Cerita Misteri Boneka Voodoo Itu Sangatlah Mirip Denganku
Mbahjitu – Namaku Nina dan Boneka Voodoo itu yang aku kira saudara kembar ak bernama Nona, semenjak kecil aku sering disebut sebagai anak pembawa kesialan. Saat Umurku yang masih 5 tahun, Aku sudah terbiasa yang dipukul oleh kedua orang tuaku, menerima omongan kasar mereka, dan serta sering di kurung didalam ruangan yang sangat gelap gulita. Aku yang tidak pernah mengerti apa yang telah menjadi kesalahanku. Bukannya kasih sayang, melainkan Aku malah mendapatkan kebencian dari kedua orang tuaku. Walau demikian, tidak sekalipun aku yang ingin membalas dendam rasa sakit hatiku terhadap mereka berdua. Aku sangatlah sayang mereka. Merekalah yang membesarkan aku dengan cara menyakiti secara fisik maupun mental.
Seiring berjalannya waktu, serta terbiasa menerima perlakuan mereka, maka membuat aku kebal akan rasa takut dan sakit. Hingga kini usiaku pun sudah beranjak 17 tahun, usia yang seharusnya sudah bisa dikatakan cukup dewasa dan bijak untuk memilih apa saja yang menjadi keputusanku. Kedua orang tuaku pun sering kali meninggalkan Aku sendirian di rumah, mereka memang bekerja dinas sebagai penjahit keliling dengan menggunakan mobil box yang sebagai toko berjalannya mereka.
Berbeda dengan biasanya, kali ini kedua orang tuaku meninggalkan Aku yang cukup lama, nyaris hampir satu minggu lamanya. Merasa akan merindukan mereka Aku pun memutuskan untuk tidur di kamar kedua orang tuaku.
Aroma wanggi tubuh mereka yang melekat pada kasur, membuat aku yang semakin rindu sentuhan mereka walau dengan pukulan.
Penerimaanku dengan Nona sangatlah amat berbeda. Aku yang sering kali menerima perlakuan kasar, sedangkan Nona kerap mendapatkan perhatian hangat dari kedua orang tuaku. Hal tersebut yang membuat aku sangat cemburu, tidak jarang aku ingin sekali menjadi Nona yang mendapatkan sentuhan hangat yang bukan pukulan dan cacian. Nona adalah saudara kembarku, semenjak kecil ia memang selalu mendapat semua perhatian dari kedua orang tuaku. Walau selalu cenderung diperlakukan sama mulai dari pakaian, makanan hingga tempat tinggal, jelas aku pun melihat bahwa kedua orang tuaku jauh lebih sayang Nona dibandingkan terhadap Aku.
Aku sangat benci melihat wajahnya yang makin hari semakin mirip saja denganku. Aku benci memiliki saudara kembar sepertinya. Bekali-kali aku ingin sekali menyakiti Nona, tapi niatku selalu terhalang oleh ibu dan ayah.
Jangankan menyentuhnya hanya mendekat saja selalu yang dihalangi oleh kedua orang tuaku.
Ini tidak adil, Nona terlalu bahagia mendapatkan perhatian seluruhnya dari kedua orang tuaku.
Saat aku yang memasuki kamar ibu dan ayah, aku melihat Nona yang sedang tertidur di ranjang kedua orang tuaku dengan nyenyak. Melihatnya, membuat aku selalu ingin menyakiti dirinya. Hingga akhirnya aku pun memutuskan untuk menusuk Nona dengan sanggar ibu yang berada di atas meja.
Aku tancapkan dengan sekuat tenaga sanggar tajam milik ibu tepat di dada Nona. Rasa sakit teramat sangat aku rasakan, tak kuasa melihat kondisi Nona yang Aku tusuk secara tiba-tiba, Aku pun melarikan diri dari kamar tersebut. Saat hendak keluar pintu rasanya badanku tiba-tiba mendadak lemas, Aku tidak ada hentinya batuk hingga yang mengeluarkan darah. Terasa sangat sesak di dadaku ini. Ketika Aku memegang dadaku sendiri rasa sakit pun semakin memuncak, dadaku berdarah yang mengalir sangat derasnya. Aku langsung melihat ke belakang, tepat di posisi Nona sedang tertidur. Aku melihat dirinya tersenyum menyeramkan padaku. Hingga Aku menyadari bahwa Nona bukanlah saudara kembarku, tapi boneka Voodoo yang jelas mirip dengan Aku, dijahit oleh ibu dan ayahku sendiri.
Sumber : genpi