Cerita horor Hantu perawat di Bandung
Mbahjitu – Saya akan menceritakan pengalaman seram saya melihat hantu perawat di Bandung Medical Center yang merupakan salah satu tempat yang cukup terkenal horor yang berada di Kota Bandung, Jawa Barat.
Sesuai dengan namanya, tempat tersebut merupakan bangunan rumah sakit yang sudah lama tidak beroperasional lagi sejak zaman penjajahan Belanda.
Bangunan tua tersebut berada di lokasi Lebak Gede, Bandung. Tempat itu pula yang kini menjadi salah satu lokasi wisata horor paling favorit,
karena yang memiliki segudang cerita seram selama berada di dalam rumah sakit tersebut.
Saya yang menjadi salah satu pencinta horor, Aku sama sekali tidak percaya kalau hanya mendengar ceritanya saja, sampai pada akhirnya karena merasa penasaran dan ingin untuk membuktikannya sendiri.
Dan saya pun juga menceritakan rasa penasaranku kepada dua orang sahabatku, hendri dan sapri dan mereka sepakat untuk turut serta denganku untuk membuktikan bahwa rumah sakit tersebut hanyalah bangunan gedung tua biasa tanpa adanya hal-hal horor dan gaib.
Kami bertiga sepakat akan menuju ke rumah sakit tua tersebut pada malam hari, Sesampainya di dekat bangunan tersebut,
aku dan kedua temanku berjanji akan keluar dari gedung tersebut pada pukul 19:00 PM.
Hal tersebut karena melihat kondisi langit yang sedikit mendung, dan agar tidak terjebak hujan dalam gedung rumah sakit tersebut.
Dengan niat yang kuat dan menantang nyali seperti acara uji nyali, kami memutuskan untuk memulai melangkah dan melihat-lihat bagaimana kondisi rumah sakit tersebut.
Ruangan demi ruangan kami masuki, terlebih pada ruangan yang katanya banyak penampakan makhluk menyeramkan.
Sayangnya, kami tidak menemukan satu pun hal yang diceritakan banyak orang tentang Bandung Medical Center ini.
“Halah, omong kosong saja, mana katanya banyak Hantu Perawat dari tadi gue nggak lihat apa-apa tuh,” ucap hendri, sambil berjalan santai menelusuri bangsal-bangsal rumah sakit,
“Hahaha, iya-iya, dari tadi gue juga cuma ketemu tikus berlarian sana sini saja, itu kali yang dibilang seram ya?” ucapku merespons hendri.
Karena tidak menemukan apapun yang kami cari, akhirnya kami memutuskan keluar saja dari gedung tua tersebut lebih cepat dari perjanjian kami sebelumnya.
Mendadak, tiba-tiba saja terdengar suara petir kencang hingga menggetarkan jendela rumah sakit.
Mendengar hal tersebut kami bertiga langsung lari keluar untuk melihat apakah hujan di luar benar-benar deras.
Akhirnya kami bertiga terjebak hujan di rumah sakit tua tersebut, karena tidak mau basah kuyup dan takutnya bisa sakit maka kami pun tanpa
berniat untuk menerobos hujan, kami pun akhirnya berteduh sambil duduk di lobby rumah sakit tersebut.
Hujan deras pun tidak mau berhenti hingga langit benar-benar gelap, Kami bertiga sudah kehabisan kata untuk berbicara,
bangunan rumah sakit yang begitu gelap dan lembap juga membuat kami yang tidak lagi merasa nyaman untuk berlama-lama di dalam.
Untuk membunuh rasa bosan, sesekali aku mendengar hendri bersenandung dengan lagu-lagu favoritnya.
Namun, semakin lama senandung tersebut terdengar cukup keras di telingaku, suaranya seakan terdengar makin keras karena bergema memantul di ruangan yang kosong.
“Berisik woi ucap saya, gue diemin lama-lama lu ngelunjak ya makin keras aja senandungnya,” sambil memukul tangan Hendri.
“Dih apaan sih lu? orang dari tadi gue diem aja main PUBG,” balas Hendri.
Sambil kembali memeluk lututku, aku melihat ke arah Sapri yang dari tadi tidak berhenti menatapku dengan tatapan kosong.
Tatapan Sapri sedikit membuat aku takut, karena sesekali lobby dengan cahaya kilat bercahaya dan kembali gelap.
Tiba-tiba Sapri menunjuk sesuatu, yang dimana aku tahu itu mengarah kepada diriku tapi bukan aku.
Mendadak seluruh bulu kudukku berdiri dengan cepat, Walau begitu aku pun penasaran apa yang ingin Sapri tunjukan kepadaku.
Saat aku yang menghadap ke belakang, aku pun langsung terkejut karena melihat seorang pria dengan pakaian perawat lengkap dengan wajah yang hancur berdiri di belakangku.
Mulutnya sudah tidak ada hancur tidak karuan, seperti ditarik paksa hingga sobek. Melihat hal tersebut aku menarik tangan Sapri yang tidak berhenti
menunjuk Hantu perawat tersebut dan juga Hendri berlari keluar rumah sakit.
Jantungku berdetak dengan sangat kencang. Tak kusangka akhirnya kami pun bisa membuktikan sendiri bahwa rumah sakit tersebut begitu teramat menyeramkan.
Sumber : Genpi.co