Jangan Baca Sendirian! Kisah Nyata Cerita Horor Mbarep Tunggal
Cerita Horor Mbarep Tunggal. Mbarep tunggal sendiri dalam bahasa jawa, yang berarti anak pertama dan satu-satu nya, namun di keluarga saya, kalimat ini berbeda, memiliki makna yang lain yang sudah di percaya turun temurun bahkan sejak jaman Trah Tumerah yang dalam silsilah keluarga jawa yakni nenek moyang pertama mulai dari sini, cerita ini akan saya buka, dengan satu kisah yang selama ini selalu saya pikirkan apa hubunganya GETIH ANGET dengan MBAREP TUNGGAL dalam silsilah keluarga saya? konon, saya bukan satu-satu nya orang yang terlahir dengan anugerah seperti ini, karena sebelum saya lahir, memang sudah ada istilah seperti itu. yang mendapatkan hakekat sebagai Getih anget yang sekaligus menyandang nama sebagai “MBAREP TUNGGAL” yang begitu di agung-agung kan keluarga saya.
Beliau adalah sepupu dari Bu De (tante) saya. Saya memanggilnya dengan nama “Mas Didik” dan kisah ini, akan sangat amat behubungan dengan beliau. kenapa “MBAREP TUNGGAL” begitu di besar-besar kan oleh keluarga saya, begini Cerita Horor Mbarep Tunggal. Pada saat itu, keluarga besar saya merupakan 1 dari 6 orang pertama yang tinggal di desa ini, tidak mudah pada saat itu untuk tinggal disini, karena tanah disini sangat sengak, dan bila di lihat oleh orang biasa, tanah di daerah sini akan membuat begidik ngeri.
Sebaliknya, mereka yang bisa melihat tanah ini, akan tau, bahwa tanah disini masih mengandung nilai mistis yang sangat luar biasa hebat, sebegitu hebatnya hingga butuh persiapan yang sangat matang untuk membuka sepetak lahan, karena itu, desa ini dulu, di panggil dengan DESA BANGSA LELEMBUT.
Kakek saya lah yang pertama membangun lahan disini, karena hal itulah, beliau sangat di segani bahkan menjadi salah satu tetua yang selalu di mintai tolong bila terjadi masalah yang berhubungan dengan mistis. namun, kita tidak akan menceritakan desa ini, karena yang akan kita ceritakan adalah fenomena MBAREP TUNGGAL yang ada di dalam keluarga besar saya.
Saat itu, keluarga saya masih menganut Aminisme meskipun kami semua beragama muslim, namun muslim di jaman tersebut sangat berbeda dengan muslim yang ada di jaman sekarang, bukan kami tidak melaksanakan sholat, kami masih melaksanakan ibadah sholat namun kami tidak menahui apa itu ajaran islam yang sebenarnya, karena itulah, ajaran kejawen dan aminisme yang sangat kuat, membuat kami mengaggungkan peninggalan leluhur kami, salah satunya, sesajen setiap malam khusus yang akan di beritahukan oleh mereka yang mendapat kehormatan sebagai Mbarep Tunggal di keluarga kami. agar kalian tidak bingung, akan saya jelaskan sekali lagi, bahwa Mbarep Tunggal memiliki makna yang berbeda di dalam keluarga besar saya.
Mbarep Tunggal bukan tentang anak pertama dan satu-satunya, melainkan, seorang anak yang di percaya dapat berkomunikasi dengan nenek moyang kami, agar kelak, keluarga besar kami di jauhkan dari yg namanya Balak besar, karena jaman tersebut, ilmu hitam hampir di miliki oleh setiap keluarga besar, sekaligus untuk menghindari keluarga besar lain yang mungkin menyimpan dendam dengan keluarga besar kami.
PASARAN |
KLIK |
|
PASARAN SYDNEY |
46 48 45 42 86 85 82 26 28 25 |
|
PASARAN COLOMBO |
30 37 34 32 70 74 40 47 42 72 |
|
PASARAN SCOTLAND |
74 78 72 75 84 82 85 54 58 52 |
|
PASARAN SINGAPORE |
10 13 15 19 50 53 59 90 93 95 |
|
PASARAN JAMAICA |
60 67 62 63 70 72 73 20 27 23 |
|
PASARAN UGANDA |
47 49 46 43 97 96 93 67 69 63 |
|
PASARAN HONGKONG |
40 43 48 49 80 83 89 90 93 98 |
|
PASARAN KENYA |
08 03 01 04 18 13 14 48 43 41 |
|
PASARAN SLOVAKIA |
83 80 85 82 03 05 02 53 50 52 |
Masalahnya, Mbarep Tunggal, di percaya hanya turun pada anak pertama, dan seorang Mbarep Tunggal hanya bisa di kenali, dengan Mbarep Tunggal yang lain, disinilah titik masalahnya terjadi, karena, Mbarep Tunggal hanya ada dalam satu generasi, karena merujuk pada satu kalimat Tunggal yang memiliki arti “satu”.
Disinilah masalah itu muncul ketika saya lahir sebagai Mbarep Tunggal, di keluarga besar saya ini, karena konon, ketika pak de (om) saya melihat dan mengatakan bahwa saya juga adalah Mbarep Tunggal, beliau sangat kaget, lebih ke arah bingung, 12 tahun sebelum saya lahir, Mbarep Tunggal sendiri sudah di sandang oleh anak lain, dan bagaimana mungkin dalam satu generasi di waktu jawa, ada 2 orang penyandang Mbarep Tunggal didalam keluarga ini.
Hal ini segera menjadi masalah yang sangat serius bagi keluarga besar saya, karena bila tidak segera di ambil keputusan, hal ini hanya akan menimbulkan sengketa permusuhan sesama keluarga dan katakutan tersebut, rupanya menjadi kenyataan. namun, kisah ini akan saya ceritakan detailnya, dari sudut pandang informasi yang saya dapat dari sepupu terdekat saya, mas Akhiyat.Beliau menjadi saksi hidup di dalam peristiwa yang tidak dapat saya ingat lagi, karena konon, saya memang sengaja di sapai (hilangkan).
Awalnya tidak ada yang mengetahui bila saya adalah Mbarep Tunggal, karena saya lahir di rumah sakit, jaman itu, kebanyakan anak-anak di desa saya hanya mengandalkan dukun beranak, dan ada satu dukun yang sudah di percaya oleh keluarga besar saya, beliaulah yang memiliki pengetahuan tentang weton-serta keistimewaan seorang anak yang baru saja lahir, beliau juga lah yang dulu 12 tahun sebelum saya lahir telah menetapkan anak yang akan melanjutkan tradisi keluarga sudah lahir. hal ini, menjadi suka cita di keluarga saya, dia adalah “mas Didik”.
Sebelum mas Didik, Mbarep Tunggal di sandang oleh pak de No yang merupakan generasi dari ayah saya. pak de No adalah kakak kandung dari ayah saya, dan sejak kecil beliau memang paling berbeda, bisa di katakan, dewasa sebelum waktunya. Seperti pak de No, mas Didik juga memiliki perbedaan yang sangat mencolok bahkan lebih condong ke megerikan, bahkan beberapa warga desa saya menganggap mas Didik itu adalah anak yang aneh atau bisa di katakan memiliki penyakit autisme, gemar bermain sendiri dan tidak suka berkumpul dengan anak yabg seusianya.
Namun yang membuat semua orang takut adalah ketika mas Didik meramalkan bahwa akan ada sebuah keluarga yang meninggal dengan cara ganjil. Disini, kemampuan mas Didik sudah di akui oleh keluarga besar saya, padahal saat itu, usianya gak lebih dari 7 tahun. selama 3 hari berturut-turut, mas Didik duduk dan memandang sebuah rumah, setiap di tegur si pemilik rumah. mas Didik akan mengatakan “onok geni mumbul” (ada api yang melayang-layang) namun si pemilik rumah tidak mengerti apa maksud ucapan anak kecil tersebut.
Hal ini menjadi perbincangan banyak orang, sampai de No datang dan melihat, rupanya, ada banaspati di atas rumah tersebut. Banaspati adalah bola api yg konon di miliki oleh mereka yang memiliki ilmu tinggi, masalahnya, banaspati sering di kaitkan dengan sebuah bencana, yang berujung kematian. Cerita Horor Mbarep Tunggal
Sumber: Makna ‘Mbarep Tunggal