Arwah Penasaran Menjadi Tamu Undangan Pernikahanku
Mbahjitu – Aku melihat Arwah Penasaran yang Menjadi Tamu Undangan Pernikahanku yang dimana hari ini adalah momen bahagiaku dengan Ayong. Sebab, setelah lima tahun berpacaran, akhirnya kami pun akan melangsungkan pernikahan. Berbagai macam persiapan sudah kami lakukan semua bersama, mulai dari undangan, makanan, baju, hingga tempat pernikahan. Kami memilih konsep vintage untuk tema pernikahan. Maka dari itu, kami memutuskan untuk menyewa sebuah bangunan tua yang berada di pinggiran Ibu Kota.
Tempatnya sangat unik dan apik, terdapat pilar-pilar besar berdiri tegak pada bagian pintu masuk. Begitu memasuki ruangan gedung, akan disambut oleh kain putih gading yang menjuntai pada tiap sisi ujung ruangan.
Di tengah ruangan tersebut terdapat sebuah mimbar yang level lantainya lebih tinggi sedikit dibandingkan sekitarnya. Di tempat itulah aku dan Ayong akan mengucapkan janji suci terikat sehidup semati.
Hari yang kami tunggu-tunggu akhirnya datang juga. Para tamu undangan dengan penuh senyum bahagia sudah berkumpul didalam ruangan tersebut. Acara pernikahan pun dimulai. Perlahan aku pun melangkah memasuki gedung tua tersebut dengan gaun putihku yang panjang menyeret lantai.
Pandanganku hanya tertuju pada Ayong seorang yang sudah menunggu aku di atas altar dengan jas hitamnya.
Sesampainya di altar tersebut, pendeta membimbing kami untuk mengucapkan janji suci mengikat janji. Setelah memasangkan cincin kawin dan melakukan wedding kiss, semuanya terasa tiba-tiba berbeda.
Aku melihat semua tamu undangan, tetapi yang tampak sangat asing semua. Mereka memiliki kulit yang sangat pucat sekali dan seperti memiliki badan yang sudah tak hangat lagi. Kaget yang melihat sekitarku. Aku lantas menggenggam erat tangan Ayong. Ternyata tangannya terasa dingin juga, aku pun sangat terkejut merasakan hal tersebut. Tanpa melihat wajahnya lagi. Aku refleks melepaskan peganganku dan mengambil langkah untuk mundur.
Wajah Ayong sangat pucat, bola matanya putih, tidak ada senyum hangat terlukis di bibirnya yang tipis.
Ia mendadak berubah menjadi arwah penasaran yang berupa sosok mayat hidup di hadapanku. Menyadari hal tersebut, membuat aku langsung berlari keluar dari gedung tersebut.
Namun,aku tidak dapat keluar dari kawasan bangunan tua tersebut karena pintu gerbang seluruhnya terkunci.
Seluruh tamu dan Ayong berdiri tepat di depan bangunan tua itu, melihat aku dengan tatapan yang kosong. Mereka semua seakan ingin merebut jiwaku. Tubuhku membeku, aku tidak mengerti apa yang sedang terjadi padaku dan orang-orang yang berada di sekitarku, seakan mereka berubah menjadi Arwah penasaran
yang ingin memangsaku. Berusaha menguatkan diriku sendiri tentang yang sedang terjadi. Fokusku kembali dan aku tersadar di atas tempat tidur. Rupanya, hal buruk itu hanyalah mimpi.
Sumber : genpi