Cerita Horor Sunguh Tragis Karena Nyaris Menjadi Tumbal Proyek Bangunan
Mbahjitu – Cerita horor yang pernah aku alami ini mengenai Tumbal Proyek Bangunan menyisakan ketakutan yang sangat mendalam. Sebelum aku melanjutkan, perkenalkan, namaku jefri. Aku yang bekerja sebagai seorang tukang di proyek bangunan. Aku pun sering berpindah-pindah kota untuk yang mencari proyek baru.
Kejadian tragis yang hampir saja merenggut nyawaku itu terjadi pada saat aku yang ikut proyek bangunan di daerah Jawa Tengah. Aku tidak ingin menyebutkan daerah lengkapnya. Awalnya, aku yang diajak bekerja oleh Hendri. Dia merupakan orang yang baru aku kenal pas di warung makan.
Aku pun percaya kepada Hendri setelah yang diajak untuk mengunjungi proyeknya di Jakarta Selatan. Proyek bangunan yang sangat megah sekali. “Saya punya proyek lagi neh, tapi di Jawa Tengah. Kamu ikut saya aja, ya,” kata Hendri.
“Siap pak,” jawabku.
Soal gaji kamu tenang saja, pasti lebih tinggi dari bayaranmu pada saat ini,” jelasnya. Aku pun memutuskan untuk berhenti dari proyek yang di Jakarta. Dan Aku pun berangkat bersama Hendri menuju Jawa Tengah. Hendri sangat baik sekali kepadaku. Pada saat berangkat, aku pun diberi uang sebesar Rp 500.000.
“Neh buat pegangan,” kata Hendri. Aku pun langsung menerima uang itu dengan senang hati. Lumayan, bisa ditabung untuk tambah beli sebuah ponsel.
Aku yang tidak menyangka kalau bakalan dijadikan Tumbal Proyek Bangunan dan cukup kaget pada saat yang tiba di lokasi proyek. Benar saja, proyek Hendri ini memang sangat luar biasa. “Besok kamu bisa langsung kerja ya,” ucap Hendri.
Singkat cerita, aku sudah bekerja di proyek Hendri selama satu Minggu. Selama itu, Hendri yang selalu perhatian sekali kepadaku. Namun, perhatian Hendri tersebut membuatku jadi curiga. Pasalnya, dia tidak melakukan hal yang sama terhadap pegawai lainnya. “Apa maksud dari semua ini?” tanyaku dalam hati. Aku yang berusaha untuk selalu berpikir positif. Hal itu aku lakukan agar pekerjaanku bisa untuk berjalan dengan baik dan benar.
Suatu hari, Hendri memintaku untuk menjaga bahan material proyek yang baru saja datang. Namun, ada yang aneh dari permintaan Hendri. “Kamu jaga di dalam bedeng (rumah darurat, red) kecil itu saja ya, jangan yang ke mana-mana,” kata Hendri.
Adapun lokasi bedeng tersebut berada pas di samping gedung proyek bangunan. Aku pun mengiyakan langsung permintaan Hendri. Namun, aku merasakan ada perasaan yang tidak biasanya pada saat menjaga material proyek tersebut. Pikiranku yang ke mana-mana.
Akhirnya, tanpa seizin Hendri, aku pun keluar dari bedeng dan berjaga di luar proyek saja. Ternyata perasaanku memang benar. Tidak lama setelah aku keluar, pelat besi berukuran besar menimpa dan menghancurkan bedeng tempatku berjaga tadi. Setelah kejadian itu, Hendri langsung datang ke proyek dan memarahiku. Dia marah karena aku yang tidak menuruti perintahnya. “Kenapa kamu yang jaga di luar? Perintahnya, kan, di dalam bedeng. Kalau barang hilang, kamu mau tanggung jawab?” ucap Hendri.
Mendengar hal itu, aku pun langsung mengajukan diri untuk berhenti saja dari proyek. Aku merasakan bahwa kehadiranku di sini yang hanya sebagai tumbal proyek bangunan saja. Untung saja, aku yang cepat menyadarinya. Jika aku yang tetap berada di dalam bedeng, nyawaku akan melayang pada saat tertimpa pelat besi tersebut.
Sumber : genpi