Otak Bercecer DiRel – Hari Jumat, 25 April 2008, di perlintasan rel Desa Telaga Murni blok E23 telah di temukan sesosok mayat berjenis kelamin perempuan hancur terlindas kereta api yang melintas dari arah barat. Di duga mayat tersebut berjenis perempuan ini bunuh diri sesudah bertemu dengan temannya yang dia temui di pertigaan jalan pemisah blok E23 dan E22. Banyak berita-berita yang telah menyebar dengan simpang siur tak jelas terkait dengan motif bunuh diri sang korban.
Ada juga sebagian warga yang berkata, “bunuh diri karna sedang hamil di luar nikahâ€
Ada yang berkata, “bunuh diri karena hamil namun nggak ada isinyaâ€.
Ada juga yang berkata, “bunuh diri karna di suruh temannyaâ€.
Wah sepertinya ini berita yang semakin kacau. Peristiwa ini terjadi kala aku menginjak bangku SLTP, mungkin lebih tepatnya menduduki bangku. Biasanya selepas sepulang dari sekolah, aku sering duduk santai di tepi kolam ikan yang terletak di samping rel kereta api. Rumahku dekat sekali dengan perlintasan rel kereta api, cuma di batasi oleh jalan perumahan dan kolam ikan milik salah satu tetanggaku sehingga aku senang bila saja mengisi waktu luangku untuk melihat ikan-ikan dan kereta yang melintas. Kurang kerjaan sih, namun setiap manusia juga punya caranya masing-masing untuk merehatkan pikiran yang kacau.
Hari itu pun, awan mendung. Aku tak tertarik untuk duduk di tepi kolam depan rumahku. Aku di dalam rumah melihat ibuku yang sedang membuat kue. Waktu tersebut , ibuku yakni seorang pengusaha kue. Dia memiliki banyak karyawan untuk menjual kue buatannya. Aku belum paham sebab saat itu aku belum berpikir tentang pekerjaan. Lama kelamaan aku memahami bahwa menjadi pengusaha itu amat menyenangkan.
Waktu telah menunjukkan jam 13:30 WIB, aku masih memperhatikan gerakan lincah tangan ibuku memotong, menggiling, serta mengukus kue-kue itu. Tak lama kemudian ada terdengar suara aneh dari luar. Suaranya cukup keras dan memekakan telinga. Membuat siapa saja yang mendengarnya menjadi ngilu.
“*Pletak! Aaaâ€.
“Mama Fatir. Mama Fatir. Mama Fatirâ€.
Aku dengar teriakan Mamanya Indra, salah seorang tetanggaku yang berlari seperti orang kesetanan ke rumah Mama Fatir, tetangga sebelah kiri rumahku. Aku dan ibuku tidak menghiraukan teriakannya karena hampir setiap hari dia seperti itu. Sekitar pukul 13:40 WIB, bau anyir darah tersebar hingga masuk ke dalam rumah membuat siapa saja yang mencium baunya heran dan bergegas keluar rumah. mamahku keluar rumah, aku pun langsung mengikuti di belakangnya.
“Put, nyium bau amis enggak?†kata mamahku berkata kepada mamanya Puput, tetangga yang berada samping kananku.
“Iya, amis banget ya, Bu? Ada yang tabrakan kereta kayaknyaâ€.
“Mau ngelihat ke sana?â€.
“Ayo kita lihat. Temanin ya, Bu?â€.
“Ayo, Buâ€.
Akhirnya aku, mamaku dan mamanya Puput langs8ung menuju ke perlintasan rel kereta api. Aku yang mengikuti di paling belakang cuma mendengar mama Puput bicara, “iya, Bu ada orang kelindas. Ibu-ibu kayaknyaâ€. Aku langsung merinding mendengarnya. Entah apa yang di rasakan mamaku dan juga mama Puput, mereka malah nekat mendekati mayat yang hancur tersebut.
PASARAN |
KLIK |
|
PASARAN SYDNEY |
23 24 25 29 43 45 49 63 64 65 |
|
PASARAN COLOMBO |
19 12 13 29 23 25 28 89 82 83 |
|
PASARAN SCOTLAND |
25 24 28 65 64 68 95 94 98 90 |
|
PASARAN SINGAPORE |
Selasa / Jumat Libur |
|
PASARAN JAMAICA |
16 14 19 26 24 29 56 54 59 50 |
|
PASARAN UGANDA |
31 34 39 81 83 84 89 61 63 64 |
|
PASARAN HONGKONG |
47 41 42 57 51 52 54 97 91 92 |
Tak lama kemudian, bapaknya Laila dan juga Pak RT 08 juga menghampiri sang mayat. Mereka bercakap-cakap mengenai mayat tersebut. Aku tak mendengarkannya sebab sibuk foto. Maklum, waktu itu aku masih labil. 15 menit kemudian, para warga berkumpul di lokasi kejadian, di susul polisi yang datang agak telat.
Mayat tersebut langsung di pindahkan keluar jalur perlintasan kereta supaya tidak menghalangi beroperasinya jadwal keberangkatan kereta. Aku duduk di tepi kolam ikan, kulihat ada seorang bapak membawa kresek hitam kemudian memunguti sesuatu. Aku melihat ada sebuah kerudung berlumuran darah di dekat bapak pemungut itu. Sepertinya itu yakni adalah kerudung si mayat.
“Pak lagi ngapain†seorang ibu bertanya kepada bapak pemungut itu.
“Lagi mungut otak, Bu. Kasihan jika nggak di kumpulinâ€. Otak Bercecer DiRel
“Oh, iya. Di pungut saja, Pakâ€.
Aku baru tahu bahwa yang di pungut tersebut adalah bagian otak yang hancur berceceran. Aku jadi ngeri melihatnya. Otaknya saja berceceran, mungkin bagian kepalanya pecah. Ah, aku jadi semakin ngeri. Malam harinya, aku di rumah sendiri seperti biasanya. Orang tuaku bekerja di konter ponsel dan sering pulang sekitar jam 22:30 WIB. Aku benar-benar tidak berani keluar rumah, begitu pun tetanggaku yang lain.
Kompleks yang biasanya ramai menjadi sepi sunyi. Sepertinya kejadian tadi siang amat berpengaruh terhadap psikologi seseorang. Aku sedang tiduran di kasur, kudengar ada yang mengetuk pagar rumah. “*Tok! Tok! Tok!†suara ketukan tersebut terdengar setiap kereta telah lewat. Jam dinding menunjukkan pukul 22:10 WIB. Aku tak merasakan hal yang aneh, sebab setiap malam orang tuaku pulang dari konter jam segitu. Aku segera membukakan pintu. Kulihat ada seorang ibu muda sedang tersenyum kepadaku, aku tak mengenalnya. Dia berkata kepadaku.
“Neng, bantuin ibu cari otaknya *dongâ€.
Aku pun mencoba berbaik sangka, mungkin ibu ini salah ngomong. Aku mencoba mengoreksi pembicaraannya yang mungkin sedikit melantur.
“Cari anaknya ibu?â€.
“bukan anak neng tapi Otak, neng“.
Aku tercekat, badanku langsung panas dingin dan tak bisa di gerakan. Ibu muda tersebut berubah menjadi sosok menyeramkan, aku memejamkan mataku sebab sudah tak sanggup melihatnya. Aku terus berdoa dalam hati berharap makhluk itu pergi dari hadapanku. Namun, aku merasakan hawa dingin yang sedang menusuk. aku masih belum berani membuka mata. Suara klakson keras kereta api berbunyi, hawa malam ini berubah normal kembali. sesudah itu, kudengar suara motor lewat. Ibu dan ayahku sudah pulang kerja.
kala mereka sudah agak santai, aku menceritakan kejadian yang baru saja kualami beberapa jam yang lalu. Orang tuaku sempat sedikit tak percaya, malah mengira aku salah dengar. Akhirnya sejak kejadian itu, aku selalu saja ikut orang tuaku ke konter. Sekian kisah dariku. Otak Bercecer DiRel Kreta Api