Soeharto Antara Mistis Dan Ribuan Pusaka sakti
Mbahjitu– Presiden Indonesia kedua Bapak Soeharto erat berhubungan dengan hal-hal yang berbau mistis. Apalagi seorang Jenderal Besar tersebut adalah penganut Islam Kejawen. Dan dikabarkan beliau memiliki ribuan pusaka sakti.
Tidak heran memang, Soeharto adalah sosok yang selalu selamat dan sukses dalam menjalani kehidupannya.
Dilansir dari Intisari, dalam keyakinan kultur Jawa, orang yang demikian diyakini punya bantuan dari dunia gaib atau dalam Bahasa Jawa disebut ‘Prewangan’.
Soeharto adalah seroang pria keturunan Jawa yang menyerap budaya leluhur dan menjadikannya itu sebagai pedoman hidupnya.
Dia setiap saat melakukan puasa Senin-Kamis bahkan sejak Ia muda sudah melakukannya.
Jargon yang kerap ia gunakan yaitu Kaweruh jiwo dari Ki Ageng Suryomentaram, Ia bahkan mengidolai ‘Semar’ Tokoh wayang yang mewakili rakuyat jelata namun disegani para ksatria dan dewa.
Konon katanya, Soeharto memiliki banyak sekali pusaka. Bahkan dikabarkan hingga sampai ribuan pusaka sakti yang dimilikinya Mulai dari keris Keluk Kemukus yang konon katanya bisa membuat pemiliknya menghilang dilansir dari majalah Misteri.
bahkan, ia juga memboyong keris pusaka asal Keraton Surakarta yang harus dikembalikan karena Surakarta dilanda banjir akibat pusaka tersebut diambil. Hingga topeng Gajah Mada dari Bali, dan gong keramat.
HIngga sang istri Siti Hartina atau yang dikenal dengan Ibu Tien Meninggal pergunjingan soal mistis sang jendral besar Soeharto mendadak mencuat.
Sempat juga muncul isu-isu yang beredar di kalangan masyarakat. Suatu hari sebelum Ibu Tien meninggal, konon katanya di Keraton Mangkunegara ada yang melihat sekelibat cahaya hijau berbentuk menyerupai Naga terbang.
Jika dinalar memang tak masuk akal menghubungkan hal itu dengan karier seorang Presiden, akan tetapi Langkah-langkah politik Presiden Soeharto waktu itu setelah kepergian sang istri sungguh di luar kendali.
Cara ia melawan musuh politiknya terkesan vulgar. Padahal, sebelumnya, Soeharto dikenal sebagai sosok yang mampu mengendalikan diri.
Suatu hari di tahun 1990, ada kejadian saat Soeharto, berkunjung ke Bali dengan tujuan untuk memeringati hari ulang tahun pernikahannya dengan Ibu Tien.
Kisah itu diceritalan oleh seorang pemilik warung kecil yang bernama Hj Baiq Hartini yang diminta untuk memasak dalam acara Soeharto dan keluarga.
“Pada tahun 1990, tiba-tiba datang utusan dari Istana Tampaksiring yang meminta saya memasak untuk acara keluarga Presiden di Istana,” ujarnya.
Tentu saja Hj Hartini merasa sangat tersanjung dan langsung menerima kepercayaan tersebut. “Maklumlah saya kan orang desa, yang buka warung pinggir jalan, kok bisa langsung ketemu dengan keluarga presiden,” ujar Hj. Baiq Hartini
Sebelum Soeharto menyantap makanan yang dimasak oleh Hj. Baiq Kartini, pemeriksaan ketat pun dilakukan. Selain petugas keamanan, intelijen, petugas Kesehatan semua ikut meneliti bahan makanan, dan sesudah makanan matang pun ada tim dokter dan petugas uji klinis yang mencicipi masakan tradisional Lombok tersebut.
Ia bercerita, pada saat jamuan makan itu, piring Pak Harto hanya berisi tempe dam tahu, sepertinya berpantang kangkung. Sedangkan sang istri berpantang tauge. Begitu juga saat makan malampun Hj Hartini Kembali diminta untuk menyiapkan makanan.
Pada suatu hari kejadian di sore hari, Soeharto pernah turun langsung mengurusi cucunya yang sedang berenang, pada saat itu cucu-cucu Seoharto tidak mau beranjak dari kolam renang.Para cucu-cucu Soeharto tersebut sudah diminta oleh para ajudan untuk naik dari kolam renang. Namun hal itu tidak dipedulikan oelh cucu-cucunya.
Dari balik pintu muncul Soeharto yang lansgsung memanggil para cucunya dan berkata akan segera hujan sambil menunjuk ke atas langit. “Eh,tiba-tiba, hujan itu benar-benar turun dan kami pun saling berpandangan heran, Kami pun saling berbisik Pak Harto ini ‘sakti’ yah,” ujar Hj Hartini.
Apakah kejadian itu dapat dihubungkan dengan mistis atau ribuan pusaka sakti yang konon ceritanya dimilliki oleh Soeharto tersebut, sampai sekarang masih menjadi misteri.
Sumber : TribunJabar