Sosok Hantu Gadis Cilik Gentayangan Itu Lincah Bermain Lompat Tali
Mbahjitu – Cerita Hantu Gadis Cilik Gentayangan berawal dari pernyataan bahwa untuk jangan main di luar rumah sampai sore hari atau petang, karena pada saat itu waktunya lelembut akan gentayangan.
Tidak seperti biasanya, pada sore yang cerah itu tidak banyak anak yang bermain di plataran rumah depan Bu Sumaryo. Hanya ada dua gadis cilik saja yang bermain di pekarangan tersebut, dua gadis cilik itu bernama Ane dan Ani yang telah siap untuk bermain dengan tali dari karet gelang yang dirangkai. Keduanya ingin sekali bermain lompat tali. “Yuk main kita bertiga bermain bersama-sama,” ujar seorang anak perempuan yang tiba- tiba saja muncul. Ketiganya lalu melakukan hompimpah atau berundi untuk siapa yang bermain duluan.
“Hore menaaang. Aku yang bisa main duluan,” ujar gadis cilik tersebut. Lalu Ane dan Ani mengambil posisi untuk memegang tali untuk tugas berjaga terlebih dahulu. Berdiri di sisi utara dan selatan sambil keduanya memegang ujung tali tersebut. Tali dari rangkaian karet gelang pun diputar untuk naik- turun berbarengan. Hup! Bocah perempuan itu masuk ke tengah tali karet yang sedang diputar. Kaki keduanya diangkat untuk cepat- cepat manakala tali karet tersebut berada di posisi bawah.
Ane dan Ani sangat gembira namun juga merasa heran karena Bocah perempuan yang belum dikenalnya itu teramat sangat trampil dan jago untuk bermain lompat tali. Dalam waktu dua puluh menit, satu kali pun kaki gadis cilik tersebut tidak pernah yang menyentuh tali karet. Ane dan Ani semakin bersemangat untuk mengayunkan dan
memutar tali karet yang ujungnya mereka masing-masing pegang.
Tidak lama berselang tiba-tiba terdengar suara lembut seorang perempuan cukup umur yang berasal dari belakang rumah Bu Sumaryo. “Santiiiii…pulanglah. Hari yang sudah petang.” Dan dalam sekejap, hantu gadis cilik yang dipanggil Santi dan yang sangat trampil untuk bermain lompat tali tersebut langsung hilang dari pandangan Ane dan Ani.
Keduanya langsung tertegun beberapa saat dan hanya bisa saling berpandang- pandangan saja.
Memang, lima puluh meter di belakang rumah Bu Sumaryo adalah sebuah pemakaman umum milik Pemerintah Kota yang tidak begitu luas. Ane jadi teringat, seminggu waktu yang lalu ada dua jenasah yang dikuburkan di pemakaman tersebut. Jenasah seorang Ibu dan seorang gadis cilik kira-kira berusia sebelas tahun. Orang sekitar bilang, dua jenazah tersebut adalah korban kecelakaan akan lalu lintas. Mobil yang mereka tumpangi kecelakaan terjungkal ke dalam jurang yang sedalam sepuluh meter.
Sore hari berikutnya Ane dan Ani diajak oleh orangtuanya untuk berjiarah ke makam di belakang rumah Bu Sumaryo, untuk mengirim doa bagi arwah Ibu dan Anak tersebut agar tenang dan arwah Hantu Gadis Cilik itu tidak Gentayangan lagi.
Sumber : harianmerapi