Sangat jelas aku melihat Hantu Wanita Berdiri Disebelah Meja Jahit Kayu Tersebut Sambil Melihat Ke Arahku
Mbahjitu – Cerita Hantu Wanita Di Ruangan Kerja Mami berawal pada tahun 2004 lalu, aku dan keluarga memutuskan untuk pindah kerumah tempat yang lebih besar dari pada sebelumnya. Hal yang paling tidak aku suka dari kepindahan tersebut adalah adaptasi dengan lingkungan yang baru, teman, hingga suasana yang didalam rumah itu sendiri. Seperti rumah baru pada umumnya, sehari setelah kepindahan kami. Mami pun mengundang seorang pendeta datang untuk mendoakan rumah kami agar biar ‘bersih’ dan menjadi tempat yang nyaman untuk dihuni.
Ini bukanlah rumah jadi saat waktu dibeli, tapi bangunan setengah jadi tersebut kemudian ditinggalkan oleh pemiliknya tanpa yang menyelesaikan bangunannya. Hingga akhirnya mamiku mengambil keputusan untuk membeli tanah tersebut dan segera melanjutkan bangunan rumahnya hingga menjadi rumah yang nyaman untuk ditempati hingga sampai saat ini. Rumah tersebut memiliki suasana yang cukup dingin, bukan karena iklim Cimahi yang memiliki suhu rendah. Pasalnya, sepanas apapun cuaca diluar, begitu masuk rumah akan terasa cukup adam.
Hal tersebut akan lebih parah bila saat waktu hujan lebat diluar, rasanya didalam rumah sendiri perlu menggunakan kaos kaki untuk menginjak lantai. Aku yang tidak terlalu suka dengan rumah baru tersebut. Sebab untuk ditinggali hanya tiga orang saja dan aku merasa tempat ini terlalu besar. Hingga sampai suatu hari satu bagian rumahku terjadi kebakaran, yakni adalah ruang kerja mami. Mamiku bekerja yang sebagai fashion desainer sehingga ia pun memiliki ruang kerja khusus tepat di lantai dua yang dipenuhi dengan kain, benang, manekin, serta berbagai mesin jahit. Malam itu terjadi pemadaman bergilir di daerah perumahan kami, tapi karena sedang banyaknya pekerjaan mami tetap bekerja dengan hanya menyalakan lilin saja untuk penerangan ruang kerjanya hingga sampai larut malam. Aku tidak tahu apa yang terjadi pada saat mami bekerja. Malam itu dengan penuh kepanikan dirinya, berusaha untuk membangunkan aku karena ruang kerjanya terjadi kebakaran. Aku yang terbangun langsung kaget dan hanya bisa diam terpaku dan tidak tahu harus berbuat apa. Untung api cepat bisa dipadamkan, bersyukurnya api yang tidak menjalar kemana-mana. Namun, cukup banyak habis membakar setengah dari ruang kerja mamiku karena yang dipenuhi dengan kain. Satu tahun pun berlalu, ruang kerja yang dulu terbakar kini sudah yang kembali ke normal. Walau setiap melihat ruangan tersebut dari luar aku merasa yang tidak pernah nyaman saja.
Seperti perasaan ada seseorang yang kerap memerhatikan dan mengajak untuk masuk ke dalam ruangan tersebut.
“Mi, aku mau jajan dong,” ucapku sambil menadahkan tangan. “Keiko kamu jajan mulu ya, makanya uang bekel jangan selalu untuk dipake buat beli mainan saja, udah sana ambil dompet mami diruang kerja dulu,” ucapnya yang sambil menonton televisi. Aku pun memasuki ruang kerja mamiku, untuk mengambil dompet dan akan mendapatkan uang jajan. Aku memang nyaris tidak pernah dan tidak mau untuk masuk dalam ruangan tersebut.
Selain yang tidak diizinkan ruangan tersebut cukup berdebu sehingga membuat aku yang sering bersin-bersin.
Aku masuk dalam ruangan tersebut, menuju satu meja jahit kayu besar tepat dompet mami berada. Padahal aku tidak memikirkan apapun. Tapi mendadak saja bulu kudukku berdiri merinding dengan cepat.
Aku pun memerhatikan sekitar ruangan tersebut dengan melirik ke kiri dan ke kananku. Tapi tidak ada apapun yang nampak mencurigakan. Sampai akhirnya aku mengambil dompet tersebut dan tiba-tiba mendengar ada suara seorang anak perempuan berkata ‘Hei’ berbisik dengan cepat. Aku pun tidak berlalu, aku diam saja dan berusaha untuk mencari dari mana asal suara hantu wanita tersebut. Aku memang tidak bisa melihat makhluk halus, tetapi sangat bisa untuk merasakan sesuatu yang bersifat ganjil. Tidak mendapatkan apapun, aku pun langsung memutuskan untuk keluar dari ruang kerja mami, langkah demi langkah menuju pintu keluar. Sampai terjadilah sesuatu lagi berasa seperti ada orang yang berlari dibagian belakangku saat yang aku berjalan. Aku berusaha untuk mengintip dari ujung mataku ke samping kiri. Tapi tetap saja tidak ada apa-apa. Hingga aku keluar dari ruangan tersebut, dan kembali untuk mengintip dari jendela pintu ruang kerja mami. Jelas sangat aku bisa melihatnya. Seorang anak perempuan berdiri disebelah meja jahit kayu tersebut sambil yang melihat ke arahku.
“Keiko nemu nggak dompetnya?,” teriak mami dari lantai 1. “Iya ada ini,” jawabku. “Lama banget ambil dompet doang,” balas mami. Aku pun segera meninggalkan rasa penasaranku dengan menutup saja rapat pintu ruang kerja tersebut, sambil berusaha menarik napas panjang dan menenangkan diri agar tidak ditanyai lagi oleh orang tuaku.
Sumber : genpi