Kisah adanya suara tangisan bayi aborsi yang kerap terdengar malam-malam dikontrakan murah
Mbahjitu – Kisah mengenai adanya suara tangisan bayi aborsi yang kerap terdengar malam-malam dikontrakan murah Sudah bisa ditebak, Kalo kontrakan murah biasanya punya sisi yang “aneh”-nya. Kali ini tentang suara tangisan anak kecil yang kerap sekali terdengar malam-malam.
Aku dan istriku, Ambar, yang baru pindah ke rumah kontrakan di sebuah perkampungan. Kondisi rumahku memang yang tidak bagus-bagus amat, tapi harganya cukup lumayan murah. Tinggal yang dibersihkan sarang laba-labanya, dan bisa dihuni dengan tentram dan nyaman.
“Kamu bisa dapat info dari mana bisa nemu kontrakan murah gini? Dengan fasilitas yang ada, ini terbilang cukup murah loh,” pujiku kepada istriku.
“Ada deh,” jawab Ambar seadanya sembari mengelus perutnya yang sedang mengandung jabang bayi kita.
Kontrakan murah tersebut cocok untuk mereka yang sedang bokek. Sebab aku yang baru diusir dari rumah keluarga besar karena yang nikah dengan Ambar diam-diam tanpa restu dari orang tua. Ambar yang hidup sebatang kara dan tanpa pekerjaan bukanlah seorang menantu idaman orangtuaku.
Pada malam pertama kita tinggal, ketika pada saat hendak tidur, aku pun mendengar adanya suara tangisan anak kecil dari kamar mandi. Tangisan sedih seperti anak kecil yang ditinggalkan oleh kedua orangtuanya.
“Kamu denger suara anak kecil nangis nggak sih?” tanyaku pada istriku Ambar.
“Samar-samar sih keknya dengar,” jawab Ambar. “Udah deh, cuekin aja. Paling aja anak tetangga.”
“Tapi rumah tetangga kita itu pun jaraknya lumayan jauh. Ini suara nangisnya seperti di kamar mandi sini,” aku mulai curiga.
Penasaran, aku pun mendekati kamar mandi, Suara tangisan anak kecil pun terdengar makin jelas.
Namun, ketika pintu kamar mandi dibuka, tidak ada suara apa-apa. Suara tangisan pun berhenti.
Di kamar mandi tidak ada siapa pun. Jangankan ada suara anak kecil nangis, tikus saja tidak ada.
Ketika yang aku menutup pintu kamar mandi, suara tangisan bayi pun kembali terdengar. Namun, saat aku buka pintu, tangisannya terhenti. Tutup, nangis. Buka, hening. Tutup, nangis lagi. Buka, hening lagi. Begitu seterusnya sampai usia kandungan istriku menginjak bulan kesembilan.
Tak tahan, Adi pun bertanya kepada tetangga tentang siapa penghuni rumah tersebut sebelumnya.
“Oalah, kontrakannya udah lama kosong, Mas. Ada lah sekitar tiga tahun yang lalu,” jawab si tetangga.
Menurut penuturan tetangga, penghuni sebelumnya adalah seorang perempuan muda cantik yang tinggal sendirian. Dia sering dikunjungi oleh kekasihnya. Sampai pada akhirnya, perempuan ini digosipkan hamil di luar nikah. Namun, pada suatu hari, perempuan itu pun pergi meninggalkan rumah kontrakan tersebut dengan
perut seolah yang sudah melahirkan, tapi tak ada tanda-tanda adanya bayi yang dibawa.
Warga pun berasumsi perempuan tersebut menggugurkan kandungannya karena kekasihnya lari dari tanggung jawab.
Mendengar cerita tetangga, aku pun yang merasa kesal. Aku yang langsung pulang ke kontrakan.
Buru-buru aku membongkar saluran kamar mandi sembari ngomel, “Yang bikin dosa dia, yang nanggung akibatnya gue dan istri gue.” Aku berprasangka bayi penghuni sebelumnya dibuang di kamar mandi tersebut seperti berita-berita di koran kriminal. Pikirku, setelah terduga bayi itu dikuburkan dengan layak, ia tidak akan menghantui menaggis lagi. Namun, akhirnya aku pun tidak mendapatkan apa-apa. Hanya ada gumpalan rambut yang kerap sekali bikin saluran air macet.
Pas waktu malamnya, Ambar menjerit kesakitan di kamar. Di sebelah, aku pun gelagapan. Aku tambah panik ketika perut Ambar perlahan-lahan mengempis. Aku teriak frustasi, “Sayang! perut kamu kenapa?” Lalu, dari arah kamar mandi, terdengar kembali suara tangisan bayi dan anak kecil.
Namun, kali ini ada suara tangisan anak kecil disusul juga oleh tangisan bayi yang baru lahir. Dua tangisan itu bersahutan. Sesekali terdengar bisikan misterius yang seolah menyuruh keduanya berhenti menangis.
Aku pun langsung lari ke kamar mandi dan mendapati sesosok tinggi besar hitam sedang menggendong bayi berlumur darah.
Di sebelah penampakan jurig itu, ada anak kecil sekitar umur tiga tahun yang menangis. Kemudian ketiganya lenyap bagai asap.
Sumber : genpi.co