Makna Pusaka Peninggalan Pajajaran Yang Keramat
Untuk masyarakat Garut, Jawa Barat, Makna Pusaka Peninggalan Pajajaran, ajimat atau apapun jenisnya, peninggalan Kerajaan Padjajaran yang dipimpin oleh Prabu Siliwangi dan Prabu Kiang Santang, kerap dianggap sakral dan bertuah.
Benda itu tersebar luas di beberapa tempat, salah satunya di situs Kabuyutan, Bayongbong dan Makam Syeh Rohmat Suci, Godog, Karangpawitan. Di kedua lokasi tersebut, mencapai puluhan sampai ratusan benda pusaka Makna Pusaka Peninggalan Pajajaran tersebut selalu mendapat tempat istimewa.
Salah satunya pada Situs Kabuyutan, Bayongbong, pada area seluas hampir satu hektare tersebut, masyarakat disana selalu menggelar acara ‘Seba Muharam’ setiap tahunnya.
Kegiatan itu adalah ritual untuk memandikan benda pusaka yang di tinggalkan oleh Kerajaan Padjajaran, sekalian untuk membuka naskah kuno peninggalan Raja. Di sana masyarakat minta keberkahan mulai urusan jodoh sampai rezeki lancar usaha.
Juru pelihara situs Kabuyutan atau pemangku adat Situs Ciburuy, Nana Suryana yang berusia 35 tahun mengatakan ritual tersebut adalah bentuk penghormatan dari masyarakat atas jasa para leluhur mereka dari Pajajaran, terutama Prabu Kiang Santang yang sudah menyebar luaskan agama Islam pada wilayah tersebut.
PASARAN |
KLIK |
|
PASARAN KENYA |
07 86 14 06 71 84 08 76 64 01 |
|
PASARAN SYDNEY |
02 56 79 06 27 59 05 26 69 07 |
|
PASARAN BELGIUM |
78 34 56 74 85 36 73 84 46 75 |
|
PASARAN COLOMBO |
01 23 58 03 15 28 02 13 38 05 |
|
PASARAN GIRONA |
93 70 12 90 31 72 97 30 02 91 |
|
PASARAN SCOTLAND |
90 24 68 94 06 28 92 04 48 96 |
|
PASARAN SINGAPORE |
SEDANG LIBUR |
|
PASARAN MACAU SWEEP |
90 67 81 97 08 61 96 07 71 98 |
|
PASARAN JAMAICA |
62 51 48 61 24 58 65 21 18 64 |
|
PASARAN UGANDA |
05 67 19 07 51 69 06 57 79 01 |
|
PASARAN HONGKONG |
81 09 54 89 15 04 80 19 94 85 |
|
PASARAN NICARAGUA |
01 34 57 04 15 37 03 14 47 05 |
|
PASARAN SLOVAKIA |
79 23 50 73 95 20 72 93 30 75 |
|
PASARAN MACAU LOTTERY |
79 12 45 72 94 15 71 92 25 74 |
|
PASARAN MACAU 6D |
SEGERA TIBA |
“Istilahnya ulang tahun,” ujar dia, dalam beberapa kesempatan.
Pada ritual sehari semalam tersebut, rangkaian kegiatan dilaksanakan seluruh masyarakat sekitar, dimulai memandikan pusaka, membukan naskah kuno dalam daun lontar yang tetap tersusun rapi, sampai mereka yang meyakini ‘ngalap berkah’ dari benda peninggalan tersebut.
“Intinya bukan minta ke benda tersebut, tetapi kepada Alloh SWT,” ujar Nana menegaskan pentingnya tauhid.
Pusaka seperti keris, kujang, trisula, termasuk alat-alat kesenian seperti Gong Renteng yang ditempatkan di Bumi Padaleman tersebut, sengaja dikeluarkan sesepuh masyarakat setempat, untuk mendapatkan perawatan dan perlakuan istimewa dari masyarakat, meskipun hanya setahun sekali.
Tidak jarang pada acara yang dipusatkan pada situs yang konon pernah menjadi arena pertarungan para jawara (jagoan) pada Pulau Jawa itu, masyarakat berduyun duyun meminta berkah mulai soal urusan jodoh, rezeki yang lancar usaha sampai urusan jabatan, dari air atau makanan yang telah ‘dipersembahkan’ sebelumnya di dalam bumi Padaleman itu.
Tidak hanya di Situs Ciburuy, puluhan benda pusaka peninggalan Kerjaan Padjajaran pun terkumpul di makam kramat Syeh Sunan Rohmat Suci Godog, Karangpawitan. Di sana, setiap tanggal 14 mulud (Maulid) setiap tahun, masyarakat sekitar selalu melaksanakan ritual ‘Ngalungsur Pusaka’.
Kegiatan tersebut sengaja untuk memamerkan sekaligus untuk memandikan seluruh barang pusaka peninggalan Prabu Kiansantang yang dipercaya sampai saat ini sebagai penyebar pertama agama islam pada wilayah Garut dan sekitarnya.
“Ada tumbak, keris, golok, dan benda sejarah lainnya, ” kata dia.
Setiap tahunnya ribuan orang dari berbagai daerah selalu datang dengan harapan untuk mendapatkan keberkahan dari makam waliyulloh tersebut.
“Ada nilai sejarah Islam yang tersimpan di dalamnya,” ujar Yaya Mansyur (62), juru kunci makam Godog.
Namun dibanding dengan Situs Ciburuy, ritual Ngalungsur Pusaka yang berada pada makam Godog, harus diawali dengan aktivitas basos terutama sunatan massal. Kegiatan tersebut adalah amanat sang sunan, saat menyebarkan syiar islam di sana.
“Tidak bisa digantikan kegiatan lain,” kata dia.
Yaya mengungkapkan, meskipun adanya pemandian dan penyucian benda pusaka, namun hal tersebut hanya budaya semata. Makna Pusaka Peninggalan Pajajaran, Hal itu, justru dibutuhkan untuk lebih mendekatkan diri kepada sang maha pencipta Allah SWT.
Sumber: Liputan6.com