Mungkin benar kata orang tua zaman dulu kalau malam Jumat Kliwon merupakan malam yang keramat
Mbahjitu – kata orang tua zaman dulu kalau malam Jumat Kliwon adalah malam yang sangat keramat.
Namun, aku kini sudah tidak pernah menghiraukan akan hal tersebut, lagi pula saat ini zamannya pun sudah berubah. Semua sudah yang serba canggih, banyak lampu bertebaran di mana-mana dan tentu saja anggapanku tentang setan, demit, jin akan takut untuk keluar. Ternyata anggapanku pun salah, karena aku mengalami hal yang tidak masuk akal ketika yang liburan bersama tiga sahabatku di daerah Temanggung saat kala itu. Kota kecil tersebut memberikan aku pengalaman yang sangat luar biasa yang dimana salah satunya yang tidak masuk di akal.
Kami yang sengaja tidak menginap di hotel lantaran ada salah satu teman kami yang menawarkan untuk menginap di rumah kerabatnya. Saat melihat rumahnya dari depan aku pun sudah merasakan hal yang kurang menyenangkan. Rumah tersebut bercat hijau yang ternyata sudah tua usianya, tetapi perawatan si pemiliknya membuat rumah tersebut menjadi asri dan menarik serta nyaman untuk dihuni. “Rumahnya enak ya sejuk dan adem,” kataku kepada pemilik rumah yang tengah menyambut akan kedatangan kami. “Ini rumah kakeknya Hendri,” ujar perempuan paruh baya tersebut. Aku mendapatkan kamar pas di depan bersama Kiwil sementara Hendri dan Toni berada di kamar tengah. Malam jumat kliwon tersebut kami memang yang terlihat sangat Lelah
sekali karena usai menempuh perjalanan dari Jakarta mengunakan mobil. Hendri, Kiwil dan Toni sepertinya sudah yang tidak kuat lagi menahan kantuk, akhirnya mereka pun memutuskan untuk segera tidur lebih cepat. Sementara aku yang masih terjaga dengan segelas teh hangat di ruang tengah yang penuh dengan perabot-perabot jadul. Entah kenapa aku yang rasanya ingin untuk mencari tahu sesuatu. Aku menatap nanar ke luar jendela dengan posisi yang masih duduk di ruang tengah, tangan kananku masih memegang cangkir teh. Tiba-tiba aku yang melihat ada bayangan melintas di luar jendela. Sontak aku pun langsung terperanjat, karena penasaran aku pun langsung mendatangi arah jendela tersebut dan langsung membuka tirainya. Duh, tak ada siapapun.
Jantungku pun berpacu sangat kencang dan bulu kudukku berdiri semua. Namun, aku masih yang bisa untuk merasa tenang pada saat itu. Tidak lama lagi aku mendengar adanya suara auman harimau setelah suara petir dan gemuruh air hujan. Aku pun terdiam sejenak membuka lebar kedua telingaku dan berharap aku yang salah dengar, tapi setelah auman ketiga aku memutuskan untuk pergi ke kamar dan tidur. Di dalam kamar aku melihat Kiwil sudah terlelap, jadi aku menyimpan ceritanya untuk besok saja. “Pagi semuanya, gimana istirahatya?” Sapa Hendri. Kiwil dan Toni nampaknya tidak ada masalah malam tadi dan hanya aku saja yang mengalami hal aneh, tapi aku mencoba untuk bungkam dulu saja. Ternyata kejadian malam Jumat tersebut tidak aku alami sekali. Malam kedua aku justru mendapatkan gangguan yang lebih parah lagi. Malam itu aku di rumah sendirian, ketiga temanku sedang keluar untuk mencari udara segar. Sementara aku yang tengah sedang mengerjakan tugas kantor di rumah.
Entah kenapa semakin malam suasana pun seolah semakin mencekam. Cuaca yang tengah hujan memang mendukung membuat suasana menjadi lembap dan basah. Kali ini aku benar-benar mendengar adanya suara harimau dengan jelas. Bulu kudukku pun semakin berdiri hingga memuat aku langsung buyar konsentrasi di depan laptop. Seramnya lagi ketika aku mendongak dan berpaling dari layar laptop aku melihat adanya sosok wanita berdiri di depanku. Sontak aku pun langsung menjerit ketakutan. Tak lama Hendri pulang dan melihat aku dengan posisi menutup wajah dan menekuk kaki. “Hey, kamu kenapa?” sapa Hendri “Ada harimau Hen,” jawabku yang sambil bergetar ketakutan. “Po..po….po…….cong,” Aku dan Hendri terperanjat kaget mendengar suara Toni teriak di halaman belakang dan kami pun langsung menghampiri Toni. “Kalian kenapa sih?” tanya Kiwil bingung yang baru masuk ke dalam rumah dan mengetahui suasana menjadi kacau. Saat semuanya sudah tenang, Kiwil dan Hendri pun menceritakan apa yang sebenarnya terjadi di rumah tersebut. Bahwasannya rumah milik kakeknya Hendri dulunya sering digunakan untuk ritual ilmu hitam, salah satu peliharaannya adalah macan putih. “Tak sedikit kerabat kami yang kesurupan di rumah ini kok,” ujar Hendri. Konon, setiap malam jumat kliwon mereka akan keluar. Tidak hanya itu saja biasanya juga dibarengi dengan hantu-hantu lainnya yang sifatnya sangat menganggu.
“Saat datang aku yang sudah tahu makanya kami tidur lebih cepat, dan kami tidak memberitahu kamu karena kami tahu kamu nggak akan percaya hal-hal macam itu,” ujar Kiwil kepadaku.
Sumber : genpi