng yang jadi atap sudah pada berlubang. Saya masih mencari-cari kemana layangan tersebut nyangkut. Saya terus dan terus menatap ke atap, sampai saya denger Endah mengatakan “Assalamualaikum”
Kaget saya waktu denger, karena disana, cuma ada saya, jadi, Endah ngasih salam ke siapa?!
“sopo to seng mok salami?” (siapa sih yg kamu beri salam)
“iki lo, mbah e” (ini loh mbah)
“mbah sopo? (mbah siapa)
Endah gak jawab, lalu ngajak saya jalan lagi, saya, tiba-tiba merinding.
“Metu ae yo” (keluar aja yuk) kata Endah tiba2.
“Lho lapo to, koyok keweden ngene” (loh kenapa sih, kok kaya ketakutan gini)
“seng nduwe nggon iki gak seneng ambek kene” (yang punya tempat ini gak suka sama kita}
Saya yang bisa lihat wajah panik Endah, bingung. Endah bisa takut juga? Akhirnya kami berlari kembali ke gerbang tempat saya masuk, tapi tiba-tiba, saya lihat seekor burung merah, emang dasar saya ini sampe tidak sadar saya ngejar itu burung dan kepisahlah sama Endah. Cerita Horor Pabrik Gula
Rupanya, hal ini membuat saya nyesel seumur hidup bahkan sampe sekarang. Karena Endah harus menanggung akibatnya. Saya ngejar burung itu sampe jauh masuk ke dalam pabrik. Bisa di bilang, di pusat pabrik, samping gedung besar atau bisa di bilang paling besar, di sisi bangunan itu ada cerobong asap pabrik yang paling terkenal.
Saya kaget waktu melihatnya. Saya nyari-nyari Endah, dan saya gak nemuin dia, akhirnya saya menelusuri jalan saya tadi. Namun, saya baru paham apa maksud Endah, di waktu siang bolong, saya merasa tidak sendirian, malah, seperti di pusat keramaian. Cerita Horor Pabrik Gula
Saya emang gk bisa lihat, tapi bila kalian jadi saya, rasanya seperti jadi tontonan saya mulai lari, tapi semakin saya jauh lari ngikutin jalan, semakin saya tersesat. Seolah jalanya ya emang cuma ini-ini aja.
Jantung saya rasanya tidak karuan. Dan saya tidak bisa bayangin seberapa marahnya bapak kalau tau anaknya yang badung ini masuk ke pabrik lagi tanpa beliau tahu yang jelas, ketika saya udah capek. Saya cuma nangis, Nangis di waktu saya udah SMP, sangat memalukan memang, tapi, saya udah di liputi perasaan campur, takut, khawatir, bingung, dan ketika saya nangis, tumpah aja semuanya.
Di tengah-tengah hal tersebut, saya denger Endah manggil saya. Rupanya, itu memang Endah. Dia langsung menggil saya, minta saya pegang bajunya, saya inget Endah cuma bilang. Cerita Horor Pabrik Gula
“wes, ojok delok mburi pokok’e” (sudah, jangan lihat ke belakang pokoknya)
Saya dasarnya emang gampang penasaran, saya, lihat ke belakang, tapi tidak ada apa-apa, kecuali
yang saya pegang, udah bukan baju Endah lagi, lebih ke seperti batang daun kelor, yang di bawa oleh pria tua.
Saya, otomatis kaget untuk beberapa saat, sampe saya bisa nguasai diri saya, karena sepertinya, beliau tidak menyakiti saya sama sekali, tapi lebih ke nunjukin jalan. Saya akhirnya ikut. Saya di bawa ke sebuah gudang baru lagi, disana, saya lihat Endah, tersungkur dengan memegang kakinya, saya yang lihat itu langsung nyamperin, betapa khawatirnya saya, Endah merintih nahan sakit, rupanya, waktu dia nyari saya, dia gk sengaja lompat dari “Bok” (pijakan) padahal, pijakanya tidak tinggi. tapi, kakinya Endah seperti di gebuk sama benda keras sekali. Yang saya inget, di tengah-tengah Endah nahan sakit, dia cuma bilang.
“Celuken mas Uji” (panggilkan saja mas Uji) Mas Uji itu kakaknya Endah, saya tidak paham maksudnya, jadi saya akhirnya lari ke gerbang, belum sampe gerbang, saya papasan sama Mas Uji yang buat saya bertanya-tanya, kenapa orang ini bisa ada disini.
Mas Uji manggil saya. “Loh nang ndi Endah, gak maen ambek awakmu tah?”
(Loh dimana Endah, bukanya kalian maen bareng?)
“Endah tibo mas, nang kono” (Endah jatuh mas, disana) teriak saya. akhirnya lari. Disana, kakinya Endah sudah bengkak sekali. Saya, udah gak lihat kakek-kakek itu lagi. Sesampainya di rumah, bapaknya Endah marah besar sama saya, sehingga hal ini sampe ke telinga bapak, saya di marahin habis-habisan, namun dari semua kejadian itu, banyak hal janggal terjadi. Yang pertama adalah salam dari Endah.
Sejak awal masuk ke gudang baru, rupanya Endah melihat kakek-kakek tersebut menyambut mereka, hanya saja, beliau mengatakan, jangan masuk lebih dari ini, daripada dia tahu. Yang di maksud dia adalah, yang punya tempat ini. Bila saya pikir kembali peristiwa ini, gudang baru hampir di pusat pabrik, dan itu tepat di samping bangunan utama samping cerobong asap, apakah maksud yang punya tempat ini adalah rajanya.
Yang kedua, rupanya ketika saya ngejar burung tersebut, Endah ngelihat saya kaya di rasuki cepat sekali karena ketika Endah berusaha ngejar, saua udah ngilang begitu saja.
Endah panik. akhirnya, dia nyari lebih ke dalam, nah, ketika dia masuk ke tempat ini, dia melihat Naga yang besar sekali, berjaga di bawah cerobong asap, disini Endah ketakutan dan lari meninggalkan tempat tersebut namun, karena begitu buru-buru, dia melompat di beberapa pijakan yang tingginya tidak seberapa, ada yang dari tadi mengincar Endah, sehingga akhirnya kakinya di pukul, Endah sendiri bilang, yang mukul itu, badanya Gemuk, bongsor, punya payudara kaya perempuan, tapi bertaring dan sangat menggerikan tapi, makhluk itu hanya melotot terus waktu Endah sudah tidak bisa jalan.
Yangg terakhir, bagaimana Mas Uji tiba-tiba tau Endah disana, kata mas Uji sendiri, dirinya di jemput anak-kata kecil, mereka bilang adiknya dalam bahaya, dan dia menunjuk ke pabrik.
Mas Uji yang tau dimana Endah biasanya berada segera menyusul, rupanya dugaanya benar, Mas Uji bertemu saya, dan anak-anak yang nunjukin jalan sudah lenyap.
Sekarang, Endah menjadi cacat, dia jalan dengan kaki terpincang-pincang, setiap saya ngelihat dia, saya masih ngerasa bersalah. Namun, Endah tidak pernah membahas hal itu lagi. Karena bisa keluar hidup-hidup darisana itu sudah patut di syukuri, di bandingkan dengan seseorang yang di temukan gantung diri di pohon waru di samping bangunan utama. Karena kata Endah, itulah nasib bagi mereka yang sudah melihat wujud rajanya. Cerita Horor Pabrik Gula
Sumber: Threadreaderapp