Cerita Horor Teman sekelas tak kasatmata Di satu kampus yang berada di Jakarta Barat
Mbahjitu – Aku mempunyai cerita horor teman sekelas tak kasatmata dimana cerita tersebut berawal dari Kuliah tatap muka yang sudah kembali berlangsung di kampus.
Karena aku yang melanjutkan pendidikan S2 dengan sistem kelas karyawan, maka kelas malam pun sudah bagaikan santapan sehari-hari.
Hal yang paling menyebalkan adalah apabila dosen selalu lupa diri bahwa waktu mengajarnya hanya dua jam, sering kali ia bablas waktu karena sangat sulit untuk berhenti mengajar. Berbeda dengan S1, di jenjang S2 cenderung diisi dengan banyaknya mahasiswa yang sudah berumur dan Sebagian besar mereka sudah memiliki
anak dengan usia yang sama denganku.
Setiap kelas malam, tidak akan pernah terisi penuh oleh para mahasiswa dan mahasiswi.
Aku merupakan salah satu murid yang cukup sulit untuk berbaur dengan murid yang lain, maka dari itu aku pun tidak memiliki banyak teman. Dari puluhan teman sekelas, aku hanya terbiasa berbicara dengan Ane, ia seorang gadis manis berambut panjang dan cukup terkenal di kelas karena apapun yang ia bicarakan terdengar sangat menyenangkan.
Karena yang cukup populer, terkadang aku merasa minder untuk dekat dengannnya. Tidak jarang aku menyapanya hanya saat selesai perkuliahan. Dengan sangat menyenangkannya, ia selalu membalas sapaku dengan hangat.
Suatu malam, hujan turun dengan sangat derasnya, semua mahasiswa sudah pulang, aku pun terjebak di kampus karena tidak mau pulang menerobos hujan.
Tiba-tiba muncul Ane dari belakangku, tampaknnya ia baru saja keluar dari toilet kampus.
“Hai Ayong, belum pulang?” sapa Ane dengan begitu ramah, sambil menepuk pundakku.
“Eh, Ne. Bukannya gue yang harusnya tanya gitu yak?” jawabku sambil menunduk.
“Iya tadi gue yang ganti bajunya kelamaan soalnya yang sambil video call sama nyokap gue, nggak terasa aja ternyata sampe sejam,” jelas Ane.
“Wah, lu nggak cuma ramah dan bae ya, tapi dekat juga sama ortu,” responsku kepadanya.
Perbincangan kami tidak berlanjut, Ane meninggalkan aku pulang dengan menggunakan payungnya berjalan kaki.
Aku kembali yang sendirian lagi sambil menikmati derasnya hujan di tengah malam.
Keesokan hari pun tiba. Kelas malam pun kembali berlanjut hingga pukul 21:30 WIB.
Masih dengan dosen yang sama serta sulit untuk berhenti berbicara, ia menugaskan kami semua untuk mencari kelompok guna mengerjakan tugas bersama.
Dari semua orang yang sibuk mencari teman, hanya Ane yang menghampiri aku untuk mengajak bergabung bersama dengan kelompoknya.
Aku senang Ane menyadari kehadiranku. Ia tidak hanya cantik, tapi juga perhatian, bahkan untuk aku yang tidak pernah dilihat oleh orang lain.
“Ne, lu ngapain ke sana?” tanya salah satu teman sekelasku melihatku dan Ane berada di ujung ruangan.
“Ajakin Ayong gabung ke kelompok,” jawab Ane sambil tersenyum kepadaku.
“Dihhh gila cantik-cantik bisa liat setan,” bisik seorang teman sekelas.
Sumber : genpi