Wewe gombel atau biasa yang disebut kalong wewe, perempuan yang seram, bertubuh tinggi, dan payudara yang menjuntai kebawah, bahkan hingga ke tanah, kisah nyata ini berawal dari aku ketika masih kecil, cerita ini sudah sangat lama sekali, dan kejadiannya di salah satu villa di puncak saat aku Melihat Hantu Wewe Gombel.
Karena tuntutan dari pekerjaan orang tua yang selalu berpindah pindah tugas, kami sekeluarga di haruskan berpindah pindah kota pula dan sewaktu aku kecil, aku pernah tinggal di Jakarta, di Jakarta Pusat jalan Menteng.
Aku memang bisa melihat mereka dari kecil, dan aku menganggap mereka itu ya hanya manusia biasa.
Karena tuntutan pekerjaan orang tua yang berpindah-pindah, maka saat di Jakarta di adakan sebuah acara perpisahan pekerjaan, yang dimana keluarga kami kebagian akan pindah ke kota Medan dan para atasan pun memutuskan untuk mengadakan acara tersebut di villa puncak Bogor karena masih kecil, tentu saja aku senang dan berpikiran ini liburan yang menyenangkan, dan apalagi ada teman aku yang seumuran aku yang ikut kesana Sebut saja Amel, Amel merupakan anak dari teman ayah aku waktu saat itu dan keluarga dia kebagian di kota Medan, ya sama seperti keluargaku.
Dari Jakarta Pusat kami berangkat ke puncak memakai mobil, dan keluargaku beserta keluarga Amel 1 mobil yang sama.
Pada saat di jalan, aku selalu saja melihat wanita yang selalu saja mengikuti mobil kami, dia terbang di samping jendela mobil kami, aku yang saat itu masih kecil hanya bisa berbicara kepada ayahku dan aku tidak tahu kalau aku sedang Melihat Hantu Wewe Gombel.
“Pah, kok mbak ini gak ikut ke mobil ya pah? Kan kasihan mbak nya harus lari-lari gitu pah,” kataku.
Kami semua mulai hening, lalu ibuku berkata “nak, sini pindah sama mamah kedepan†dan aku pun pindah kedepan bersama ibuku Ddn mulai saat itu kami semua tidak berbicara, hingga aku tertidur.
Setelah sampai di villa, aku kembali melihat wanita itu selalu terbang terbang dari satu pohon ke pohon lain dan saat malam tiba, kami semua makan malam di ruang tamu dan si wanita itu hanya melihat dari atas pohon di luar sambil tersenyum, dan aku pun bersama Amel melambaikan tangan ke dia, dan senyum-senyum.
Karena orang tua kami mulai curiga dan mulai takut, maka kami tidak boleh keluar selama di villa, dan kemana-mana harus bilang dulu ke orang tua kami.
Saat tengah malam, aku mendengar suara wanita itu bernyanyi, tapi tidak jelas dia bernyanyi apa, dan bahasa apa di pakai dia, semua tidak jelas, yang jelas dia bernyanyi dan bernada.
Aku pun membangunkan orang tuaku karena merasa terganggu dengan suara wanita itu.
“Mah. Mah. Bangun, adik dengar suara mbak yang tadi lagi nyanyi, mamah gak dengar ya?â€.
PASARAN |
KLIK |
|
PASARAN SYDNEY |
67 64 97 94 91 92 27 24 21 61 |
|
PASARAN COLOMBO |
23 27 26 43 47 46 73 76 75 25 |
|
PASARAN SCOTLAND |
13 17 19 53 57 59 83 87 89 82 |
|
PASARAN SINGAPORE |
23 24 27 72 74 78 82 84 87 38 |
|
PASARAN JAMAICA |
32 36 31 42 43 46 41 82 83 86 |
|
PASARAN UGANDA |
17 15 18 27 28 29 97 95 98 19 |
|
PASARAN HONGKONG |
31 34 37 81 84 87 83 81 61 64 |
Ibuku pun langsung memberikan asi kepadaku sampai terlelap tidur.
Keesokan paginya, banyak anggota keluarga lain yang bermain sepak bola di depan villa tersebut, aku dan Amel pun ikut keluar tanpa memikirkan kalau aku dan Amel gak boleh keluar villa.
Kami bermain sampai sore, setelah jam 5 kami pun hendak masuk ke villa, dan ternyata di pojok ada sebuah pohon mangga yang berbuah dan Amel pun bilang.
“Eh kesana yuk, banyak banget buahnya, kayaknya manis, ayo kita kesana, kita ambil.†ujar Amel
“Bentar ya Mel, aku mau cari batu dulu, pohonnya kan tinggi banget,” jawabku.
Lalu aku pun mencari batu yang agak jauh, setelah ketemu batunya aku pun teriak ke Amel.
“Amel ini batunya, ayo kita lemparin,” kataku.
Saat itu Amel hanya diam saja, dan dia berlari ke arah pohon mangga tersebut, dan dia melihat ke atas pohon mangga tersebut, dan terus-terusan melihat pohon itu.
Dia tidak menjawab atau berkata sedikitpun, dia melihat keatas sambil mulutnya terbuka lebar, karena penasaran aku pun datang berlari dan setelah di samping dia, aku bertanya sama dia.
“Mel ngapain? Ini batunya,” ujarku.
Tapi dia diam saja dan terus melihat keatas, akhirnya aku pun melihat keatas juga dan yang aku lihat, wanita berambut gimbal, dengan senyum yang sampai telinga, tangan yang kurus dan berkuku tajam, ada semacam lebam di jidatnya, dan payudaranya yang menjuntai ke bawah, dan kakinya yang biru seperti orang yang di aniaya.
Lantas aku pun sama seperti Amel, hanya melihat dia terus-terusan.
Tapi aku tersadar ketika mendengar suara kodok yang entah dari mana, dan aku langsung berlari masuk ke rumah dan menarik Amel, itulah cerita ku saat Melihat Hantu Wewe Gombel.