Pesugihan Di Gunung Wijil Part II
Mbahijtu Lanjutan Pesugihan Di Gunung Wijil Part II. “Saya telah mendengar banyak cerita atau suara dari masyarakat yang mengatakan bahwa banyak fenomena seperti ini di kawasan Gunung Wijil. Saya saat ini pergi ke Gunung Wijil untuk menunjukkan apa yang sering saya dengar dari masyarakat Gunung Wijil, terutama dari luar. ,” ucap Agus, pengunjung makam tersebut.
Di kompleks dekat sini terkenal dengan adanya lokasi yang banyak disebutkan masyarakat yakni putih dan hitam. Jika yang tergolong hitam merupakan lokasi diluar kompleks terdapat makam yang terbilang masih 1 bukit, disana terlihat sebuah goa tempat pesugihan yang dikatakan sebagai lokasi dari jin buto ijo dan sebagai media pesugihannya sekitar 500 meter dari lokasi makam.
Batu berbentuk buaya atau Watu Boyo diyakini sebagai kontak magis dengan makhluk pesugihan termasuk Buto ijo, saat bulan purnama.
Menurut mitos, pintu goa dapat terbuka dengan sendirinya, namun jika dilihat dari samping, lokasi goa ini seperti istana yang indah. Buto ijo itu dikatakan sangat besar dengan kulit berwarna hijau, taring besar, dan mata merah melotot.
Mitos mengatakan bahwa siapa pun yang berani melakukan ritual di sini harus membuat kontrak magis dengan pengorbanan tertentu, seperti kehidupan atau hal penting lainnya, untuk mewujudkan keinginan mereka untuk menjadi kaya dengan cepat.
Namun, orang-orang yang datang ke goa ini untuk membuat upacara biasanya membawa pemandu mereka sendiri yang dapat diandalkan ke festival karena tidak ada yang menjaga mereka.
Mereka juga memberikan dupa dan tiga jenis bunga sesuai dengan kesepakatan dengan buto ijo.
“Pesugihan Di Gunung Wijil adalah salah satu gunung kecil yang merupakan bagian dari Gunung Lawu yang terletak di sini. Selain hutan di sekitarnya, gunung ini juga memiliki dua goa,” kata Nukdiyono
“Orang pertama yang beri nama Gunung ini yakni Pramijil. Pramijil ini merupakan salah satu kerabat dengan Joko Tingkir. Jadi penemuan Gunung ini sekitar pada masa kerajaan Pajang,” ujarnya.
“Menurut saya, tidak ada pesugihan di sini. Adanya orang yang melakukan ritual, misalnya yang mencari gelar atau kekuasaan atau mereka yang ritual untuk dagangan lebih laris di makam ini,” kata ahli dari Gunung Wijil tersebut.
“Mitos dari Buto Ijo juga sebenarnya itu tidak ada sejauh mana yang saya tahu. Saya sudah di sini sekitar 25 tahun. Kalau peziarah ada orang dari Lampung, Jakarta, Jawa Timur, Jogja, Purwodadi. Biasanya, mereka hanya melakukan ritual untuk pelarisan dagangan, derajat atau kekuasaan,” terangnya.
Saat ini, lokasi Pesugihan Di Gunung Wijil sudah mulai diubah oleh pemerintah desa setempat. Beberapa tempat di kaki bukit sudah mulai dibangun menjadi tempat wisata, spot selfie, meningkatkan status masyarakat dan meningkatkan perekonomian warga sekitar. Namun, karena pandemi COVID-19, lokasi ini masih ditutup sementara.
Sumber : inews