Berawal dari perjalanan bersama rombongan Laskar Gerhana di Belitung. “Mas, kami mau beristirahat, dan ngobrol-ngobrol dulu ya, pas di tikungan depan. Nanti saya ceritakan setelah lewat,” kata si driver yang mengantar kami. Dari Celetuk si driver ini sangat membuat kami mengundang rasa penasaran untuk mengetahui ada apa dibalik pernyataannya itu. Apa maksud dari celetukannya? Kenapa kami harus tidak berbicara sesaat? Apakah suara obrolan kami sudah mengganggu konsentrasi mengemudinya di daerah Genting Apit, Belitung.
Kami pun terdiam tanpa suara satu katapun, beberapa menit setelah melewati beberapa belokan yang cukup tajam. Disisi kanan dan kiri kami cuma ada hutan dengan keadaan sedikit gelap daripada jalan sebelumnya yang masih terang disinari matahari. Tak lama kemudian, sang driver yang mengaku asli dari Bekasi ini, berbicara kepada kami.
“wilayah yang baru kalian dan saya lewati tadi, masih dibilang angker. Walau belum pernah mengalami kejadian secara nyata, namun warga sekita sini sangat mengakui tempat tersebut sangat mistis dan pernah mengalami kejadian yang diluar akal sehat manusia,” tuturnya.
“Menurut cerita masyarakat asli dari Belitung, daerah Genting Apit adalah tempat bertarungnya antaranya dukun sakti dengan siluman raja babi. Dimulai sejak dahulu kala dan sampai sekarang masih terjadi pertarungan mereka!” imbuhnya dengan ekspresi muka sangat datar.
“Percaya tak percaya, warga disini juga akan berlaku diam saat melalui daerah tersebut. saya pun bingung entah kenapa, bulu kuduk selalu berdiri setiap kali melewatinya saat menjelang malam tiba. Tapi itu kata warga sekitar sini lho!” tegasnya lagi.
Mengingat berawal kalinya saya di Belitung, jadinya hanya bisa mengucapkan huruf O dengan panjang dengan rawut muka bertanya-tanya. Sambil bertanya dalam diri sendiri, lalu kenapa tadi diceritakan kepada kami jika wilayah situ sangat angker?
Saya hanya bisa tersenyum dan mencoba mengalihkan pembicaraan dengan pertanyaan yang lain. Namun, saya akan mencoba bertanya kepada penduduk asli Belitung mengenai asal muasal cerita mistis rakyat ini.
Besok hari setelah sarapan di penginapan, penasaran akan cerita si driver mengenai Genting Apit masih menggelora. Saya pun mulai mencari informasi dengan bertanya salah satu pekerja hotel, mengenai daerah tersebut.
Karyawan hotel yang mengaku sebagai masyarakat setempat Belitung, menolak memberitahukan keterangan dengan alasan tidak berani. Dengan rawut muka tersenyum kecut, saya pun makin penasaran. Mau tidak mau, terpaksa mencari sumber yang lain untuk mendapatkan cerita yang sebenarnya.
Bertemu dengan salah satu wanita berprofesi sebagai guide, saya memberi pertanyaan yang serupa. Sayangnya, dia juga mendapatkan cerita dalam versi yang lain.
Menurut wantia tersebut, Genting Apit adalah tempat dimana ada paranormal sakti yang bisa menyembuhkan segala penyakit. Setiap pasien yang berobat ke sana, segala bentuk energi negatif dan kesialan selalu dibuang ke dalam hutan tersebut.
Dari kumpulan energi negatif itulah, merangsang bangsa jin jahat untuk tinggal disana. Dimana tingkah laku mereka suka menggoda manusia yang melewati tikungan Genting Apit.
Jadinya, banyak sekali orang yang diusilinya dengan penampakan-penampakan yang tak biasa dalam pandangan manusia. Tapi, ini hanya berdasarkan katanya orang-orang jaman dahulu, tegas wanita berjilbab yang berprofesi sebagai guide ini.
“Jika anda ingin mendapatkan cerita lain atau yang aslinya, saya bisa merekomendasikan sesepuh penduduk Belitung yang lama tinggal disana,” kata doi dengan semangat.
Saya dengan semangat mengiyakan dan cuma bisa bilang, kapan-kapan saya hubungi jika ada keperluannya. Lagi-lagi saya mendapatkan cerita yang hanya berdasarkan kata orang dan belum mendapatkan berita yang aslinya.
Dan hari berikutnya, saya coba membaur dengan warga lain saat minum kopi. Tanpa berfikir lagi, saya mengajukan pertanyaan yang sama kepada mereka yang berjumlah sekitar 7 orang.
Kening warga yang saya tanya langsung berkerut, seolah-olah juga bertanya kepada saya, kenapa cerita itu dibahas? Sambil minum kopi, saya mencoba tenang dan menunggu mereka memberikan jawaban. Alhamdulillah, salah satu dari mereka memberikan keterangan setelah yang lain terlihat menyetujui.
Menyebutkan namanya dengan panggilan Kholil, bukan asli penduduk Belitung tapi sudah tinggal sejak lahir tahun 1960-an. Menyodorkan tangan untuk mengajak bersalaman, memulai ceritanya.
Menurut si bapak yang cukup berumur ini, Genting Apit adalah tempat dukun yang paling sakti di tanah Belitung. Tidak ada yang mengetahui nama aslinya, tapi kesaktiannya sudah dikenal oleh semua masyarakat.
Dukun yang ingin menjajal kesaktiannya, mencoba mengganti kepalanya dengan kepala binatang. Saat melakukan hal tersebut, awalnya normal dan kepalanya bisa diganti dengan berbagai macam hewan dan bisa kembali dengan kepalanya sendiri.
Namun sayangnya pada saat ia ingin mengganti kepala hewan anjing, kekuatannya pudar. Kepalanya yang asli, tidak bisa dipasang kembali ke badannya.
Saat itu juga, si dukun sakti itu sangat marah dan sayangnya hanya bisa menggonggong alias tidak bisa bicara. Dia bersumpah, akan menggigit siapa saja yang mengganggu dan melewati daerahnya.
Dengan miris, saya menanyakan keaslian cerita tersebut. Apakah bisa dipertanggungjawabkan? Sayangnya, pria tersebut hanya diam saja. Baginya, cerita Genting Apit itu sudah turun temurun sejak dia masih kecil dari orang tuanya.
Tujuan dari ceritanya supaya orang-orang tidak berpergian ke Genting Apit disaat malam hari, apa lagi dengan sendiri. Jika keadaan memaksa harus melewati daerah tersebut, dia selalu mengajak orang (tetangga atau saudara) untuk menemaninya.
Saya pun menyudahi pembicaraan tersebut dikarenakan sudah waktunya balik ke hotel. Namun secara pribadi, saya tak bisa memutuskan mana yang benar dari cerita-cerita diatas.
Kesimpulan saya, ini adalah cerita rakyat yang dikembangkan oleh mereka sendiri dengan tertentu. Entah ada apa di balik Genting Apit sebenarnya. Padahal daerah sini sangat asri dan memberikan kesejukan di saat matahari terik.
Belitung, semoga saya bisa mendatangimu lain waktu. Agar bisa tahu lebih banyak lagi, ada apa dibalik keindahan alam Genting Apit?