Pusing Keliling Karena Usaha Jual Beli Sapi Mengalami Kebangkrutan Akhirnya Mencoba Cari Pesugihan Ula Buntung
Mbahjitu – Kejadian misteri, Darto akhirnya memutuskan untuk mencoba cari pesugihan ula buntung karena yang pusing usaha jual beli sapinya yang mengalami kebangkrutan. Untuk yang ketiga kalinya Darto dirundung duka. Agaknya nasib sial belum yang sudi untuk beranjak dari dirinya. Usaha jual beli sapi dan kerbau yang dia digeluti,
tidak yang berjalan lancar dan mulus.
Bahkan modalnya sudah terkikis sampai habis. Setiap hari mukanya terlihat murung, Samsul, sahabatnya yang tidak tega. Berusaha untuk memberi saran dan solusi. “Jangan putus asa. Masih banyak jalan lain menuju Roma”, tutur Samsul. Mulut Samsul didekatkan ke telinga Darto. Seakan khawatir ada orang lain yang ikut mendengarnya.
Semula Darto ragu. Namun Samsul yang bisa meyakinkan sahabatnya. Jadilah Darto akhirnya mengikuti saran Samsul. Oleh Samsul, Darto disuruh untuk mencari pesugihan ula buntung. Apa itu bentuk pesugihan tersebut? Tanpa tedeng aling- aling, Samsul membeberkan perihal pesugihan tersebut yang secara detail. Darto manthuk- manthuk, tanda mengerti dan bersedia untuk mau menjalani. “Ternyata masih ada secercah harapan bagiku”, ujar Darto dalam hati.
Seperti yang disarankan Samsul, Darto datang sendirian ke gumuk Pitu, akan sowan Mbah Gusnoto. Memohon untuk bisa mendapatkan pesugihan ‘ula buntung’. “Semoga apa yang sampeyan inginkan bisa dapat terkabul”, kata Mbah Gusno ketika Darto pamit pulang dan menyatakan setuju akan semua persyaratan yang harus bisa dilakoni.
Sejak hari itu kehidupan Darto berangsur- angsur mulai pulih dan cerah. Usaha jual beli sapi dan kerbau kembali ditekuni. Bisa berjalan lancar dan pada gilirannya kocek Darto kembali menggelembung besar.
Namun itu semua harus dibayar dengan adanya sebuah pengorbanan. Setiap tiga puluh lima hari sekali, selama satu hari satu malam, Darto harus rela tubuhnya yang berubah menjadi ‘ula buntung’ alias ular yang bagian ekornya terputus. Itu berarti selama dua puluh empat jam dia hanya bisa yang berjalan merayap di tanah jika ingin ngisis atau mencari udara segar di luar rumah.
“Hah, ada ular buntung! Tolooong…tolooong…tolooong…!”, teriak Mak Suktini ketika sore- sore yang sedang menyapu halaman belakang rumahnya. Gruduuuk…! Tetangga- tetangganya sontak pada berdatangan semua. Tidak ayal ular buntung yang ditemui Mak Suktini pun menjadi bulan- bulanan warga. Ular yang tidak berdosa tersebut ramai- ramai dibantai oleh warga.
Warga menjadi puas ketika melihat ular buntung itu sudah tidak bergerak lagi. Berbarengan dengan itu, tetangga- tetangga Darto pada kaget dan terheran- heran. Tanpa sebab yang jelas, tubuh Darto diketemukan oleh Waktun, pembantunya, tergolek di lantai kamar pribadinya. Sudah tidak bernafas dan sekujur tubuhnya penuh lebam kehitaman. Seperti orang habis dibantai, sunguh naas nasib Darto yang mencoba Pesugihan Ula Buntung.
Sumber: harianmerapi