Mbah akan menceritakan tentang pengalaman mbah yang paling menyeramkan ini terjadi disaat mbah dulu sekolah dan masih remaja mbah terbilang murid yang cukup bandal di sekolah Hanya karena saat pelajaran pertama mbah mendapat masalah, mbah harus berdiri di depan kelas sampai jam pulang sekolah nanti. Dan setelah hukuman ini selesai, masih ada satu hukuman lagi yang mengunggu mbah. Dan hukuman itu adalah, membersihkan halaman sekolah. Benar-benar menyebalkan. Padahal masalah yang tadi kan bukan kesalahan mbah. Buku Diary Terkutuk.
Saat sekolah sudah terlihat sepi, mbah dan teman mbah masih menyapu di halaman sekolah. Padahal jam di tangan mbah sudah menunjukkan pukul setengah dua. Tapi sampah di halaman belum habis juga. Huh! Benar-benar menyusahkan.
“Hore! Akhirnya kerjaan kita selesai juga.” Kata mbah dengan sangat senang setelah melihat halaman yang sejak tadi kami bersihkan telah bersih.
“Oh, iya gad. teman mbah berbicara harus pulang dulu. Soalnya setengah jam lagi aku ada les bahasa inggris. Kamu gak papa kan kalau harus buang sampah sendiri?” tanya teman mbah.
“Hm… gimana ya?” aku berpikir sejenak. “Ya udah deh. Nggak papa.” Kata mbah sambil tersenyum tipis.
“Ok. Kalau gitu aku duluan ya!” teman mbah beranjak pergi setelah mengambil tasnya di kelas.
Sebenarnya sih membawa tempat sampah ini sendirian pasti akan terasa berat. Tapi karena teman mbah itu sering membantu mbah, jadi mbah akan menganggap ini sebagai balas budi.
Mbah menjinjing tempat sampat itu menuju container. Karena containernya sedikit tinggi, mbah jadi harus mengangkat tempat sampah itu agar bisa mengeluarkan isinya. Benar-benar berat. Lengan mbah jadi terasa sakit. Setelah tempat sampah itu kosong, mbah segera melangkahkan kakiku untuk menuju kelas. Namun setelah beberapa kali, mbah menghentikan langkah mbah. Kini pandangan mbah tertuju pada sebuah buku berwarna biru yang ada di dekat container. Mbah meletakkan tempat sampah yang sedang mbah bawa lalu memungut buku itu.
“Ini diary?” tanya mbah sambil membuka satu-persatu lembaran buku itu. Sepertinya buku ini sudah dibuang. Kulihat tulisan berwarna merah yang tertulis dalam buku itu. Susah payah mbah membaca tulisan itu tapi tetap tak bisa. Tita yang digunakan sangat tipis juga telah luntur seperti terkena air.
“Ya ampun. Udah jam segini!” seruku setelah melirik jam tangan mbah yang telah menunjukkan pukul 02.05. Mbah meletakkan buku itu ke tempatnya semula lalu menjinjing tempat sampah dan berlari menuju kelas.
Setelah mengunci kelas, mbah bergegas pergi meninggalkan sekolah. Tapi saat sampai di gerbang, langkah mbah terhenti. Mbah teringat dengan buku diary yang kutemukan tadi. Tiba-tiba perasaan aneh menghampiri mbah. Rasanya ingin sekali mbah mengambil dan membawanya pulang. Tapi yang mbah tau itu hanyalah diary yang telah lusuh dan terbuang.
Tanpa berpikir panjang mbah segera berlari menuju container. Meski rasa lelah sudah kurasakan sejak tadi, mbah tetap memaksakan diri untuk berlari lebih cepat. Namun saat sampai, mbah sudah tak menemukan diary itu lagi.
“Aneh. Padahal tadi mbah sudah meletakkannya disini? Apa mungkin ada orang lain yang telah memungutnya?” mbah bertanya-tanya. Mbah berusaha mencari diary itu disekitar tempat mbah meletakkannya tadi.
Akhirnya mbah menemukannya. Kulihat diary itu berada di dalam tempat sampah yang ditinggalkan kelas lain. Mungkin ada orang lain yang menemukannya setelah mbah pergi lalu membuangnya karena menganggapnya sampah. Jika itu benar, beruntung orang itu tidak mengambilnya.
Ke esokan harinya kelas ramai sekali. Benar-benar mirip pasar. Kulihat teman-teman mbah terus mondar-mandir untuk menghampiri temannya yang ada di bangku lain. Sementara mbah masih berdebar-debar sambil melihat kearah pintu karena takut kalau Pak Ahmad tiba- tiba datang dan langsung memeriksa pr-nya. Duh… nggak bisa kubayangkan human apalagi yang akan menimpaku hari ini.
“Woi! Kok bengong?” Teman mbah berteriak tepat ditelingaku hingga membuatku kaget.
Mbah menatapnya kesal. ”Ih, ganggu orang aja!” gerutuku kesal. Suda pagi-pagi stress, dikagetin lagi. Gimana gak tambah stress?
“Iya deh, aku minta maaf.” Katanya setelah duduk disebelah mbah.
“Oh, ya. Pak Ahmad mana? Kok dari tadi gak kelihatan?” tanyaku penasaran.
“Kamu gak tau?” Teman mbah menatapku serius.
“Apa?”
“Hari ini tuh Pak Ahmad nggak bisa ngajar. Katanya sih lagi sakit.”
Mbah tertegun mendengar jawaban Rani. “Sakit?” batinku. Perasaan kemarin Pak Ahmad masih bisa mengajar di kelas sebelah. Kok sekarang tiba-tiba sakit ya? Tapi sudahlah. Bukankah itu artinya ini adalah hari keberuntungan mbah? Dengan begini mbah tidak akan kena hukuman. Setidaknya mbah masih punya waktu seminggu lagi untuk menemukan buku itu.
“Bosen nih. Main yuk!” ajak Rani.
“Main apa?”
“Pancasila ada lima dasar tapi pakai lempiran.”
“Ok. Setuju.” Mbah membuka tasku untuk mengambil buku tulis untuk mendapat selembar kertas. Tapi bukannya mendapat selembar kertas, mbah malah mendapatkan benda yang kucari selama ini.
“Ini kan?” tanyaku sembari menatap buku Bahasa Indonesiaku yang kini ada didalam tasku. Tapi kenapa bisa ada disini? Bukankah mbah belum bisa menemukan buku ini? Ah, pasti ini hanya kebetulan saja.
Setiap hari mbah terus menulis semua masalah yang mbah alami dalam buku ini. Entah itu menyenangkan atau menyedihkan mbah tetap tak memperdulikannya. Tapi setelah mengisi lembaran-lembaran diary ini, mbah menyadari satu hal, yaitu setelah mbah menulis permintaan dalam buku diary ini, maka beberapa saat kemudian permintaan mbah pasti terkabul. Sejak menyadari hal itu mbah terus menulis semua permintaan mbah dalam buku diary itu. Karena aku yakin kalau permintaanku pasti akan terkabul.
Saat aku bertemu dengannya, dadaku selalu terasa berdebar-debar. Saat melihat senyumnya, hatiku terasa berbunga-bunga. Dan saat mendengar suaranya, hatiku merasakan kedamaian. Dia adalah orang yang membuat hariku menjadi indah karena dia telah membuatku merasakan cinta. Buku Diary Terkutuk.
Ditempat ini mbah selalu bisa melepas semua rasa lelahku. Saat melihat langit dari jendela kamar, rasanya semua rasa lelah itu hilang begitu saja. Apalagi setelah mbah memiliki buku diary itu. Senang sekali rasanya kalau semua permintaan mbah bisa terkabul setiap hari. Hanya saja lembaran buku diary ini tidak akan bisa mengabulkan semua permintaan mbah yang memiliki banyak harapan ini. Tapi mbah tak peduli. Meski lembaran buku ini hanya tinggal 3 lembar, tapi mbah akan tetap menuliskan permintaan mbah yang satu ini.
“Dear diary. Sejak dulu mbah menyukainya. Saat dia ada didekatku, rasanya ingin sekali mbah mengatakan kalau aku menyukainya. Tapi kenapa ya selalu tak bisa? Setiap kali aku ingin mengatakannya, rasanya lidah dan bibirku jadi kaku hingga tak bisa mengeluarkan sepatah kata pun.
Dear diary. mbah harap dia juga punya perasaan yang sama denganku. Jika itu benar, mbah ingin sekali dia mengungkapkan perasaannya padaku. Dan saat dia mengatakannya, mbah harap aku juga bisa mengatakan kalau aku juga menyukainya.”
Semoga harapanku yang satu ini bisa terkabul seperti harapanku sebelumnya. Tapi kenapa mbah merasa tidak yakin. Padahal setiap menulis harapan yang lain, mbah selalu yakin kalau harapanku itu akan terkabul. Kenapa sekarang tidak? Apa karena aku terlalu gugup?
Keesokan harinya harapanku terkabul lagi. Saat pulang sekolah, tiba-tiba wanita yang mbah sukai menghentikanku sebelum mbah keluar dari kelas. Awalnya dia menatapku penuh keraguan. Lalu tiba-tiba ia mengatakan kalau dia menyukaiku. Mbah sungguh merasa senang. Tanpa ragu mbah menjawab kalau aku juga menyukainya. Tapi tak seperti biasanya. Hari ini aku bisa mengatakan hal itu dengan sangat mudah. Kini mbah merasa ini adalah hari terindah dalam hidupku. Ini semua berkat buku diary itu. Mbah jadi merasa menjadi orang paling beruntung karena pernah memiliki buku diary itu.
Dengan langkah yang terasa ringan aku melangkahkan kaki menuju rumah. Itu semua terjadi setelah wanita yang mbah sayangi menyatakan perasaannya padaku.
Kubuka pintu rumah. Tak seperti biasanya. Hari ini rumah kelihatan sepi sekali. Padahal biasanya ada ibu yang selalu bersantai sambil menonton tv diruang tamu. Tapi kenapa hari ini sepi sekali ya?
Mbah terus menunggu di rumah. Kulihat jam dinding sudah menunjukkan pukul 08.30 tapi tak ada seorang pun yang datang. Bahkan ayah yang harusnya sudah pulang bekerja juga belum datang. Sebenarnya mereka kemana sih? Membuatku khawatir saja.
Tiba-tiba aku mendengar suara motor dari luar disusul dengan suara pintu gerbang yang terbuka. Karena penasaran, aku segera berlari keluar untuk melihat siapa yang datang.
Kulihat ibu berlari dengan sangat terburu-buru. Sementara diluar ada seorang wanita yang tak kukenal sedang menunggu ibu dengan motornya.
“Ibu dari mana? Kok wajah ibu pucat?” tanyaku cemas.
Ibu menghentikan langkahnya. Wajahnya terlihat basah karena air matanya yang mengalir dengan deras. “Ayahmu!” kata ibu dengan suara sesak. Sepertinya ia sudah menangis terlalu lama.
“Ada apa dengan ayah?” tanyaku semakin panik.
“Ayahmu kecelakaan. Sekarang keadaannya sedang kritis.” Ibu menangis semakin keras lalu memelukku dengan sangat erat. “Ibu akan kembali ke rumah sakit.” Kata ibu setelah melepaskan pelukannya. Ia mengambil sebuah foto keluarga yang ada di ruang tamu. Setelah itu, ia berlari keluar menyusul temannya.
“Aku ikut!” teriakku berusaha menghentikan ibu. Ia tak mendengarku. Motor yang ditumpanginya telah melaju dengan sangat cepat.
“Kenapa ini bisa terjadi?” kataku sambil terus menangis. aku ingin sekali nyawa ayah terselamatkan. Tapi bagaimana caranya?
“Aku ingat! Diary itu pasti bisa membantuku!” seruku. Tanpa memmbuang waktu aku segera berlari ke kamar dan mengambil diary itu. Setelah itu, aku segera menuliskan permintaan kalau aku ingin ayahku selamat.
Tiba-tiba lembaran diary itu berubah warna menjadi merah. Saat diary itu masih ada di genggamanku, tiba-tiba cairan berwarna merah membasahi tanganku. Warnanya mirip sekali dengan darah. Aku sangat takut. Tanpa berpikir panjang aku melemparkan diary itu ke lantai.
Gumpalan asap muncul di kamarku. Lama-lama bentuknya menyerupai wujud manusia. Tak sampai 1 menit gumpalan itu berubah. Dan yang membuatku terkejut adalah, gumpalan itu kini berubah menjadi sosok seorang pria yang tak kukenal.
“S-siapa kau?” tanyaku gemetar.
“Aku? Namaku Virgo. Aku adalah pemilik diary ini sebelum kau.” Jawabnya sambil mendekat kearahku.
“K-kenapa kau b-bisa ada d-disini?”
“Aku akan menjelaskan tentang buku diary ini padamu.” Katanya yang membuatku tak mengerti. “Dulu aku juga sama sepertimu. Karena diary ini bisa mengabulkan semua permintaanku, aku terus menggunakannya sampai lembar terakhir. Saat aku menulis di lembar terakhir itulah aku mengerti kalau diary ini bukanlah diary yang hanya bisa mengabulkan permintaan pemiliknya, tapi diary ini juga memiliki kutukan.” Jelasnya panjang lebar.
“K-kutukan?” aku masih belum mengerti.
“Iya, kutukan bagi siapa saja pemilik diary ini, maka orang itu akan menghilang dari dunia ini setelah mengisi lembar terakhir. Tapi orang itu tidak mati, melainkan terkurung dalam diary ini. Didalam diary itu ada banyak sekali siksaan. Disana kau akan merasa sangat kesakitan karena kau masih menjadi seorang manusia. Lalu jika kau ingin keluar dari dalam diary itu, maka kau harus mencari orang untuk menggantikanmu. Dengan kata lain orang itu akan dijadikan korban selanjutnya. Hanya saja saat kau telah berhasil keluar, wujudmu bukanlah sebagai manusia, melainkan sebagai roh. Itu artinya kau sudah mati. Dan sekarang giliranmu mbah. Sama seperti lembar yang tersisa dalam diary itu. Sisa hidupmu hanya tinggal 2 tahun lagi. Karena setiap kau mengisi satu lembaran diary ini, maka itu artinya kau mengurangi satu tahun sisa hidupmu sendiri.” Sambungnya.
“Tapi aku belum mengisi lembar terakhir.”
“Itu dia masalahnya.” Kata Virgo sambil mengambil buku diary itu. “Didalam diary ini kau baru saja membuat kesalahan.”
PASARAN |
KLIK |
|
PASARAN SYDNEY |
80 81 87 86 70 71 76 60 61 67 |
|
PASARAN COLOMBO |
14 10 16 18 04 06 08 64 60 68 |
|
PASARAN SCOTLAND |
03 08 02 01 23 28 21 13 18 12 |
|
PASARAN SINGAPORE |
02 04 05 08 42 45 48 82 84 85 |
|
PASARAN JAMAICA |
73 71 74 78 13 14 18 83 84 81 |
|
PASARAN UGANDA |
43 41 47 49 13 17 19 93 91 97 |
|
PASARAN HONGKONG |
87 85 84 83 57 54 53 37 35 34 |
|
PASARAN KENYA |
31 32 35 38 51 52 58 81 82 85 |
|
PASARAN SLOVAKIA |
70 74 73 79 30 34 39 90 93 94 |
“Kesalahan.”
“Yap. Kesalahan itu sangat fatal. Karena kesalahan itu sama saja artinya dengan mengisi lembar terakhir diary ini.”
“Memang apa salahku?”
“Kau telah membuat permintaan yang tak bisa dikabulkan oleh diary ini. Yaitu, meminta buku diary ini untuk menyelamatkan nyawa seseorang. Itu artinya kau juga telah bersedia menukarkan nyawamu dengan nyawa orang yang ingin kau selamatkan. Tapi kau masih bisa membatalkan permintaan itu dengan membakar lembaran ini. Tapi sisa hidupmu akan berkurang setengah tahun.”
“Kalau begitu berikan saja nyawaku pada ayahku!” kataku sambil menangis.
“A-apa?” Virgo kelihatan kaget setelah mendengar pernyataanku. “Tapi dalam diary ini masih ada 1lembar lagi. Kau masih bisa membuat permintaan yang lebih baik daripada kau harus memberi nyawamu untuk orang lain.” Virgo berusaha mengubah pikiranku.
“Lalu apa untungnya bagiku? Bukankah sama saja? Jika aku terus menulis di buku diary ini maka itu artinya aku mengurangi sisa hidupku. Lalu apa bedanya kalau aku memberi nyawaku pada ayahku yang selama ini selalu menjagaku?” kataku dengan sangat yakin.
“Apa kau yakin?” Virgo berusaha memastikan.
“Ya. Aku yakin dan benar-benar yakin.” Jawabku mantap.
“Baiklah. Kalau begitu sekarang peganglah tanganku.” Virgo mengulurkan tangannya. Mbah menggengga tangannya yang dingin. “Sekarang aku akan memasukkanmu dalam diary ini. Aku jamin ayahmu akan selamat.” Sambungnya.
Cahaya putih menyinari sekelilingku. Tiba-tiba tubuhku terasa lebih ringan dari sebelumnya. Kulihat tubuhku berubah menjadi titik-titik cahaya yang bergerak masuk ke dalam diary itu. Semakin Mbah masuk ke dalamnya, lembaran buku diary itu berubah menjadi putih sama saat pertama kali aku menemukannya. Sementara semua hal yang kutulis selama ini hilang begitu saja. Hal itu terus terjadi sampai jiwaku benar-benar menghilang dari dunia ini.
Mbah pun masuk dengan raga ayng terpisah ke dalam diari itu namun jimat yang mbah punya dari nenek buyut mbah menyelamatkan mbah dari kutukan diary itu, hinggah diary itu pun terbakar dan lenyap selama lamanya virgo pun menghilang dari hadapan mbah dan sangat banyak teriakan dari semua korban buku diary tersebut mereka seperti berterimakasih karena mbah telah membebaskannya. Buku Diary Terkutuk.