Kisah Misteri Pasangan Pengantin Tentang Adanya Perjanjian Gaib Di Jembatan Cirahong
Mbahjitu – Sudah berlangsung selama 128 tahun, arwah pasangan pengantin baru tersebut mendiami salah satu sisi pilar Jembatan Cirahong. Sementara itu juga ada sepasang siluman ular penguasa Sungai Citanduy yang mendiami sisi lain dari jembatan yang difungsikan bagian atasnya untuk perlintasan kereta api (KA) dan di bagian bawahnya untuk kendaraan roda 2, roda 4, dan serta para pejalan kaki. Cerita mistis mengenai pasangan pengantin Jembatan Cirahong, terus hidup hingga sampai saat ini. Dan Diceritakan secara turun temurun, sehingga akrab di telinga para pelintas jalan jembatan kayu dengan rangka besi beton tebal yang langsung di datangkan dari negara Eropa tersebut.
Saat bertugas di Kabupaten Ciamis, terowongan Jembatan Cirahong tersebut kerap sering dilewati karena untuk memangkas jarak dan waktu perjalanan dari Kabupaten Ciamis untuk menuju Kabupaten Tasikmalaya dan begitu juga sebaliknya. Saking seringnya, sampai akrab dengan salah seorang pengatur arus laju lalu lintas di Jembatan Cirahong ini Yang Biasa dipanggil dengan mama Kusnadi, senyuman serta topi hitam pudar yang dipakainya menjadi ciri khas pria tersebut. Bagi kebanyakan masyarakat, saat melintas jembatan tersebut agak seram, karena tidak hanya cerita mistis yang menyelimutinya, tapi juga karena perlu ekstra hati-hati untuk melaluinya. Sepasang kayu memanjang di kiri kanan jembatan tersebut menjadi pijakan roda ban mobil yang pada saat melintas jembatan sepanjang 202 meter ini. Gemeretuk bunyi papan yang terlindas ban mobil, di temaram senja seakan membawa ke dimensi lain saat yang melihat ujung jembatan dengan cat berwarna biru ini. Garis-garis simetris pada sisi kiri kanan dan atas jembatan yang memanjang seperti berbentuk gapura untuk menuju gerbang dimensi gerbang gaib.
Sekali waktu pada saat agak senggang, aku pun menyempatkan diri untuk berbincang sejenak dengannya. Arus lalu lintas menuju terowongan Jembatan Cirahong ini cenderung sepi sehingga ia bisa agak leluasa untuk bersantai sejenak untuk mendengar cerita mistis dari warga sekitar. Soal adanya sepasang pengantin yang dijadikan tumbal di jembatan ini, ada dua versi yang pertama, meski pada akhir cerita tersebut ada kesamaan mereka
memang meninggal dunia untuk dijadikan tumbal pembangunan jembatan tersebut yang membedakan hanya jumlah korbannya saja.
Pengantin Tumbal Jembatan Cirahong
Pemerintah Hindia Belanda pada saat itu sangat berambisi untuk membangun jalur KA. Tujuannya selain untuk memudahkan mengangkut hasil bumi dan juga untuk memudahkan mengawasi daerah jajahan mereka yang terutama di wilayah pedalaman. Saat sedang membangun jembatan di Sungai Citanduy tersebut, berbagai gangguan demi gangguan terus sering terjadi. Seperti air sungai yang tiba-tiba meluap dan lain sebagainya.
Karena terus dikejar waktu untuk penyelesaian, pemerintah Belanda pada waktu itu meminta bantuan paranormal hingga akhirnya dapat diketahui bahwa di lokasi pembangunan jembatan kereta api tersebut didiami oleh sepasang siluman ular yang bernama Nyai Odah dan Aki Boh’ang. Siluman tersebut mengaku terganggu karena manusia sedang mengganggu kediamannya yang tanpa izin. Singkat cerita mereka pun meminta syarat tumbal dan berjanji akan menjaga Jembatan Cirahong tersebut hingga dapat tetap berdiri hingga berusia ratusan tahun.
Syarat tumbalnya adalah berupa sepasang pengantin untuk dijadikan sebagai anak angkat mereka. Syarat itu pun pula kemudian dipenuhi. Siasat jahat pun kemudian diatur menculik dan memperdaya pasangan pengantin baru itu. Selesai melangsungkan akad nikah, sepasang pengantin baru kemudian dijemput pakasa oleh para centeng Belanda dengan dalih diundang oleh pemimpin proyek pembangunan jembatan untuk menyerahkan hadiah pernikahan. Sepasang pengantin ini lalu dibawa ke lokasi pengecoran pondasi jembatan di tengah sungai tersebut. Menjelang magrib pengantin tersebut dengan tangan terikat dan sesaji lainnya langsung dimasukkan dalam lubang pondasi jembatan tersebut. Dari atas, adonan semen, batu, dan pasir langsung dicurahkan ke dalam lubang menimpa sepasang pengantin baru tersebut. Mereka pun akhirnya tewas dan sukma mereka mendiami pondasi bagian tengah jembatan serta terjebak dalam dunia tak kasat mata. Menurut versi lainnya, korban dari pembangunan jembatan tersebut tak hanya sepasang pengantin itu. Tapi juga adanya sejumlah warga. Mereka berusaha untuk mengambil sejumlah emas yang di simpan didalam salah satu lubang pondasi jembatan tersebut. Saat warga termasuk pengantin tersebut berada dalam lubang pondasi mereka pun dihujani batu, semen dan material lainnya hingga akhirnya tewas.