Pengalaman Horor Nonton Film di Gedung Bioskop, Ternyata DiSampingnya Adalah Pocong
Mbahjitu – “Ndelok sorot”, yang berarti nonton film di gedung bioskop adalah Ucapan seperti begitulah bagi orang-orang Jogja waktu dulu menyebutnya, yang dimana nontonya bisa juga di tanah yang lapang seperti layar tancap atau istilah lainnya bioskop misbar, kalau gerimis bubar.
Di JOgja dulu banyak sekali terdapat gedung-gedung bioskop. Soboharsono yang berada di timur laut Alun-alun Utara, Ratih yang waktu dulu adalah bernama Rex yang berada di selatan Tugu atau Jalan Mangkubumi, dan Rahayu di ujung Jalan Klitren Lor dan Jalan Solo. Lalu ada lagi Seni Sono yang tak jauh dari Titik Nol JogJa.
Di depan pasar Beringharjo, dahuulu ada sebuah gedung bioskop yang sangat besar di kota Yogyakarta, yang bernama Indra. Ruangannya pun sangat luas memanjang ke barat. Gambar di layar bisa terlihat dengan amat besar, menjadikan penonton merasakan puas akan menonton di layar lebar. Ayong adalah seorang pecinta film, malam itu ia seorang diri nonton film di gedung Indra pada pertunjukan bioskop terakhir yaitu pada jam 21.30.
Alasannya untuk nonton pada jam pertunjukan terakhir adalah jumlah penonton yang tidak selalu penuh. Sehingga bisa untuk memilih kursi kosong. Tak tahunya pada malam itu menjadikannya pengalaman yang sangat horor.
Memandang gambar di layar yang tidak terhalang oleh orang yang duduk di depannya. Film yang diputar pada waktu malam itu adalah “Rio Bravo”. Film cowboy yang lumayan apik besutan Amerika yang dibintangi oleh John Wayne, Dean Martin, dan Ricky Nelson.
Bagi Penggemar film, nonton film tersebut tidak akan bisa melewatkan adegan- adegannya walaupun hanya sedetik. Ealaaaah…! Lha kok penonton yang duduk pas di sebelah ayong malah tertidur pulas. Dan juga memamerkan dengkurnya yang amat keras, mirip seperti suara orang menggergaji kayu saja. Pantas saja jika Ayong yang merasa terganggu kenikmatannya yang sedang menonton film. Dia pun akhirnya melangkah maju. Pindah kursi ke deretan di bagian depannya. Belum juga sepuluh menit, penonton tersebut juga ikutan pindah.
Srog! Terus langsung duduk di sebelahnya dan… lagi-lagi yang tertidur pulas dengan memamerkan dengkur kerasnya juga. Ayong berpindah duduk hingga sampai empat kali. Begitu pula dengan penonton yang duduk di sebelahnya.
Merasa jengkel, akhirnya Ayong memberanikan diri untuk menegurnya. “Maaf, Mas. Kalau hanya ingin tidur, kan lebih nyaman untuk tidur di rumah saja…,” ujar Ayong dengan hati yang disabar-sabarkan. Namun yang ditegur malah cuek saja. Tidak bereaksi sama sekali. Tetap saja tidur di kursi dengan suara dengkurnya yang keras. Akhirnya, dengan hati yang amat mendongkol, akhirnya Ayong menerima keadaan. Jam setengah duabelas pertunjukan film pun usai. Di layar terpampang kalimat “The End”. Byar! Lampu gedung bioskop dinyalakan. Seketika Ayong njomblak. Orang yang tidur mendengkur tersebut ternyata adalah pocong! Tampak hanya sekejap saja, kemudian langsung menghilang.
Sumber : harianmerapi